Terbit: 26 February 2020 | Diperbarui: 27 September 2022
Ditulis oleh: Rhandy Verizarie | Ditinjau oleh: dr. Jati Satriyo

Tanpa disadari, Anda mungkin mengidap yang namanya bruxism. Ketahui lebih lanjut mengenai kondisi ini mulai dari ciri-ciri, penyebab, hingga komplikasi yang mungkin ditimbulkan.

Bruxism: Ciri-Ciri, Penyebab, Diagnosis, Penanganan, dll

Apa Itu Bruxism?

Bruxism adalah suatu kondisi ketika seseorang menggemeretak, menggesek, atau mengerat giginya sendiri entah itu ke atas, bawah, samping kanan maupun kiri. Acap kali, aktivitas ini tidak disadari oleh pelakunya karena biasanya terjadi di malam hari (sleep bruxism). Masalah ini juga berkaitan dengan gangguan kesehatan lainnya yaitu:

  • Mendengkur
  • Henti napas sejenak saat tidur (sleep apnea)

Bruxism—disebut juga bruxomania—memang sejatinya bukan merupakan sesuatu yang berbahaya, tetapi kebiasaan ini jika terus dibiarkan dapat menyebabkan masalah lainnya pada gigi seperti gigi rusak, gangguan tulang rahang, hingga gejala sakit kepala. Sayangnya, banyak dari pengidapnya yang tidak menyadari akan hal ini sampai masalah-masalah tersebut muncul.

Ciri dan Gejala Bruxism

Ada sejumlah ciri atau gejala yang dialami oleh pengidap gangguan kesehatan yang satu ini. Gejala-gejala tersebut—dilansir dari Mayo Clinic—adalah sebagai berikut:

  • Gigi patah
  • Enamel gigi terkikis dan terlihat usang
  • Gigi menjadi sensitif
  • Nyeri gigi
  • Nyeri telinga
  • Nyeri rahang (terkadang menjalar hingga ke wajah dan leher)
  • Fleksibilitas otot rahang berkurang
  • Sakit kepala
  • Sulit tidur

Kapan Harus Periksa ke Dokter?

Anda disarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter apabila mengalami satu atau beberapa dari gejala di atas, terutama jika gejala-gejala tersebut sudah berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama.

Bruxomania ini juga umum terjadi pada anak-anak. Manakala Anda menyadari buah hati sering menggemeretak, menggesek, atau mengerat giginya sendiri, jangan tunda untuk membawanya ke dokter gigi untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Penyebab Bruxism

Belum dapat dipastikan apa sesungguhnya yang menjadi penyebab bruxism ini. Dilansir dari Mayo Clinic, kondisi ini kemungkinan didasari oleh kondisi fisik, psikis, hingga faktor genetik sekalipun.

Dilihat dari faktor-faktor tersebut, bruxomania lantas terbagi menjadi 2 (dua), yaitu:

  • Awake bruxism, kemungkinan terjadi saat seseorang tengah dilanda stres, cemas, marah, frustrasi, atau ketegangan. Bahkan, kondisi ini bisa saja muncul ketika seseorang sedang berkonsentrasi penuh.
  • Sleep bruxism, kemungkinan dipicu oleh aktivitas alamiah dari gigi saat tertidur.

Pada anak-anak, kebiasaan ini muncul ketika gigi mereka tumbuh untuk pertama kalinya hingga periode tumbuhnya gigi permanen. Kendati demikian, bruxomania idealnya berhenti ketika memasuki usia remaja.

Faktor Risiko Bruxism

Kondisi ini juga dipengaruhi oleh sejumlah faktor risiko, antara lain:

  • Stres. Stres dan beberapa kondisi psikis lainnya seperti cemas, marah, hingga frustrasi acap kali membuat seseorang menggemeretak giginya.
  • Usia. Usia anak-anak lebih rentan untuk mengalami kondisi ini.
  • Kepribadian. Orang-orang dengan kepribadian agresif, kompetitif, dan hiperaktif sangat dimungkinkan untuk sering melakukan kebiasaan ini.
  • Terapi obat-obatan. Kondisi ini juga bisa menjadi efek samping dari penggunaan sejumlah jenis obat-obatan seperti antidepresan. Selain itu, merokok serta minum minuman beralkohol dan berkafein juga meningkatkan kemungkinan terjadinya masalah ini.
  • Riwayat keluarga. Seseorang yang memiliki kebiasaan ini kemungkinan memiliki anggota keluarga dengan kebiasaan yang sama.
  • Gangguan kesehatan. Menderita suatu gangguan kesehatan juga menjadi faktor risiko dari reaksi tubuh yang satu ini. Penyakit-penyakit yang dimaksud seperti Parkinson, demensia, GERD, epilepsi, sleep apnea, ADHD.

Diagnosis Bruxism

Guna mengetahui penyebab mengapa seseorang bisa melakukan kebiasaan ini, dokter akan melakukan sejumlah tes pemeriksaan yang umumnya terdiri dari:

1. Anamnesis

Pertama-tama, dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan kepada pasien terkait dengan keluhan yang dialami, di antaranya:

  • Sudah berapa lama kondisi ini berlangsung?
  • Apakah merasakan suatu gejala tertentu? Jika ya, bisa dijelaskan?
  • Apakah ada anggota keluarga yang memiliki kebiasaan serupa?
  • Apakah sedang mengonsumsi obat-obatan?
  • Apakah sedang menderita suatu gangguan kesehatan?

2. Pemeriksaan Fisik

Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan terhadap fisik pasien, dalam hal ini yaitu:

  • Kondisi fisik gigi
  • Pergerakan tulang rahang
  • Otot rahang

3. Pemeriksaan Penunjang

Jika diperlukan, dokter juga akan menerapkan prosedur pemeriksaan penunjang yakni electromyographic (EMG).

Metode ini akan mendeteksi sinyal dari otot temporalis, yakni otot yang membantu pergerakan rahang dan gigi ketika mengunyah makanan. Sinyal yang terdeteksi kemudian dijadikan penilaian guna mengetahui seberapa besar intensitas bruxism tersebut.

Penanganan Bruxism

Kendati umumnya tidak berbahaya, kebiasaan seperti ini tentunya akan sangat mengganggu. Belum lagi sejumlah komplikasi yang ditimbulkan apabila terus-menerus dilakukan. Oleh sebab itu, perlu adanya penanganan yang bertujuan untuk menghentikan kebiasaan tersebut.

Beberapa metode penanganan yang bisa diterapkan adalah sebagai berikut.

1. Penanganan Medis

Dokter mungkin akan menyarankan pasien untuk menggunakan sebuah alat bidai (mouthguard) yang mana alat ini berfungsi untuk mencegah gigi dari kerusakan.

Alat ini memiliki berbagai tipe dan dokter akan memasangkan tipe yang sesuai dengan struktur gigi pasien.

Selain mouthguard, ada beberapa kasus di mana dokter lebih memiliki metode penyesuaian ortodonti (orthodontic adjustment) dengan menggunakan medium behel bahkan operasi sekalipun. Metode ini umumnya untuk mengembalikan posisi gigi yang mungkin mengalami pergeseran.

2. Penanganan di Rumah

Pada kasus yang ringan, Anda bisa menghilangkan kebiasaan ini dengan sejumlah cara, yaitu:

  • Mengelola stres dengan baik
  • Melakukan relaksasi tubuh dan pikiran
  • Menghindari makanan bertekstur keras
  • Memijat area wajah (terutama sebelum tidur)

3. Penanganan Sesuai Masalah Kesehatan

Apabila aktivitas ini dipicu oleh masalah kesehatan, maka cara menanganinya adalah dengan melakukan pengobatan terhadap masalah kesehatan tersebut.

Jika kondisi ini disebabkan oleh penyakit GERD, maka Anda harus menerapkan metode pengobatan penyakit lambung tersebut terlebih dahulu. Hal yang sama berlaku untuk jenis penyakit lainnya.

Komplikasi Bruxism

Jika tidak segera dihentikan, kebiasaan ini bisa berujung pada sejumlah komplikasi, yaitu:

  • Kerusakan pada gigi
  • Sakit kepala
  • Nyeri rahang
  • Masalah pada temporomandibular joints (TMJs), yakni sendi yang letaknya ada di depan telinga

 

  1. Anonim. Bruxism (Teeth Grinding). https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/bruxism/symptoms-causes/syc-20356095 (Diakses pada 26 Februari 2020)
  2. Blake, K. 2016. What Causes Teeth Grinding? https://www.healthline.com/symptom/teeth-grinding (Diakses pada 26 Februari 2020)
  3. Kraft, S. 2017. What is bruxism, or teeth grinding? https://www.medicalnewstoday.com/articles/190180 (Diakses pada 26 Februari 2020)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi