Terbit: 10 February 2019 | Diperbarui: 9 June 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Meskipun tidak mengenyangkan, banyak orang yang ternyata memiliki hobi mengunyah permen karet. Biasanya, mereka menyebut permen karet sebagai penghilang stres, sebagai cara agar melatih otot rahang, hingga sebagai salah satu cara untuk berpikir dengan lebih baik. Sebenarnya, sering mengunyah permen karet berbahaya atau tidak bagi kesehatan?

Hobi Mengunyah Permen Karet, Berbahaya Nggak Sih?

Dampak sering makan permen karet

Banyak orang yang menyebut kebiasaan mengunyah permen karet jauh lebih baik dibandingkan dengan kebiasaan merokok atau ngemil. Padahal, dalam realitanya kebiasaan ini juga akan menyebabkan dampak kesehatan.

Berikut adalah dampak-dampak kesehatan dari sering mengonsumsi permen karet

  1. Gangguan pencernaan

Jangan salah, terlalu sering mengonsumsi permen karet ternyata bisa memberikan dampak buruk bagi pencernaan lho. Hal ini disebabkan oleh saat mengunyahnya tubuh mengira kita sedang mengonsumsi makanan sehingga akan memberikan sinyal kepada sistem pencernaan untuk mempersiapkan diri layaknya dengan memproduksi beberapa enzim atau asam lambung.

Sayangnya, tidak ada makanan apapun yang masuk karena kita hanyalah mengunyah permen karet. Hal ini tentu akan membuat fungsi pencernaan terganggu. Selain itu, di saat lain dimana kita sudah mengonsumsi makanan, bisa jadi tubuh justru tidak memproduksi enzim dengan cukup karena telah diproduksi dalam jumlah banyak saat kita makan permen karet sehingga makanan tidak dicerna dengan maksimal.

Sering mengunyah permen karet juga akan membuat kita menelan udara dalam jumlah banyak yang akhirnya berimbas pada meningkatnya risiko terkena perut kembung atau begah. Keberadaan pemanis buatan yang ada dalam permen karet juga akan memberikan efek laksatif yang bisa saja memicu diare.

  1. Nyeri pada rahang

Saat kita mengunyah permen karet, rahang sebenarnya melakukan gerakan berulang-ulang dalam waktu yang cukup lama. Hal ini akan membuat rahang dan otot wajah lebih rentan mengalami rasa nyeri atau dalam dunia medis disebut sebagai temporomandibular joint disorder (TMD). Selain menyebabkan sensasi tidak nyaman pada rahang, terkadang hal ini juga akan menyebabkan sensasi nyeri pada leher atau sakit kepala.

  1. Bisa merusak gigi

Jika kita terbiasa mengonsumsi permen karet bergula, maka dampaknya akan mirip dengan kebiasaan mengonsumsi permen atau makanan manis terlalu banyak. Kandungan gula ini bisa menjadi sumber makanan bagi bakteri yang akhirnya menyebabkan datangnya masalah layaknya penumpukan plak atau gigi berlubang. Apalagi jika kita juga terbiasa malas membersihkan gigi secara teratur, risiko untuk terkena gigi berlubang tentu akan naik dengan signifikan.

  1. Bisa merusak pola makan yang sehat

Mengonsumsi permen karet, khususnya yang bisa memberikan sensasi segar layaknya permen karet mint ternyata bisa mengubah toleransi lidah kita pada rasa-rasa makanan tertentu, khususnya makanan sehat layaknya buah dan sayur. Makanan-makanan sehat ini bisa menjadi terasa kurang nikmat akibat kita terbiasa menikmati permen karet yang menyegarkan. Hal ini tentu bisa berbahaya karena akan membuat kita tidak begitu menikmati sayur dan buah sehingga akhirnya membuat keseimbangan nutrisi makanan yang kita konsumsi setiap hari terganggu.

Bahkan, ada penelitian yang menyebut kebiasaan mengonsumsi permen karet dengan rasa mint bisa saja meningkatkan minat untuk mengonsumsi junk food yang memang bisa memuaskan keinginan kita untuk menikmati makanan lezat. Padahal, sudah menjadi rahasia umum jika junk food tidak baik bagi kesehatan.

  1. Membuat bentuk wajah tidak normal

Jika kita terbiasa mengunyah permen karet di satu sisi mulut saja, dikhawatirkan hal ini akan membuat bentuk wajah menjadi besar sebelah yang tentu akan mempengaruhi penampilan kita dengan signifikan.

Melihat fakta ini, sebaiknya memang tidak terlalu sering mengonsumsi permen karet. Konsumsilah saat membutuhkannya saja dan jangan melakukannya dengan berlebihan.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi