Terbit: 30 October 2019
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Belakangan ini di media sosial sedang ramai bahasan lem aibon yang muncul di rencana anggaran yang diajukan Dinas Pendidikan DKI Jakarta untuk tahun 2020. Secara fantastis, anggaran untuk penyediaan lem ini mencapai Rp82 miliar! Meskipun belakangan diakui bahwa pengadaan anggaran lem aibon ini dianggap sebagai kesalahan ketik, warganet sudah terlanjur menanggapinya dengan berbagai meme. Salah satunya adalah menganggap lem aibon ini digunakan untuk mabuk-mabukan.

Viral Bahasan Lem Aibon, Benarkah Bisa Bikin Mabuk?

Benarkah Lem Aibon Bisa Membuat Mabuk?

Kita tentu sering mendengar berita yang menyebut anak jalanan atau anak-anak sekolah yang sengaja menggunakan aroma lem untuk mabuk-mabukan, bukan? Dalam realitanya, lem aibon ternyata termasuk dalam salah satu jenis lem yang disalahgunakan untuk hal ini. Hal ini disebabkan oleh kandungan lem aibon yang memang bisa memberikan sensasi mabuk atau ngefly jika dihirup.

Pakar kesehatan menyebut lem aibon memiliki kandungan lysergic acid diethylamide atau LSD. Uap dari kandungan ini bisa memberikan sensasi mabuk atau berhalusinasi layaknya sedang menggunakan narkoba. Bahkan, bisa jadi efek melayang dan tenang ini mampu bertahan hingga beberapa jam!

Masalahnya adalah di balik kemampuannya dalam memberikan sensasi mabuk atau tenang, uap dari lem aibon ini ternyata juga bisa memberikan efek yang berbahaya. Bahkan, dalam beberapa kasus, bisa saja memicu kematian mendadak layaknya penggunaan narkoba dengan kadar yang berlebihan. Hal ini disebabkan oleh kemampuan kandungan di dalam lem yang bisa langsung menyerang bagian saraf di dalam otak.

Komponen di dalam lem yang bisa memicu kerusakan pada saraf dan otak ini adalah pelarut berjenis solvent. Masalahnya adalah pelarut ini sangatlah mudah untuk menguap pada suhu ruangan. Selain di dalam lem, kita bisa menemukan pelarut ini dalam cat minyak, bensin, lem, hingga penghapus tinta bolpen. Dalam jumlah tertentu, pelarut ini bisa memberikan efek keracunan, khususnya pada otak dan saraf, jantung, hinga pernapasan.

Dalam dunia medis, kematian mendadak karena penyalahgunaan lem dikenal sebagai sudden sniffing death. Penyebabnya adalah kerusakan otak.

Berbagai Benda Aneh Lain yang Bisa Memicu Mabuk

Selain lem, pakar kesehatan menyebut ada beberapa benda lainnya yang sebenarnya bisa dengan mudah kita temukan sehari-hari namun disalahgunakan sebagai benda yang bisa menyebabkan mabuk atau ngefly.

Berikut adalah benda-benda tersebut.

  1. Thinner

Thinner adalah bahan yang sering kita gunakan untuk mengecerkan cat. Jika dicermati, aroma thinner memang cenderung wangi. Masalahnya adalah aroma yang wangi ini ternyata berpotensi memabukkan, lho. Hal ini disebabkan oleh kandungan bahan kimia bernama toluene yang mirip dengan benzena. Selain di dalam thinner, bahan kimia ini juga digunakan sebagai bahan pelarut di bidang lainnya.

  1. Air Rebusan Pembalut

Beberapa saat lalu, masyarakat Indonesia dihebohkan dengan kasus banyak orang yang mabuk dengan menggunakan air rebusan pembalut. Meski terlihat sebagai sesuatu yang konyol, dalam realitanya air rebusan pembalut jika digunakan untuk mabuk-mabukan bisa memberkan dampak yang sangat fatal

Tak tanggung-tanggung, organ-organ dalam seperti ginjal, otak, dan liver bisa mengalami kerusakan jika sering terpapar kandungan air rebusan pembalut. Selain itu, kandungan di dalamnya ternyata bersifat karsinogen atau bisa menyebabkan datangnya kanker.

  1. Beberapa Jenis Obat yang Bisa Dibeli di Apotek

Beberapa jenis obat yang memiliki kandungan carisopodol ternyata bisa disalahgunakan sebagai cara untuk mabuk-mabukan. Obat ini sebenarnya digunakan untuk mengatasi masalah batuk. Jika dikonsumsi dengan sembarangan, kandungan obat ini bisa memicu kerusakan pada hati.

 

Sumber:

  1. Natasya, Michelle. 2019. Awas Teler! 3 Fakta Lem Aibon yang Sedang Ramai Dibicarakan. https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4765044/awas-teler-3-fakta-lem-aibon-yang-sedang-ramai-dibicarakan. (Diakses pada 30 Oktober 2019).

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi