Terbit: 17 December 2018 | Diperbarui: 30 May 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Sebagian orang berpikir jika luka pada penderita hipertensi atau tekanan darah tinggi akan berlangsung dengan lebih parah. Logikanya, dengan tekanan darah yang lebih tinggi, maka darah yang keluar dari tubuh pada luka terbuka akan mengucur dengan lebih banyak. Sebenarnya, apakah anggapan ini sesuai dengan fakta medis?

Luka Pada Penderita Hipertensi Berlangsung Lebih Parah?

Kaitan antara hipertensi dengan keparahan luka

Pakar kesehatan dr. Eko Budidharmaja menyebutkan bahwa luka pada penderita tekanan darah tinggi tidak akan berbeda jika dibandingkan dengan luka yang dialami oleh orang dengan kondisi normal. Hanya saja, hal ini juga dengan catatan bahwa sistem pembekuan darah yang ada di dalam tubuh masih dalam kondisi yang baik. Jika tidak, maka luka akan sulit untuk disembuhkan.

Hal ini berarti, asalkan penderita tekanan darah tinggi berusaha untuk menjaga kondisi kesehatannya sehingga tidak mengalami gangguan pada pembekuan darah seperti hemophilia, trombositopenia, gangguan liver, defisiensi faktor von willebrand, dan kondisi lainnya, luka akan tetap bisa sembuh seperti biasa.

Mengenal Gangguan Pembekuan Darah

Normalnya, di dalam tubuh manusia terdapat mekanisme yang secara otomatis membekukan darah jika terjadi cedera atau luka. Proses ini akan mencegah tubuh kehilangan darah dalam jumlah yang banyak.

Hanya saja, jika di dalam tubuh terjadi gangguan pada proses yang disebut sebagai gangguan koagulasi ini, maka luka tidak akan cepat sembuh karena proses pembekuan darah tidak berlangsung dengan lancar. Tak hanya luka terbuka, bisa jadi kondisi ini bisa memicu perdarahan di organ-organ atau jaringan tubuh tertentu yang bisa berbahaya.

Gejala gangguan proses pembekuan darah

dr. Eko telah menjelaskan tentang beberapa jenis penyakit yang bisa mengganggu proses pembekuan darah. Gejala dari gangguan ini adalah mudahnya tubuh mengalami memar-memar tanpa adanya penyebab yang jelas, sering mimisan, luka kecil yang tak kunjung sembuh dan terus berdarah, perdarahan yang justru merembet ke persendian, hingga perdarahan yang sangat berat saat menstruasi pada kaum hawa.

Beberapa penyebab gangguan pembekuan darah.

Proses pembekuan darah saat tubuh terluka atau mengalami cedera dipengaruhi oleh sel-sel tubuh dan platetet, sejenis protein yang menjadi faktor pembeku darah. Jika kita tidak memiliki platelet atau protein yang bisa membekukan darah dengan cukup, maka proses ini tidak akan berjalan dengan lancar.

Seringkali, kasus gangguan pembekuan darah ini adalah kondisi genetik atau warisan dari orang tua ke anak. Hanya saja, dalam beberapa kasus, kondisi ini juga bisa dipengaruhi oleh penyakit hati atau kondisi medis lain layaknya kekurangan vitamin K atau mengonsumsi obat-obatan tertentu seperti antikoagulan yang memang berpotensi mengganggu proses pembekuan darah.

Diagnosis dan pengobatan gangguan pembekuan darah

Jika kita mengalami luka yang tak kunjung bisa disembuhkan, pakar kesehatan menyarankan kita untuk segera mengunjungi dokter. Biasanya, dokter akan melakukan pemeriksaan untuk mengetahui kondisi kesehatan tubuh kita, konsumsi obat-obatan yang kita lakukan beberapa saat terakhir, penyebab luka seperti cedera atau terjatuh, apa yang dilakukan sebelum mulai mengalami perdarahan, hingga berapa lama luka ini telah berlangsung dan tidak berhenti mengeluarkan darah.

Setelahnya, dokter biasanya akan melakukan tes darah demi mengetahui kadar sel darah merah dan sel darah putih, melakukan tes untuk mengetahui kondisi agregasi platelet darah, dan tes waktu perdarahan yang bisa menentukan seberapa lama penggumpalan darah terjadi.

Jika kondisi ini disebabkan oleh hemophilia, dokter biasanya akan melakukan pengobatan seperti suntikan khusus, konsumsi suplemen zat besi, atau bahkan transfusi darah.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi