Terbit: 26 March 2017
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Setelah trend Skip Challenge yang sempat meresahkan banyak orang, kini muncul trend terbaru yang banyak dilakukan oleh anak-anak muda yang bernama Eraser Challenge. Eraser Challenge sendiri dilakukan dengan cara menggunakan penghapus yang biasanya dipakai untuk menghapus tulisan di kertas, namun penghapus ini digunakan untuk menggosok kulit. Mereka yang melakukan Eraser Challenge ini menggosok kulitnya dengan penghapus sambil membaca tulisan atau huruf tertentu. Akibat dari hal ini, kulit pun mendapatkan sensasi panas, terbakar, atau bahkan lecet-lecet.

Eraser Challenge, Trend Baru yang Tidak Kalah Berbahayanya Dari Skip Challenge

Memang, jika dibandingkan dengan Skip Challenge yang bisa membuat seseorang jatuh pingsan, Eraser Challenge hanya akan membuat seseorang terkena lecet-lecet atau terkena iritasi pada kulitnya. Sayangnya, karena di dalam penghapus juga bisa ditemukan kuman, bisa jadi hal ini bisa memicu masalah kesehatan. Pakar kesehatan dr. Angela Mattke dari Mayo Clinic di kota Rochester sendiri menyebutkan bahwa Eraser Challenge bisa saja menyebabkan lecet-lecet dan juga infeksi kulit. Menurut beliau, luka bakar, baik itu yang disebabkan oleh bahan kimia atau bahkan dari panas, bisa menyebabkan kerusakan pada pelindung alami kulit. Padahal, pelindung alami ini adalah pencegah infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Jika kita merusaknya dengan melakukan tantangan ini, bisa jadi kita akan mengalami infeksi yang berbahaya dan bahkan bisa mematikan.

Layaknya saat Skip Challenge yang menjadi trend, kebanyakan anak muda yang mulai mengikuti Eraser Challenge ini juga disebabkan oleh ikut-ikutan atau ditantang oleh teman-temannya. Orang tua pun sebaiknya memberikan pengawasan yang lebih baik andai melihat adanya bekas luka bakar atau lecet pada kulit anak. Jika memang hal ini disebabkan oleh Eraser Challenge, maka berilah pemahaman tentang berbahayanya trend ini. Selain itu, segeralah obati luka pada kulit anak agar tidak menyebabkan infeksi yang berbahaya.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi