Terbit: 9 July 2019
Ditulis oleh: Rhandy Verizarie | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Mendengar nama depresi, yang langsung terbayang di pikiran kita adalah rasa stres, sedih, kecewa, hingga putus asa yang bercampur aduk. Depresi adalah contoh gangguan mental yang mungkin hampir semua orang pernah mengalaminya. Depresi ini lantas terbagi ke dalam beberapa jenis depresi, lalu bagaimana penanganannya?

10 Jenis Depresi dan Penanganannya (Paling Lengkap dan Akurat)

Apa Itu Depresi?

Depresi adalah suatu kondisi di mana terjadi gangguan pada suasana hati (mood) seseorang akibat rasa stres, sedih, dan kecewa yang berkepanjangan. Hematnya, depresi adalah lanjutan dari ketiga kondisi tersebut jika tak kunjung berakhir.

Pada dasarnya kita semua pasti pernah mengalami kesedihan, kekecewaan, dan sebagainya, entah itu akibat masalah keluarga, asmara, pekerjaan, pun yang lainnya. Sedih yang tidak kunjung usai tersebut dapat menimbulkan kondisi yang lebih parah lagi, yakni depresi. Masalahnya, depresi ini bisa membuat seseorang kehilangan akal sehatnya, yang kemudian berujung pada tindakan-tindakan berbahaya seperti bunuh diri.

Jenis-Jenis Depresi

Jika menilik lebih jauh, depresi sendiri terbagi lagi ke dalam beberapa jenis depresi. Nah, berikut ini adalah jenis-jenis depresi beserta cara menanganinya yang perlu Anda ketahui.

1. Depresi Berat (Major Depressive Disorder)

Depresi berat adalah jenis penyakit depresi yang umum dialami banyak orang, mungkin termasuk Anda salah satu yang pernah mengalaminya.

Depresi berat, merujuk pada American Psychiatric Association, terjadi apabila seseorang mengalami:

  • Perasaan sedih
  • Tidak punya harapan
  • Merasa tidak berharga
  • Merasa bersalah
  • Tidak bergairah dalam melakukan rutinitas
  • Berniat bunuh diri

Perlu dicatat, hal ini apabila terjadi selama setidaknya 2 (dua) minggu. Depresi berat pun terbagi lagi ke dalam dua sub-tipe, yaitu:

  • Atypical depression, yakni ketika seseorang sering tertidur, banyak makan, cemas, dan emosional
  • Melancholic depression, yakni ketika seseorang cenderung menyalahkan dirinya sendiri atas pelbagai hal yang terjadi di dalam hidupnya

Atypical type umumnya dialami oleh mereka yang masih berusia muda, sementara orang-orang yang telah memasuki usia senja rentan mengalami melancholic depression.

2. Subsyndromal Depression

Apabila seseorang mengalami gejala depresi mayor namun hanya berlangsung selama 1 (satu) minggu, maka alih-alih mengidap depresi berat tersebut, ia dikategorikan sebagai pengidap subsyndromal depression.

Atau, jika penderita hanya mengalami beberapa gejala depresi berat, maka lebih pantas jika ia disebut sebagai penderita jenis depresi yang satu ini.

3. Depresi Situasional

Sesuai dengan namanya, jenis penyakit depresi ini terjadi tak menentu dan ditentukan oleh kondisi yang tengah dialami oleh penderitanya. Depresi situasional ini lantas membuat seseorang merasa cemas, murung, sulit tidur, hingga gangguan pola makan.

Jenis penyakit depresi situasional ini tak lain merupakan bentuk respon otak terhadap rasa stres yang diakibatkan oleh situasi tertentu, misalnya karena pekerjaan atau berita duka. Menariknya, kondisi ini juga bisa terjadi ketika seseorang tengah dihadapkan pada momen-momen seperti pernikahannya sendiri atau ketika hendak tampil di depan publik.

4. Depresi Postpartum

Depresi postpartum adalah jenis depresi yang menimpa para wanita beberapa minggu atau bulan pasca ia melahirkan (postpartum). Kondisi ini umumnya berlangsung cukup lama, umumnya hingga wanita kembali menstruasi. Penyebab depresi postpartum ini yaitu adanya penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron pasca melahirkan.

Depresi postpartum harus bisa dikendalikan dengan baik, karena jika tidak begitu, hal ini akan memengaruhi kesehatan, baik ibu maupun bayi.

5. Seasonal Depression Disorder

Pada beberapa orang, perubahan musim yang terjadi bisa berdampak pada timbulnya gejala depresi pada diri mereka. Hal ini utamanya terjadi ketika memasuki musim dingin, di mana intensitas salju maupun curah hujan sangat tinggi, pun sedikitnya sinar matahari.

Akan tetapi, jenis penyakit depresi yang satu ini akan hilang dengan sendirinya seiring dengan musim yang kembali berganti.

6. Depresi Bipolar

Para pengidap gangguan mental berupa bipolar juga rentan mengalami depresi, selanjutnya disebut sebagai depresi bipolar.

Sebagaimana diketahui, pengidap bipolar memang memiliki suasana hati yang sulit ditebak dan kerap berubah-ubah. Ada kalanya mereka sangat emosional (mania), namun ada kalanya juga mereka mengalami depresi berat yang ditandai dengan gejala-gejala seperti:

  • Sedih
  • Putus asa
  • Cenderung ingin menyendiri
  • Hilang nafsu makan
  • Berbicara tidak jelas alias melantur

7. Depresi Premenstrual

Jika selama ini Anda lebih familiar dengan kondisi premenstrual syndrome atau ‘PMS’, maka perlu diketahui bahwa sebelum memasuki siklus menstruasi, wanita bisa dilanda rasa depresi yang dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah premenstrual dysphoric disorder (PMDD).

PMDD atau depresi premenstrual ini merupakan kondisi yang lebih parah lagi daripadda PMS. Pasalnya, jenis depresi ini sampai menyebabkan wanita mengalami ketidakseimbangan emosi dan perilaku. Wanita yang mengalami PMDD umumnya akan mengalami rasa sedih yang mendalam, cemas, hingga menjadi sangat temperamen. PMDD lazimnya dialami oleh mereka yang memiliki riwayat jenis-jenis depresi lainnya.

8. Distimia

Distimia adalah nama lain dari jenis depresi kronis. Satu dari jenis-jenis depresi ini memiliki kesamaan dengan jenis depresi mayor, yakni sering dialami oleh orang-orang. Bedanya, distimia berlangsung dalam kurun waktu yang lebih lama lagi, yakni 2 tahun atau bahkan lebih.

Distimia atau depresi kronis disebabkan oleh sejumlah faktor, seperti:

  • Genetik
  • Trauma
  • Mengidap bipolar
  • Cedera pada area kepala

Kendati berlangsung dalam waktu yang cukup lama, distimia tidak sampai berdampak parah layaknya yang terjadi pada kasus depresi berat. Namun, jenis penyakit depresi ini memengaruhi kualitas hidup penderitanya, seperti menurunnya tingkat kepercayaan diri, sulit berkonsentrasi, hingga mudah putus asa.

9. Psychotic Depression

Psychotic depression adalah satu di antara jenis-jenis depresi yang ditandai dengan gejala halusinasi, yakni melihat atau mendengar sesuatu yang sebetulnya tidak ada, dan/atau delusi, yakni tidak bisa berpikir secara jernih.

Psychotic depression tergolong ke dalam jenis depresi serius dan sekiranya perlu ditangani secara medis agar tidak berlarut-larut dan mengganggu produktivitas.

10. Substance-Induced Mood Disorder

Pemakaian obat bius yang tidak sesuai dengan dosisnya juga menghasilkan jenis penyakit depresi yang dinamai substance-induced mood disorder ini. Gejala depresi ini umumnya berupa rasas cemas, dan penurunan gairah hidup, yang sudah dapat dirasakan beberapa saat setelah obat bius disuntikkan.

Beberapa contoh obat bius yang menyebabkan terjadinya substance-induced mood disorder ini antara lain benzodiazepines dan opioid painkiller.

Jenis-Jenis Depresi dan Penanganannya

Penanganan depresi harus disesuaikan dengan jenis depresi yang dialami oleh penderita. Namun pada umumnya, depresi dapat ditangani dengan sejumlah cara berikut ini.

1. Obat-Obatan

Guna meredakan gejala depresi, biasanya dokter akan meresepkan obat anti-depresan (mood stabilizer) yang masuk ke dalam golongan obat selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs), seperti:

  • Citalopram
  • Escitalopram
  • Fluoxetine
  • Paroxetine
  • Sertraline

Selain itu, obat-obatan seperti bupropion, duloxetine, dan venlafaxine juga mungkin akan diberikan pada pasien penderita depresi tersebut.

2. Psikoterapi

Melakukan psikoterapi juga menjadi langkah penanganan depresi yang umum dilakukan oleh dokter terhadap pasien depresi. Terapi ini bertujuan untuk melatih pasien agar dapat berpikir dan berperilaku secara lebih jernih dan rasional.

3. Elektrokonvulsif

Pada kasus di mana obat-obatan dan psikoterapi tidak juga mampu untuk menyembuhkan depresi, maka cara menangani kondisi ini adalah dengan melakukan terapi elektrokonvulsif (ECT).

Elektrokonvulsif (ECT) adalah sebuah terapi otak yang fungsinya untuk memperbaiki elemen-elemen tertentu di dalam otak yang menajdi pemicu timbulnya depresi. Akan tetapi, terapi ini memiliki risiko yang cukup serius, seperti hilangnya ingatan atau timbulnya kebingungan di diri pasien. Sayangnya, ada kemungkinan hal ini berlangsung terus-menerus walaupun jarang terjadi.

4. Olahraga

Olahraga adalah aktivitas fisik yang juga diklaim efektif untuk mengusir depresi yang Anda alami. Pasalnya, aktivitas olahraga memicu pelepasan endorfin atau biasa kita kenal dengan sebutan ‘hormon bahagia’.

Ada 3 (tiga)jenis olahraga yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi depresi, yakni:

  • Lari
  • Yoga
  • Bersepeda

Manakala sedang merasa depresi, cobalah luangkan waktu Anda untuk melakukan olahraga-olahraga tersebut, dan rasakan manfaatnya.

Itu dia informasi mengenai jenis depresi dan penanganannya yang bisa Anda terapkan apabila sedang dilanda kondisi ini. Semoga bermanfaat!


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi