Terbit: 7 August 2018
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Salah satu ciri khas masyarakat Indonesia adalah belum merasa kenyang atau benar-benar makan jika belum makan nasi. Karena hal ini, kita pun menganggap bahan makanan seperti roti, kentang, atau bahkan mie sebagai camilan atau lauk saja, bukannya sebagai bahan makanan pokok. Sebenarnya, apa sih penyebab kita merasa belum kenyang kalau belum makan nasi?

Ini Penyebab Kita Belum Kenyang Kalau Belum Makan Nasi

Hal pertama yang menjadi penyebab masyarakat Indonesia belum bisa merasa kenyang kalau belum makan nasi adalah konsumsi nasi telah menjadi budaya khas masyarakat Indonesia. Sebagaimana kita ketahui, kita tinggal di negara agraris dengan banyak petani yang menanam padi yang akhirnya diolah menjadi beras. Banyaknya beras yang bisa diolah menjadi nasi membuat kita terbiasa menjadikannya sumber karbohidrat dan sumber energi harian. Kita pun akan merasa kurang kenyang atau kurang berenergi jika belum mengonsumsinya.

Hanya saja, penyebab utama dari kita sulit merasa kenyang kalau belum makan nasi adalah karena indeks glikemik dari nasi yang cenderung sangat tinggi. Sebagai informasi, indeks glikemik adalah nilai yang menunjukkan seberapa cepat kandungan karbohidrat di dalam bahan makanan diubah menjadi gula darah di dalam tubuh. Semakin tinggi indeks glikemik suatu makanan, semakin cepat pula kenaikan kadar gula darah dalam tubuh.

Mengingat gula darah atau glukosa adalah makanan utama otak, otak pun akan merasa senang karena mendapatkan makanannya sehingga memproduksi dopamin, hormon yang membuat kita merasa nyaman dan senang. Sayangnya, keberadaan hormon dopamin inilah yang kemudian membuat kita ketagihan dan belum merasa benar-benar makan jika belum makan nasi.

Mengingat konsumsi nasi dengan berlebihan kurang baik bagi kesehatan tubuh, ada baiknya kita mulai menata ulang kembali konsumsi nasi harian dan mempertimbangkan sumber karbohidrat lainnya seperti gandum yang jauh lebih sehat.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi