Terbit: 7 January 2021
Ditulis oleh: Gerardus Septian Kalis | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Efek samping vaksin COVID-19 pada umumnya hampir sama ketika tubuh mendapatkan vaksin untuk penyakit lain. Reaksi tubuh saat mendapatkan vaksin umumnya ringan dan mereda setelah beberapa hari. Hal ini menunjukkan bahwa vaksin bekerja karena merangsang sistem kekebalan dan tubuh membentuk antibodi untuk melawan infeksi.

Efek Samping Vaksin COVID-19 yang Bisa Terjadi pada Tubuh

Mengenali Berbagai Efek Samping Vaksin COVID-19 bagi Tubuh

Vaksin COVID-19 dapat menyebabkan efek samping ringan setelah dosis pertama atau kedua. Efek vaksin COVID-19 yang paling umum dan mungkin terjadi termasuk:

  • Nyeri di area tempat suntikan.
  • Kelelahan.
  • Sakit kepala.
  • Nyeri otot.
  • panas dingin.
  • Nyeri sendi.
  • Demam.
  • Bengkak atau kemerahan di tempat suntikan.
  • Mual.
  • Perasaan tidak enak badan.
  • Pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati).

Pada umumnya efek samping  seperti di atas berlangsung 1 sampai 2 hari. Kebanyakan orang memiliki gejala yang ringan atau sedang, namun ada juga kasus yang menimbulkan gejala yang parah.

Penting juga untuk diketahui bahwa efek samping COVID-19 mirip dengan tanda dan gejala virus Corona. Jika Anda terpapar dan mengalami gejala lebih dari tiga hari setelah divaksinasi atau gejala tersebut bertahan lebih dari dua hari, lakukan isolasi mandiri dan tes virus Corona.

Seberapa Aman Vaksin COVID-19?

Keamanan setiap vaksin virus Corona harus dilakukan lewat pengujian praklinis dan klinis. Salah satu vaksin yang saat ini disetujui adalah Pfizer/BioNTech, AstraZeneca, China National Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm), Moderna, dan Sinovac Biotech Ltd.

Sejauh ini, ribuan orang telah diberi vaksin COVID-19 dan laporan tentang efek samping yang serius seperti reaksi alergi sangat jarang terjadi. Selain itu, tidak ada komplikasi jangka panjang yang dilaporkan.

Pada tanggal 11 Januari 2021, Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) memberikan persetujuan penggunaan dalam kondisi emergensi (Emergency Use Authorization/EUA) untuk vaksin COVID-19 yang pertama kali kepada vaksin CoronaVac, produksi Sinovac Biotech Inc. yang bekerja sama dengan PT. Bio Farma.

Keputusan ini diambil berdasarkan hasil evaluasi dengan dukungan data dan bukti ilmiah yang menunjang aspek keamanan, khasiat dan mutu dari vaksin, serta mengacu kepada panduan dari WHO dalam pemberian persetujuan EUA.

Sebelumnya, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan vaskin ini halal digunakan. Keputusan ini diambil usai Komisi Fatwa MUI menggelar sidang pleno untuk membahas aspek kehalalan vaksin pada Jumat 8 Januari 2021.

Seberapa Efektif Vaksin COVID-19?

Dosis pertama dari vaksin Corona akan memberi Anda perlindungan dari penyebab virus ini. Akan tetapi Anda perlu mendapatkan dosis kedua untuk memberikan perlindungan terbaik.

Terdapat kemungkinan Anda masih tertular atau menyebarkan virus COVID-19 meski sudah mendapatkan vaksin, itu artinya protokol kesehatan yang ketat masih harus dilakukan seperti menjaga jarak, menghindari kerumunan, rutin cuci tangan, dan menggunakan masker.

Mengelola Efek Samping Vaksin COVID-19

Jika vaksin Corona sudah tersedia untuk masyarakat luas dan Anda ingin mengurangi potensi efek sampingnya, cobalah lakukan vaksinasi pada waktu pagi atau di penghujung hari.

Sementara jika Anda mengalami nyeri di sekitar tempat suntikan, hal itu bisa diatasi dengan obat yang dijual bebas. Obat-obatan seperti ibuprofen atau parasetamol dapat membantu meredakan demam, sakit kepala, nyeri otot, atau nyeri sendi.

Segera dapatkan penanganan medis dengan segera apabila efek samping mengganggu aktivitas sehari-hari atau jika Anda mengalami reaksi alergi yang parah.

Anda kemungkinan akan dipantau selama 15 menit setelah mendapatkan vaksin COVID-19 untuk melihat apakah Anda memiliki reaksi langsung. Sebagian besar efek samping terjadi dalam tiga hari pertama setelah vaksinasi dan biasanya hanya berlangsung satu hingga dua hari.

Umumnya efek vaksin COVID-19 sangat ringan, sama seperti efek setelah vaksin pada umumnya. Itu adalah reaksi tubuh yang umum terjadi setelah divaksinasi.

Vaksin COVID-19 yang Telah Disetujui dan Cara Kerjanya

Saat ini, beberapa vaksin COVID-19 sedang dalam uji klinis. Food and Drug Administration (FDA) akan meninjau hasil uji coba ini sebelum menyetujui penggunaannya. Sedangkan di Indonesia, distribusi dan penggunaan vaksin perlu disetujui oleh Kementerian Kesehatan (dalam hal ini Badan POM), lalu teruji kehalalannya melalui Majelis Ulama Indonesia (MUI)

Vaksin Pfizer/BioNTech

FDA, BPOM, dan MUI telah memberikan otorisasi penggunaan darurat untuk vaksin Pfizer/BioNTech. Data telah menunjukkan bahwa vaksin mulai bekerja segera setelah dosis pertama dan memiliki tingkat kemanjuran 95% tujuh hari setelah dosis kedua.

Hal ini menunjukkan bahwa sekitar 95% orang yang mendapatkan vaksin ini terlindungi dari penyakit serius akibat virus. Penggunaan vaksin ini hanya untuk seseorang yang berusia 16 tahun ke atas dan membutuhkan dua kali suntikan dengan jarak 21 hari.

Vaksin Moderna

FDA, BPOM, dan MUI telah memberikan otorisasi penggunaan darurat untuk vaksin Moderna. Data menunjukkan bahwa vaksin ini memiliki tingkat efektivitas 94,1%. Penggunaan vaksin ini untuk orang yang berusia 18 tahun ke atas. Vaksin ini membutuhkan dua suntikan yang diberikan selang 28 hari.

Baik vaksin Pfizer/BioNTech dan Moderna menggunakan messenger RNA (mRNA). Coronavirus memiliki struktur yang disebut S protein. Vaksin mRNA memberi petunjuk kepada sel tentang cara membuat bagian S protein.

Setelah vaksinasi, sel mulai membuat potongan protein dan menampilkannya pada permukaan sel. Sistem kekebalan akan mengenali bahwa protein tidak termasuk di sana dan mulai membangun respons kekebalan dan membuat antibodi.

Vaksin Sinovac

Perusahaan biofarmasi yang berbasis di Beijing, Sinovac, mendukung CoronaVac, sebagai vaksin yang tidak aktif. Menurut jurnal The Lencet, vaksin tersebut memasuki uji coba fase pertama dan kedua.

CoronaVac telah menjalani uji coba fase tiga di Brasil, Indonesia dan Turki. Uji coba tahap akhir di Turki menunjukkan bahwa vaksin itu efektif 91,25%. Sementara menurut BPOM, vaksin ini menunjukkan efikasi atau tingkat keampuhan sebesar 65,3 persen.

Vaksin Sinopharm

Beijing Institute of Biological Products menciptakan vaksin yang disebut BBIBP-CorV. Vaksin ini kemudian dimasukkan ke dalam uji klinis oleh perusahaan China, Sinopharm. Informasi terbaru, China menyetujui penggunaan vaksin dan vaksin tersebut juga digunakan di Bahrain dan Uni Emirat Arab.

Sementara itu, pada tanggal 30 Desember 2020 Sinopharm mengumumkan bahwa uji coba fase tiga menunjukkan bahwa efektivitas vaksin sebesar 79%. Sedangkan menurut hasil sementara dari uji coba fase tiga, Uni Emirat Arab menyetujui vaksin ini 86% efektf.

Vaksin AstraZeneca

European Medicines Agency (EMA) telah menerima permohonan conditional marketing authorisation (CMA) untuk vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh AstraZeneca dan Universitas Oxford. Pendapat tentang izin edar dapat dikeluarkan paling lambat 29 Januari 2021 saat meeting of EMA’s scientific committee for human medicines (CHMP), asalkan data yang diserahkan tentang kualitas, keamanan, dan kemanjuran vaksin cukup kuat dan lengkap.

Selama fase ini, EMA menilai data dari studi laboratorium (data non-klinis), data tentang kualitas vaksin (pada bahan dan cara pembuatannya), bukti tentang keamanan dan kemanjuran—dari analisis gabungan data klinis sementara—dari empat uji klinis yang sedang berlangsung di Inggris, Brasil dan Afrika Selatan.

Manfaat Mendapatkan Vaksin COVID-19

Virus Corona dapat menyebabkan komplikasi medis yang parah dan menyebabkan kematian. Jika terkena virus ini, Anda bisa menularkan penyakit tersebut kepada keluarga, teman, dan orang lain di sekitar.

Mendapatkan vaksin COVID-19 dapat membantu melindungi Anda dengan menciptakan respons antibodi di tubuh tanpa harus sakit karena virus ini. Jika Anda tertular, vaksin dapat mencegah Anda dari sakit parah atau mengembangkan komplikasi serius.

Mendapatkan vaksinasi juga dapat membantu melindungi orang-orang di sekitar Anda dari virus Corona, terutama orang-orang yang berisiko tinggi.

Siapa Saja yang Tidak Boleh Mendapatkan Vaksin COVID-19?

Hingga kini belum ada penelitian tentang keamanan vaksin ini pada ibu hamil atau menyusui. Selain itu, penggunaan vaksin Corona juga belum disetujui untuk anak-anak di bawah usia 16 tahun. Namun beberapa perusahaan telah mulai mendaftarkan anak-anak usia 12 tahun ke dalam uji klinis vaksin COVID-19.

Perlu diingat, Kementerian Kesehatan memiliki prioritas penerima vaksin, yaitu masyarakat di Indonesia usia produktif 18 – 60 tahun yang tidak memiliki riwayat penyakit penyerta.

FDA dan BPOM menyarankan seseorang yang memiliki riwayat alergi parah sebaiknya tidak mendapatkan vaksin Corona. Beri tahu tenaga medis bahwa Anda pernah mengalami reaksi alergi yang serius (anafilaksis).

Selain itu, Anda juga tidak boleh mendapatkan vaksin COVID-19 jika pernah mengalami reaksi alergi yang serius terhadap vaksin sebelumnya. Alergi terhadap vaksin biasanya akan terjadi dalam beberapa menit setelah penyuntikan.

Pernah Terkena COVID-19, Perlukah Mendapatkan Vaksin?

Tubuh yang pernah terpapar virus Corona mungkin menawarkan perlindungan alami atau kekebalan dari infeksi ulang virus yang menyebabkan COVID-19. Tetapi tidak jelas berapa lama perlindungan ini bertahan, karena infeksi ulang mungkin terjadi dan COVID-19 dapat menyebabkan komplikasi medis yang parah. Oleh karena itu, para penyintas disarankan mendapatkan vaksin Corona atau tergantung saran dokter.

Itulah pembahasan tentang efek samping vaksin COVID-19. Vaksin Corona memberikan tubuh perlindungan agar terhidar dari virus penyebab infeksi COVID-19. Bila mengalami efek vaksin COVID-19 yang tidak biasa, mohon hubungi dokter.

 

  1. Anonim. COVID-19 vaccines: Get the facts. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/coronavirus/in-depth/coronavirus-vaccine/art-20484859. (Diakses pada 7 Januari 2021).
  2. Anonim. Coronavirus (COVID-19) vaccine. https://www.nhs.uk/conditions/coronavirus-covid-19/coronavirus-vaccination/coronavirus-vaccine/. (Diakses pada 7 Januari 2021).
  3. Anonim. Covid: What do we know about China’s coronavirus vaccines. https://www.bbc.com/news/world-asia-china-55212787. (Diakses pada 7 Januari 2021).
  4. Anonim. EMA receives application for conditional marketing authorisation of COVID-19 Vaccine AstraZeneca. https://www.ema.europa.eu/en/news/ema-receives-application-conditional-marketing-aut. (Diakses pada 7 Januari 2021).
  5. Corum, Jonathan dan Carl Zimmer. 2021. How the Sinopharm Vaccine Works. https://www.nytimes.com/interactive/2020/health/sinopharm-covid-19-vaccine.html. (Diakses pada 7 Januari 2021).
  6. Grey, Heather. 2020. What We Know About the Side Effects of Pfizer’s COVID-19 Vaccine. https://www.healthline.com/health-news/what-we-know-about-the-side-effects-of-pfizers-covid-19-vaccine. (Diakses pada 7 Januari 2021).
  7. Radcliffe, Shawn. 2020. 9 Things Everyone Needs to Know About the COVID-19 Vaccines. https://www.healthline.com/health-news/9-things-everyone-needs-to-know-about-the-covid-19-vaccines#What-are-the-known-side-effects-of-the-coronavirus-vaccine?. (Diakses pada 7 Januari 2021).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi