Terbit: 20 February 2018
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Sebuah kasus yang cukup menghebohkan terjadi di Indianapolis, Amerika Serikat. Seorang ayah menuduh istrinya memberikan anak perempuannya cairan pemutih untuk diminum. Tujuan dari pemberian cairan pemutih ini adalah agar sang anak tidak lagi menderita masalah autisme.

Gila, Ibu Ini Meminta Anaknya Minum Cairan Pemutih Demi Agar Tidak Lagi Autis!

Sang pria menyebutkan bahwa istrinya membaca tips dari media sosial Facebook yang menyebutkan bahwa cairan pemutih yang dicampur dengan pemurni air yang mengandung klorin dan tetesan larutan asam klorida ini bisa menyembuhkan autisme, kanker, dan hepatisis dengan efektif. Kasus ini pun langsung ditangani oleh pihak kepolisian dan Department of Child Services setempat.

Kelly Goudreau, direktur Behavioral Center Clinical menyebutkan bahwa sebenarnya cukup wajar jika orang tua berusaha mencari berbagai cara, termasuk cara-cara alternatif untuk menyembuhkan masalah kesehatan yang dialami oleh buah hatinya. Hanya saja, cara-cara alternatif ini juga seharusnya tidak dilakukan dengan sembarangan, apalagi dengan menggunakan bahan-bahan berbahaya seperti cairan pemutih ini.

Department of Child Services pun langsung mengeluarkan pengumuman bahwa penggunaan cairan pemutih ini sama sekali tidak bisa dijadikan solusi untuk menyembuhkan autisme. Yang menjadi masalah adalah, mitos penggunaan cairan pemutih ini sebagai obat autisme ternyata sudah beredar cukup lama di dunia maya.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa jika sampai seseorang mengkonsumsi cairan pemutih, maka kandungan klorin dioksida di dalamnya bisa memicu iritasi pernafasan dan mata dan menimbulkan gejala seperti mual-mual, diare, atau dehidrasi parah. Belum jelas bagaimana nasib dari sang anak yang diberi minuman cairan pemutih ini, namun, David Amaral yang berasal dari University of California-Davis menyarankan semua orang untuk tidak lagi mempercayai mitos penggunaan cairan pemutih ini karena sangatlah berbahaya.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi