Terbit: 30 May 2019
Ditulis oleh: Mutia Isni Rahayu | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Penyakit botulisme adalah penyakit langka yang berbahaya dan bisa menyebabkan kematian. Botulisme disebabkan oleh toksin botulinum yang berada dari bakteri Clostridium. Ketahui selengkapnya tentang botulisme mulia dari penyebab, gejala, pengobatan, dan pencegahannya melalui artikel ini!

Botulisme: Penyebab, Gejala, Pengobatan

Apa Itu Botulisme?

Botulisme adalah penyakit langka namun serius yang disebabkan oleh racun yang menyerang saraf tubuh. Kondisi ini menyebabkan kesulitan bernapas, kelumpuhan otot, atau bahkan hingga kematian. Racun penyebab botulisme paling sering dibuat oleh bakteri Clostridium botulinum, tapi terkadang juga berasal dari bakteri Clostridium butyricum dan Clostridium baratii.

Bakteri-bakteri ini dapat menyebar melalui makanan dan beberapa cara lainnya. Bakteri Clistridium pada dasarnya ditemukan secara alami di berbagai tempat, tapi bakteri ini tidak selalu menimbulkan penyakit. Bakteri ini membentuk spora untuk bertahan hidup. Selama spora tidak berkembang dan membuat racun, spora tidak berbahaya bahkan jika termakan.

Berbagai kondisi yang memungkinkan spora dapat tumbuh dan menghasilkan racun adalah seperti lingkungan rendah atau tanpa oksigen, rendah gula, rendah asam, rendah gara, suhu tertentu, dan sejumlah air.

Penyebab Botulisme

Penyebab botulisme dapat dibedakan berdasarkan jenisnya. Berikut adalah 5 jenis botulisme dan penyebabnya:

1. Foodborne botulism (botulisme bawaan makanan)

Foodborne botulism atau botulisme bawaan makanan terjadi akibat konsumsi makanan yang sudah terkontaminasi toksin botulinum. Sumber paling umum dari foodborne botulism adalah makanan buatan sendiri yang dikalengkan, diawetkan, dan difermentasi dengan cara yang tidak benar. Makanan sejenis yang dibeli di toko juga bisa saja terkontaminasi, namun kasus tersebut tidak umum.

2. Wound botulism (botulisme luka)

Wound botulism penyebabnya adalah spora bakteri yang masuk ke dalam luka dan membuat racun. Seseorang yang menggunakan narkoba dengan cara suntik memiliki risiko terkena botulisme jenis ini. Wound botulism juga dapat terjadi pada orang yang terluka akibat operasi maupun kecelakaan.

3. Infant botulism (botulisme pada bayi)

Botulisme pada bayi terjadi akibat spora bakteri masuk ke dan berkembang di usus bayi. Kondisi ini dapat terjadi pada bayi baru lahir hingga usia 12 bulan.

4. Adult intestinal toxemia

Adult intestinal toxemia atau dikenal juga dengan kolonisasi usus dewasa adalah jenis botulisme yang paling langka. Kondisi ini disebabkan oleh spora yang masuk ke usus orang dewasa dan kemudian tumbuh dan menghasilkan toksin. Seseorang dengan gangguan serius pada usus memiliki risiko tinggi terkena botulisme jenis ini.

5. Iatrogenic botulism

Iatrogenic botulism disebabkan oleh terlalu banyak toksin botulinum yang disuntikkan ke tubuh. Alasannya disuntikkan toksin ini dapat karena alasan kecantikan seperti mengatasi keriput atau alasan medis seperti untuk mengatasi migrain.

Gejala Botulisme

Gejala botulisme meliputi:

  • Penglihatan ganda
  • Kelopak mata terkulai
  • Penglihatan kabur
  • Kesulitan menelan
  • Bicara cadel
  • Kesulitan bernapas
  • Lidah terasa tebal
  • Mulut kering
  • Lemah otot

Botulisme pada bayi dapat ditandai dengan gejala seperti:

  • Lesu
  • Menolak makanan
  • Sembelit
  • Menangis lemah
  • Otot lemah

Gejala botulisme muncul akibat lemahnya otot yang disebabkan oleh toksin. Jika tidak diatasi kondisi ini dapat menyebabkan kelumpuhan otot dan menghasilkan gejala-gejala yang lebih fatal.

Gejala botulisme bawaan dapat muncul pada 18 hingga 36 jam setelah konsumsi makanan, tapi bukan tidak mungkin gejala muncul lebih cepat pada 6 jam setelah konsumsi atau lebih lambat yaitu setelah 10 hari.

Diagnosis Botulisme

Pertama-tama dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan bertanya pada Anda tentnag gejala yang dialami. Selanjutnya dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan untuk memastikan diagnosis botulisme.

Beberapa tes yang mungkin dilakukan untuk diagnosis botulisme adalah seperti berikut ini:

  • Pemindaian otak
  • Pemeriksaan cairan tulang belakang
  • Tes fungsi saraf dan otot
  • Tensilon
  • Tes laboratorium untuk memastikan keberadaan racun penyebab botulisme.

Pemeriksaan laboratorium dapat menggunakan sampel darah, tinja, hingga muntah sebagai sampel. Pemeriksaan ini biasanya membutuhkan waktu beberapa hari untuk mengetahui hasilnya.

Pengobatan Botulisme

Pada kasus penyakit botulisme bawaan makanan, dokter terkadang harus membersihkan saluran pencernaan dengan cara menginduksi muntah dan memberikan obat untuk menginduksi pergerakan usus.

Sedangkan pada wound botulism, pembedahan mungkin dibutuhkan untuk mengangkat jaringan yang terinfeksi. Langkah pengobatan botulisme lainnya adalah sebagai berikut ini:

1. Antitoksin

Injeksi antitoksin dapat mencegah toksin berkembang dan menyebabkan kerusakan yang lebih parah. Antitoksin akan menempel pada racun yang masih beredan di aliran darah dan mencegah toksin merusak saraf.

Antitoksin hanya dapat mencegah toksin merusak lebih parah, tapi tidak dapat memperbaiki kerusakan yang terlanjur terjadi. Namun seseorang dapat pulih sepenuhnya karena saraf beregenerasi. Membutuhkan waktu beberapa bulan hingga seseorang dapat pulih sepenuhnya.

2. Antibiotik

Penggunaan antibiotik hanya disarankan untuk jenis wound botulism atau botulisme luka saja. Obat ini dapat mempercepat pelepasan racun jika digunakan pada jenis botulisme lainnya.

3. Alat bantu pernapasan

Jika botulisme menyebabkan kesulitan bernapas, pasien mungkin membutuhkan ventilator selama beberapa waktu hingga efek toksin berkurang secara bertahap. Ventilator akan memaksa udara masuk ke paru-paru melalui pipa yang dimasukkan ke dalam saluran pernapasan melalui mulut atau hidung.

4. Rehabilitasi

Setelah pengobatan selesai, pasien membutuhkan terapi untuk meningkatkan beberapa fungsi yang terganggu akibat botulisme. Terapi yang dimaksud adalah seperti untuk meningkatkan kemampuan bicara, kemampuan menelan, dan fungsi lain yang mungkin terkena dampak.

Pencegahan Botulisme

Jenis botulisme pada bayi dan adult intestinal colonization termasuk pada botulisme yang mungkin tidak dapat dicegah. Langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah botulisme lainnya adalah sebagai berikut:

  • Hindari konsumsi makanan kaleng, terutama apabila kemasan rusak, baunya busuk, disimpan di suhu yang salah, dan sudah expired.
  • Hindari penggunaan narkoba, terutama bentuk injeksi.
  • Jangan memberikan madu pada bayi usia di bawah satu tahun karena madu dapat mengandung spora Clostridium botulinum.
  • Jika membutuhkan injeksi toksin botulinum untuk keperluan medis atau kosmetik, pastikan sebelumnya Anda sudah berkonsultasi dengan dokter atau ahli kecantikan profesional.

 

Sumber:

  1. About Botulism – https://www.cdc.gov/botulism/general.html diakses 30 Mei 2019
  2. Botulism – https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/botulism/symptoms-causes/syc-2037026 30 Mei 2019
  3. Botulism – https://www.nhs.uk/conditions/botulism/ 30 Mei 2019

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi