Terbit: 10 April 2019 | Diperbarui: 13 June 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Salah satu organ paling penting bagi kesehatan tubuh adalah ginjal. Tanpa adanya organ ini, tubuh akan kesulitan menyaring darah dari berbagai macam racun atau zat sisa. Ginjal juga berperan dalam produksi urine. Masalahnya adalah terkadang kita melakukan gaya hidup yang tidak sehat sehingga bisa membuat ginjal rusak.

Waspada 7 Gaya Hidup Ini Bisa Merusak Ginjal

Gaya hidup yang bisa membuat ginjal rusak

Pakar kesehatan menyebut gaya hidup yang tidak sehat menjadi penyebab utama kerusakan ginjal. Masalahnya adalah kita biasanya sering melakukannya karena lebih menyenangkan untuk dilakukan.

Berikut adalah gaya hidup tidak sehat yang sebaiknya kita hindari demi menjaga kesehatan ginjal.

  1. Suka mengonsumsi makanan olahan

Makanan olahan seperti sosis, nugget, hingga camilan kemasan memang memiliki rasa yang enak dan membuat kita ketagihan. Masalahnya adalah, makanan-makanan ini sangat tidak sehat dan bisa menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan, termasuk bagi organ-organ penting layaknya jantung dan ginjal. Hal ini disebabkan oleh kandungan natrium di dalam makanan olahan yang sangat tinggi.

Sebenarnya, kelebihan natrium juga bisa dibuang melalui urine setelah diolah oleh ginjal. Masalahnya adalah semakin banyak natrium di dalam tubuh, semakin tinggi pula beban kerja ginjal yang membuatnya lebih rentan mengalami kerusakan. Jika sampai hal ini sering terjadi, maka risiko terkena gagal ginjal akan meningkat.

Pakar kesehatan menyarankan kita untuk membatasi asupan natrium maksimal 2.300 mg setiap hari. Selain dengan membatasi asupan garam, kita juga harus memperhatikan kandungan natrium dari makanan-makanan yang kita beli.

  1. Tekanan darah tak terkendali

Tekanan darah tinggi tak hanya bisa menyebabkan risiko terkena penyakit jantung atau stroke meningkat. Hal ini juga bisa menyebabkan dampak buruk bagi ginjal. Pakar kesehatan menyebut ginjal sebenarnya juga memiliki bagian pembuluh darah yang terkait langsung dengan saluran kemih. Hal ini berarti, jika kita mengalami tekanan darah tinggi, ginjal juga akan mengalami dampak buruk, termasuk dalam hal mengalami kerusakan.

  1. Kebiasaan merokok

Sudah menjadi rahasia umum jika kebiasaan merokok bsia memberikan dampak sangat buruk bagi kesehatan tubuh secara keseluruhan. Masalahnya adalah, banyak orang yang tidak menyadari jika hal ini juga bisa menyebabkan kerusakan ginjal.

Sebuah penelitian yang dilakukan pada 2012 lalu menghasilkan fakta bahwa berhenti merokok selama enam belas tahun bisa menurunkan risiko terkena karsinoma sel ginjal, sejenis kanker ginjal yang sering terjadi pada orang dewasa hingga 40 persen. Kebiasaan merokok juga terbukti mampu merusak pembuluh darah sekaligus meningkatkan tekanan darah yang bisa merusak ginjal.

  1. Tidak mencukupi kebutuhan air putih

Sudah menjadi rahasia umum jika kurang minum bisa menyebabkan gangguan ginjal. Masalahnya adalah banyak orang yang menyepelekan hal ini karena kesibukan atau lupa. Jika kita sampai kurang minum, maka tubuh akan mengalami dehidrasi. Tak hanya membuat organ-organ dan berbagai sistem tidak berjalan dengan maksimal, hal ini juga akan membuat darah mengental dan akhirnya memicu peningkatan tekanan darah. Jika hal ini terus terjadi, maka risiko terkena gangguan ginjal akan meningkat.

  1. Sembarangan minum obat

Obat penghilang rasa sakit dan obat anti peradangan bisa ditemukan dengan mudah di pasaran tanpa resep dokter. Masalahnya adalah jika kita sembarangan mengonsumsinya, maka risiko untuk mengalami gangguan ginjal meningkat dengan drastis.

  1. Sembarangan minum suplemen

Suplemen, obat herbal, atau jamu jika dikonsumsi dengan sembarangan juga akan membebani kinerja ginjal dan akhirnya merusak organ ini.

  1. Berat badan berlebih

Berat badan berlebih adalah sumber dari berbagai macam masalah kesehatan, termasuk diabetes, penyakit jantung, dan penyakit ginjal. Pastikan untuk selalu menerapkan gaya hidup sehat demi menjaga berat badan tetap ideal.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi