Terbit: 3 October 2019
Ditulis oleh: Rhandy Verizarie | Ditinjau oleh: dr. Jati Satriyo

Anda tentu sudah tidak asing lagi dengan balon gas, balon yang berisikan helium. Ya, tanpa gas kimia yang satu ini, balon tidak akan bisa mengembang dan terbang seperti yang selam ini kita lihat. Nah, berikut ini ada informasi mengenai gas helium itu sendiri. Guna menambah wawasan, baca informasinya, yuk!

Helium, ‘Gas Balon’ yang Berguna Sekaligus Berbahaya!

Apa Itu Helium?

Helium adalah gas alam yang ditemukan pertama kali pada tahun 1895 oleh ilmuwan bernama Sir  William Ramsay (Inggris), serta Per Teodor dan Nils Abraham (Swedia). Nama gas ini diambil dari bahasa Yunani ‘helios’ yang tak lain adalah ‘dewa matahari’. Hal ini dikarenakan para ilmuwan tersebut pertama kali menemukan gas tersebut di dalam korona matahari.

Gas helium (He) terdiri dari 3 elemen yaitu proton, neutron, dan elektron yang masing-masing berjumlah 2 (dua). Gas alam ini memiliki karakteristik tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak mudah terbakar. Gas ini memiliki banyak fungsi di dalam kehidupan sehari-hari mulai dari urusan rumah tangga, industri, hingga medis.

Fakta-Fakta Helium

Ada sejumlah fakta menarik soal gas helium, termasuk kegunaannya di dalam kehidupan. Berikut ini adalah fakta-fakta helium sebagaimana dilansir dari berbagai sumber.

1. Helium Gas Paling Melimpah Ke-2 Sejagat Raya

Helium adalah gas yang jumlahnya sangat melimpah di alam semesta ini. Banyaknya jumlah gas ini hanya bisa dilampaui oleh jenis gas lainnya yaitu hidrogen. Keduanya mengisi 99,9 persen zat yang ada di alam semesta.

Sementara di bawah helium alias peringkat ketiga dari daftar gas paling melimpah sejagat raya adalah oksigen yang menjadi sumber kehidupan bagi makhluk hidup di muka bumi ini.

2. Helium Lebih Ringan daripada Udara

Fakta selanjutnya adalah, gas ini memiliki sifat sangat ringan. Bahkan lebih ringan daripada udara. Dan lagi-lagi, hanya hidrogen yang bisa mengalahkan ringannya gas tersebut.

Saking ringannya, gaya gravitasi bumi pun tidak mampu menarik gas ini. Atas dasar hal tersebut, gas ini kerap digunakan untuk mengisi balon gas maupun balon udara. Tujuannya, tentu saja untuk memberikan gaya dorong agar balon bisa membumbung ke udara.

Tak hanya balon, gas ini bahkan digunakan oleh Badan Antariksa Amerika Serikat yakni NASA untuk meluncurkan roket ke angkasa.

3. Helium Tidak Mudah Terbakar

Lantas, mengapa gas ini lebih sering digunakan ketimbang hidrogen yang notabene lebih ringan?

Hidrogen memang lebih ringan ketimbang helium. Akan tetapi, perlu dipahami bahwasanya hidrogen adalah elemen gas yang mudah terbakar. Sedangkan gas ini, sebagaimana dijelaskan di awal, adalah jenis gas alam yang memiliki tidak mudah terbakar.

Karena alasan keamanan, dipilihlah gas ini untuk mengisi balon gas atau balon udara.

4Helium Menghasilkan Suara ‘Mickey Mouse’

Gas alam ini acap kali dijadikan bahan lelucon. Pasalnya, mengisap atau menghirup gas dapat mengubah suara Anda menjadi melengking.

Anda tentu familiar dengan suara tokoh kartun ikonik Mickey Mouse karangan Walt Disney. Nah, kira-kira seperti itulah suara yang dihasilkan selepas menghirup gas tersebut. Fakta yang cukup unik, bukan?

5. Helium dan Dunia Medis

Lalu, bagaimana penggunaan gas ini di dalam dunia medis?

Kegunaan helium bagi dunia medis sangat besar. Pertama, gas ini digunakan untuk menunjang fungsi alat pemeriksaan penunjang Magnetic Resonance Imaging (MRI). Gas akan bekerja dengan cara mendinginkan magnet yang menjadi komponen utama alat MRI tersebut. Dengan begitu, MRI dapat menangkap citra atau gambar bagian dalam tubuh.

Kegunaan gas alam ini di dalam dunia medis selanjutnya adalah untuk membantu pasien dengan masalah sistem pernapasan. Sebuah studi yang dirilis oleh International Journal of Critical Illness & Injury Science pada tahun 2014 memaparkan perihal efektivitas helium dalam menangani sejumlah penyakit pernapasan seperti asma, bronkiolitis, bronkopulmonari displasia, dan paru-paru obstruktif kronis (PPOK).

Dengan catatan, gas harus dikombinasikan dengan gas lainnya yakni oksigen. Penggabungan keduanya lantas dikenal dengan istilah heliox. Nah, heliox inilah yang kemudian diberikan pada pasien guna mengatasi penyakit yang sedang dideritanya. Heliox bekerja dengan cara merelaksasi otot di saluran pernapasan sehingga pasien dapat bernapas dengan lancar.

Selain itu, manfaatnya  di dalam dunia medis yang tak kalah penting adalah untuk membantu proses eliminasi gas karbon dioksida (CO2) pada pasien yang sedang dalam masa perawatan pasca operasi paru-paru.

Akan tetapi, bukti ilmiah tersebut belum sepenuhnya kuat sehingga penerapannya belum bisa dilakukan secara masif.

Bahaya Helium

Di balik kegunaannya tersebut, sayangnya gas ini tak lepas dari efek negatif (cenderung berbahaya) apabila tidak digunakan sebagaimana mestinya.

Bahaya helium ini tidak main-main karena bisa sampai berujung pada kematian, demikian menurut National Inhalant Prevention Coalition (NIPC). Dikatakan bahwa menghirup atau mengisap gas tersebut  dalam jumlah banyak dapat menghambat suplai oksigen ke dalam tubuh dan embolisme.

Pada kasus yang lebih parah, masuknya gas melampaui batas kewajaran dapat menyebabkan paru-paru pecah. Jika sudah begitu, nyawa pun jadi taruhannya.

Oleh sebab itu, Anda para orang tua dituntut untuk selalu waspada terhadap anak-anak. Pasalnya, kebanyakan anak-anak suka dengan yang namanya balon. Apabila tidak diawasi, bisa saja ia secara tak sengaja memecahkan balon dan menghirup gas yang ada di dalamnya.

Selain gangguan pernapasan, gejala lainnya yang mungkin ditimbulkan pasca menghirup gas ini dalam jumlah banyak adalah:

  • Pusing dan sakit kepala
  • Penglihatan kabur
  • Peningkatan denyut jantung
  • Kejang
  • Lemas
  • Euforia
  • Tidak sadarkan diri

Apabila mengalami gejala-gejala di atas sesaat setelah menghirup gas tersebut, segera kunjungi dokter guna dilakukan pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut sebelum kondisi bertambah parah.

Itu dia informasi mengenai fakta gas helium berikut kegunaan dan bahayanya yang perlu Anda ketahui. Tetap berhati-hati saat menggunakan gas ini dan jauhkan awasi selalu anak Anda. Semoga bermanfaat@

 

  1. Anonim. Helium. https://www.rsc.org/periodic-table/element/2/helium (Diakses pada 3 Oktober 2019)
  2. Anonim. Helium. https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/23987 (Diakses pada 3 Oktober 2019)
  3. Beurskens, CJ et al. 2014. Heliox Improves Carbon Dioxide Removal During Lung Protective Mechanical Ventilation. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25548660 (Diakses pada 3 Oktober 2019)
  4. Geggel, L. 2017. Why is Hydrogen the Most Common Element in the Universe? https://www.livescience.com/58498-why-is-hydrogen-the-most-common-element.html (Diakses pada 3 Oktober 2019)
  5. Hashemian, Seyed M et al. 2014. The Use of Heliox in Critical Care. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4093964/ (Diakses pada 3 Oktober 2019)
  6. King, Hobart M. Helium: A Byproduct of The Natural Gas Industry. https://geology.com/articles/helium/ (Diakses pada 3 Oktober 2019)
  7. Pappas, S. 2015. Facts About Helium. https://www.livescience.com/28552-facts-about-helium.html (Diakses pada 3 Oktober 2019)
  8. Valli, G et al. 2007. Clinical Use of Heliox in Asthma and COPD. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18018756 (Diakses pada 3 Oktober 2019)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi