DokterSehat.Com – Pembuluh darah vena adalah pembuluh darah yang berfungsi untuk menghantarkan darah menuju jantung. Pembuluh darah vena kerap didera sejumlah masalah, dari sedang hingga berat, yang bisa menyebabkan komplikasi kesehatan serius. Salah satu masalah pembuluh darah vena yang perlu diwaspadai adalah Deep Vein Thrombosis (DVT) atau thrombosis vena dalam. Apa itu thrombosis vena dalam atau DVT?
Apa Itu Trombosis Vena Dalam (DVT)?
Trombosis vena dalam atau deep vein thrombosis (DVT) adalah suatu kondisi di mana terjadi penggumpalan darah pada satu atau lebih pembuluh darah vena dalam. Lazimnya, deep vein thrombosis terjadi pada pembuluh darah vena dalam yang ada di paha dan betis, meskipun tak menutup kemungkinan kondisi ini bisa terjadi pada pembuluh darah vena di area tubuh lainnya.
Deep vein thrombosis adalah gangguan pembuluh darah yang tidak boleh disepelekan. Pasalnya, selain menimbulkan bengkak dan rasa sakit yang tak tertahankan, kondisi ini jika tidak segera ditangani dapat berujung pada komplikasi serius, yakni emboli paru, di mana terjadi penggumpalan darah pada pembuluh darah arteri paru-paru.
Penyebab Deep Vein Thrombosis (DVT)
Terjadinya deep vein thrombosis dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, tepatnya 3 (tiga) faktor. Berikut ini adalah faktor penyebab DVT yang perlu Anda ketahui.
1. Gangguan Aliran Darah (Stasis Vena)
Stasis vena adalah kondisi di mana terjadi gangguan pada aliran darah di pembuluh darah vena itu sendiri, sehingga aliran darah mengalami perlambatan. Stasis vena dapat terjadi karena adanya sejumlah pemicu, yaitu:
- Cedera atau penyakit yang mengakibatkan tubuh tidak dapat bergerak selama 3 hari atau lebih, contohnya patah tulang atau stroke
- Tungkai tidak banyak bergerak, biasanya saat menempuh perjalanan jauh yang memakan waktu lebih dari 5 jam
- Operasi tungkai atau area panggul
- Anestesi
- Varises
- Polisitimea vera
- Gagal jantung
2. Hiperkoagulabilitas
Penyebab thrombosis vena dalam selanjutnya yakni hiperkoagulabilitas. Hiperkoagulabilitas adalah suatu kondisi kelainan genetik yang menyebabkan darah mudah sekali untuk membeku dan menggumpal. Faktor-faktor genetik yang mendassari hiperkoagulabilitas ini adalah:
- Mutasi gen prothrombin
- Faktor V Leiden
- Kurangnya protein pengencer darah alami, semisal antithrombin 3, protein C, dan protein S
- Kadar fibrinogen mengalami peningkatan
- Kadar homosistein sangat tinggi
- Faktor pembekuan VII, VII, dan XI mengalami kelebihan jumlah
- Sistem fibrinolysis mengalami kelainan, contohnya displasminogenemia, hipoplasminogenemia, dan peningkatan kadar plasminogen activator inhibitor (PAI-1)
Selain itu, hiperkagulabilitas juga dipengaruhi oleh sejumlah faktor risiko, meliputi:
- Wanita hamil
- Penggunaan pil KB
- Kelebihan berat badan (obesitas)
- Diabetes
- Lupus
- Sindrom nefrotik
- Sindrom antifosfolipid
- Obat terapi hormon
- Kanker
- Terapi kanker
3. Kerusakan Pembuluh Darah
Pembuluh darah vena yang mengalami kerusakan juga kemungkinan besar akan berujung pada terjadinya deep vein thrombosis (DVT) ini. Penyebab pembuluh dara vena rusak umumnya terdiri atas:
- Sepsis
- Vaskulitis
- Penggunaan NAPZA injeksi
- Penggunaan kateter vena sentral
- Kemoterapi
Di samping ketiga faktor pencetus di atas, deep vein thrombosis juga dipicu oleh pelbagai faktor risiko yang adalah sebagai berikut:
- Kelompok usia 60 tahun ke atas
- Rokok
- Riwayat penyakit penggumpalan darah
- Radang usus
Ciri dan Gejala Deep Vein Thrombosis
Sayangnya, tidak semua orang yang menderita deep vein thrombosis atau thrombosis vena dalam ini mengalami gejala-gejala awal yang mudah terdeteksi. Bahkan, dilaporkan hanya ada setengah dari total penderita DVT yang dapat mengidentifikasi kondisi yang tengah dialami.
Akan tetapi, secara garis besar ciri atau gejala deep vein thrombosis meliputi:
- Nyeri pada area kaki, utamanya ketika kaki digunakan untuk berdiri dan berjalan
- Terjadi pembengkakan pada area tubuh tempat di mana terjadi penggumpalan darah (biasanya area paha dan betis)
- Kulit kaki mengalami perubahan warna menjadi kemerahan
- Area kaki mengalami peningkatan suhu
Mengingat tidak semua penderita DVT dapat mendeteksi kondisi ini, maka seringkali DVT baru dapat dikenali apabila sudah terjadi emboli paru-paru, yang ditandai dengan gejala:
- Sesak napas
- Nyeri pada dada (terutama saat mengambil napas dalam-dalam)
- Detak jantung mengalami percepatan
- Batuk disertai dahak berdarah
Selain ciri-ciri di atas, masih ada lagi ciri atau gejala thrombosis vena dalam lainnya yang mungkin luput. Pada intinya, segera periksakan diri ke dokter manakala Anda mengalami gejala-gejala tersebut. Penanganan mendis sedini mungkin sangat perlu dilakukan guna mencegah kondisi menjadi bertambah buruk.
Diagnosis Deep Vein Thrombosis
Guna mendiagnosis apakah pasien mengalami DVT atau tidak, maka dokter perlu melakukan serangkaian prosedur pemeriksaan, yang meliputi:
1. Anamnesis
Pertama-tama, dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan kepada pasien terkait dengan keluhan yang dialami.
- Sudah berapa lama kondisi ini berlangsung?
- Apakah pernah punya riwayat penyakit sejenis?
- Apakah ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit yang sama?
- Apakah ada aktivitas yang dapat memicu kondisi ini, seperti duduk terlalu lama, merokok, dan sebagainya?
2. Pemeriksaan Fisik
Setelah itu, dokter akan memeriksa kondisi fisik pasien dengan merujuk pada ciri atau gejala DVT pada umumnya, seperti pembengkakan, perubahan warna kulit, hingga pemeriksaan denyut jantung apakah mengalami percepatan atau tidak.
3. Pemeriksaan Penunjang
Agar diagnosis trombosis vena dalam semakin kuat, pemeriksaan penunjang lazimnya dilakukan oleh dokter, yang mana prosedur pemeriksaan penunjang tersebut terdiri dari:
- Tes darah (D-Dimeer), yaitu tes yang dilakukan untuk memeriksa kandungan zat di dalam gumpalan darah yang sudah dilarutkan
- USG, yaitu tes pencitraan untuk melihat aliran darah di dalam tubuh pasien
- Venography, yaitu menyuntikkan zat khusus ke dalam pembuluh darah untuk melihat apakah ada bekuan yang menghambat aliran darah
Pengobatan Deep Vein Thrombosis
Terkait dengan pengobatan DVT, umumnya dokter akan memberikan obat antikoagulan, yang mana obat ini berfungsi untuk mengubah protein yang ada di dalam darah. Dengan begitu, penggumpalan darah dapat dicegah, pun menghambat pembesaran gumpalan darah tersebut.
Antikoagulan yang dimaksud seperti warfarin (obat oral), heparin (obat suntik), apixaban, dabigatran, fondaparinux, dan rivaroxaban. Pemberian obat antikoaguolan ini umumnya berlangsung selama 3-6 bulan.
Khusus warfarin, dosis obat ini harus disesuaikan, mengingat dosis yang kurang tidak akan memberikan efek berarti, tetapi dosis yang berlebihan juga bisa berujung perdarahan. Pemeriksaan darah (INR) penting dilakukan sebelum pasien mengonsumsi obat ini. Selain itu, obat ini juga tidak dianjurkan untuk dikonsumsi wanita hamil karena berpotensi menyebabkan kecacatan pada bayi.
Pada kasus DVT yang tidak bisa disembuhkan dengan antikoagulan, dokter akan memasukkan semacam filter pada pembuluh vena utama, letaknya di rongga perut. Hal ini dilakukan guna mencegah penggumpalan darah terjadi di paru-paru. Sedangkan stoking kompresi adalah adlah alat yang juga dipasangkan pada lutut guna mencegah terjadinya pembengkakan.
Pencegahan Deep Vein Thrombosis
Sejumlah cara dapat dilakukan sebagai bentuk pencegahan terdapa trombosis vena dalam ini. Atau, kalaupun sudah terlanjur terjadi, hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar jangan sampai deep vein thrombosis (DVT) bertambah buruk.
- Lakukan olahraga ringan, terutama di bagian kaki
- Jangan duduk terlalu lama
- Rutin memeriksakan diri ke dokter