Terbit: 26 November 2018
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Jika kita membahas tentang penyebab dari masalah kolesterol tinggi, salah satu dari yang paling sering disebut adalah makanan laut seperti udang, cumi-cumi, atau kepiting. Meskipun memiliki rasa yang lezat, dalam realitanya banyak penderita kolesterol tinggi yang memilih untuk tidak lagi mengonsumsi makanan laut karena khawatir akan membuat kondisi kolesterol dalam tubuhnya menjadi semakin parah.

Makanan Laut Ini Bisa Turunkan Kolesterol Tinggi

Makanan laut yang tinggi kolesterol

Terdapat beberapa jenis makanan laut dengan kadar kolesterol tinggi yang sebaiknya kita batasi konsumsinya. Sebagai contoh, jika kita mengonsumsi udang berukuran besar sejumlah 15 ekor, maka kita akan mendapatkan 155 mg kolesterol. Jika kita mengolahnya dengan cara digoreng atau diberi tambahan tepung, maka kadar kolesterol di dalamnya akan jauh lebih tinggi.

Kepiting juga termasuk dalam makanan laut dengan kadar kolesterol tinggi. Jika kita mengonsumsi 3 ons kepiting, maka kita akan mendapatkan 71 mg kolesterol. Sementara itu, jika kita mengonsumsi 6 ekor tiram berukuran sedang, maka kita sudah bisa mendapatkan 58 mg kolesterol.

Makanan laut yang bisa menurunkan kolesterol

Tidak semua makanan laut memiliki kadar kolesterol yang tinggi. Banyak makanan laut yang justru direkomendasikan bagi penderita kolesterol tinggi. Berikut adalah beberapa makanan laut penurun kolesterol:

  1. Ikan salmon dan tuna

Ikan salmon dan ikan tuna dikenal luas sebagai ikan dengan kadar asam lemak omega 3 yang cukup tinggi. Kandungan ini mampu menurunkan kadar kolesterol jahat dengan efektif sekaligus membuat kadar kolesterol baik meningkat. Selain kedua jenis ikan tersebut, ikan makarel juga bisa memberikan manfaat kesehatan yang sama.

Meskipun begitu, kita juga harus memperhatikan cara pengolahan dari daging ikan ini. Jika kita menggorengnya, maka kadar asam lemak omega 3 di dalam daging ikan ini menurun hingga 50 persen. Bahkan, penggunaan minyak bisa menyebabkan daging ikan memiliki kandungan lemak jenuh yang tidak sehat.

Pakar kesehatan menyarankan kita untuk mengolah daging ikan dengan cara memanggangnya, mengukusnya, atau membuatnya menjadi sup. Kita bahkan bisa mengonsumsi daging ikan salmon dalam kondisi mentah sebagaimana makanan ala Jepang seperti sashimi.

  1. Kerang

Kerang dikenal luas sebagai makanan laut dengan rasa yang lezat. Kandungan gizi di dalamnya juga cukup banyak, yakni vitamin B12, kalsium, fosfor, dan zat besi. Kerang juga kaya akan berbagai kandungan mineral yang penting bagi kesehatan tubuh.

Kerang memang masih memiliki kandungan kolesterol, namun pakar kesehatan menyebut kolesterol di dalam kerang cenderung tidak mudah diserap oleh usus dan akan ikut terbuang dengan kotoran saat buang air besar. Hal ini berarti, makan kerang tidak akan mudah memicu kenaikan kadar kolesterol dalam darah.

Jika ikan salmon bisa dikonsumsi dengan kondisi mentah, kerang harus dimasak hingga benar-benar matang karena adanya kemungkinan bakteri vibrio vulificus di dalamnya. Bakteri ini bisa memicu keracunan sehingga harus dihilangkan dari kerang sebelum kita mengonsumsinya. Caranya adalah dengan mengukus atau merebus kerang hingga matang.

  1. Lobster

Lobster sering dianggap sebagai makanan tinggi kolesterol, hewan laut ini memiliki kandungan asam lemak omega 3 yang cukup tinggi sehingga mampu mengatasi kadar kolesterol jahat yang ada di dalam tubuh. Selain itu, di dalam lobster juga tinggi kandungan selenium dan zat besi yang bisa mendukung sistem kekebalan tubuh.

Pakar kesehatan menyarankan kita untuk memasak lobster dengan cara mengukus atau merebusnya. Jangan menggoreng lobster karena akan membuatnya memiliki kadar kolesterol yang lebih tinggi. Hanya saja, kita masih bisa menumisnya dengan minyak sehat seperti minyak zaitun.

Meskipun sehat, pakar kesehatan menyarankan kita untuk tidak mengonsumsi lobster terlalu sering atau dalam jumlah yang sehat demi menjaga kadar kolesterol tubuh tetap dalam kondisi normal.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi