Terbit: 26 January 2019
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Berkeringat adalah hal yang baik bagi kesehatan. Anggapan ini dipercaya oleh banyak orang. Tak hanya keluar saat kita kepanasan atau saat melakukan aktivitas fisik, keringat dianggap sebagai tanda bahwa tubuh membakar kalori. Bahkan, banyak orang yang yakin bahwa di dalam keringat yang kita keluarkan terdapat berbagai racun yang berasal dari dalam tubuh. Sebenarnya, apakah anggapan ini sesuai dengan fakta medis?

Mitos atau Fakta? Keringat Mampu Mengeluarkan Racun

Tidak ada racun di dalam keringat

Pakar kesehatan menyebut fungsi utama dari keringat adalah sebagai mekanisme diri untuk mendinginkan suhu tubuh, bukannya membantu mengeluarkan berbagai racun dari dalam tubuh. Selain itu, berkeringat juga membantu memperlancar sirkulasi darah.

Bukannya keringat, pakar kesehatan menyebut ada dua buah organ yang mengatur mekanisme pengeluaran racun, yakni ginjal dan hati. Hal ini berarti, jika ada yang berkata bahwa keringat mampu membantu proses detoksifikasi tubuh, hal ini tidak benar adanya.

Sebenarnya, ada dua jenis keringat yang dikeluarkan oleh tubuh. Keringat pertama adalah yang mengendalikan suhu internal tubuh. Hal inilah yang membuat suhu tubuh tetap terjaga meski suhu udara sangat panas atau kita melakukan aktivitas fisik yang menguras energi. Selain itu, saat kita mengalami demam, yang keluar adalah keringat jenis ini.

Sementara itu, keringat jenis kedua adalah keringat stres. Pakar kesehatan menyebut keringat ini muncul akibat respons dari sistem saraf simpatik akibat meningkatnya hormon adrenalin saat stres, tepatnya saat kita merasakan gugup, terlalu bersemangat, hingga mengalami kecemasan. Banyak orang yang menyebut keringat stres ini mengeluarkan racun, padahal dalam realitanya yang ikut keluar hanyalah sisa dari adrenalin.

Berbagai racun dan limbah tidak bisa keluar lewat keringat

Pakar kesehatan menyebut racun, limbah, dan berbagai zat sisa metabolisme dari dalam tubuh seperti polusi, residu plastik, atau bahkan bahan kimia pestisida cenderung lebih mudah larut dengan lemak, bukannya dengan air. Padahal, sebagian besar dari keringat kita adalah air. Hal ini semakin membantah anggapan bahwa keringat juga memiliki racun yang dikeluarkan dari tubuh.

Hal ini berarti, jika kita ingin mengeluarkan racun dari dalam tubuh, tidak perlu sampai harus melakukan tindakan seperti minum obat herbal. Kita tidak perlu melakukan apapun karena tubuh sebenarnya sudah mampu melakukannya sendiri. Hanya saja, terkadang proses detoksifikasi tubuh tidak berjalan dengan semestinya, khususnya pada mereka yang mengalami masalah stres, gangguan autoimun, dan kelelahan kronis.

Langkah untuk memastikan proses detoksifikasi tubuh berjalan dengan lancar

Ginjal dan hati memiliki peran besar bagi proses detoksifikasi tubuh, namun jika tidak dirawat dengan baik, organ-organ ini bisa saja mengalami kerusakan akibat gaya hidup yang tidak sehat. Jika sampai hal ini terjadi, maka proses pengeluaran racun bisa terganggu.

Berikut adalah beberapa cara yang bisa kita lakukan agar proses detoksifikasi tubuh tetap berlangsung dengan baik.

  1. Mencukupi kebutuhan air putih

Pakar kesehatan mengingatkan kita untuk selalu mengonsumsi air putih sebanyak 8 gelas per hari demi mencegah dehidrasi dan memperlancar proses detoksifikasi. Meskipun kita tidak haus, pastikan untuk mencukupi kebutuhan air putih tersebut.

  1. Makan makanan sehat

Mengonsumsi makanan sehat seperti memperbanyak asupan makanan berserat dan menurunkan asupan makanan berlemak atau garam ternyata bisa mempengaruhi proses detoksifikasi tubuh.

  1. Tidak lagi merokok

Rokok memiliki banyak sekali racun yang berbahaya bagi tubuh dan bisa membebani kinerja sistem detoksifikasi. Dengan berhenti melakukannya, maka kita tentu akan membantu sistem pencernaan bekerja dengan lebih baik. Kita juga sebaiknya tidak mengonsumsi minuman beralkohol.

  1. Menjaga tekanan darah

Dengan tekanan darah yang normal, maka organ ginjal juga akan tetap sehat dan tidak mudah rusak.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi