Terbit: 14 December 2018
Ditulis oleh: Mutia Isni Rahayu | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Memiliki tato dapat menjadi identitas yang menjadikan dirinya unik bagi sebagian orang. Seni tato juga dapat menjadi salah satu cara untuk mengekspresikan diri. Tato dapat menghiasi bagian tubuh yang terlihat maupun tidak terlihat atau bahkan di area tubuh yang sangat pribadi seperti  tato vagina dan tato penis. Apakah tato kelamin memiliki aman untuk dilakukan?

8 Bahaya Tato Vagina & Tato Penis (No. 6 Menakutkan)

Bahaya Tato Kelamin pada Pria dan Wanita

Menghias tubuh dengan tato memang dapat menjadi kepuasan tersendiri bagi sebagian orang. Sayangnya prosedur satu ini bukan tanpa risiko. Jika tato pada bagian tubuh lain saja memiliki risiko, bagaimana tato vagina dan tato penis yang merupakan salah satu bagian tubuh paling sensitif? Ini dia beberapa bahaya dari tato kelamin:

1. Infeksi pada kulit

Bahaya tato penis dan tato vagina yang pertama adalah dapat menimbulkan infeksi pada kulit. Prosedur tato dilakukan dengan menyuntikkan tinta ke bawah lapisan kulit, cara ini tentunya mau tidak mau akan menimbulkan luka pada kulit. Jika kulit terlalu sensitif atau alat yang digunakan kurang bersih, maka risiko terjadinya infeksi juga akan meningkat.

Pada tato vagina, risiko infeksi mungkin dapat lebih tinggi karena area kewanitaan merupakan area yang lembap sehingga pertumbuhan mikroorganisme yang mungkin menyababkan infeksi juga lebih tinggi. Maka dari itu, menjaga kebersihan area ini sangatlah penting dengan ada atau tidak adanya tato.

2. Reaksi alergi

Selain dapat menimbulkan infeksi, tato kelamin juga dapat menimbulkan reaksi alergi. Umumnya alergi yang muncul adalah akibat hipersensitivitas terhadap tinta yang digunakan untuk menato. Reaksi alergi yang mungkin muncul bisa berupa rasa gatal, sensasi terbakar, ruam merah, atau bahkan kulit melepuh.

Reaksi alergi tato ternyata tidak selalu muncul ketika tato diaplikasikan ke kulit. Ada reaksi alergi yang muncul seketika setalah tato diaplikasikan dan ada juga reaksi alergi yang baru timbul setelah beberapa lama penggunaan tato kelamin. Bahkan ada reaksi alergi yang baru muncul beberapa tahun kemudian.

3. Tertular penyakit berbahaya

Bahaya tato vagina dan tato penis selanjutnya adalah tertular berbagai penyakit. Alat yang digunakan untuk membuat tato vagina atau tato penis bukan merupakan alat yang dipergunakan satu kali. Maka dari itu, risiko tertular berbagai penyakit seperti hepatitis B, hepatitis C, tetanus, bahkan hingga HIV. Risiko ini bisa terjadi kerana peratalan yang digunakan untuk membuat tato kurang steril.

4. Timbul bekas luka

Risiko selanjutnya adalah timbulnya bekas luka hingga terbentuknya jaringan parut pada kulit. Bagian kulit sekitar vagina terbilang tipis sehingga mengaplikasikan tato vagina akan sangat berpotensi untuk meninggalkan bekas luka. Tato kelamin para pria juga berpotensi menyebabkan timbulnya luka bahkan dapat menyebabkan perubahan bentuk penis.

5. Sensitivitas menurun

Risiko lain yang mungkin timbul adalah menurunnya sensitivitas alat kelamin. Hal ini umumnya terjadi pada pria. Jika terjadi kesalahan saat menato dan menimbulkan lupa pada bagian sensitif pada penis, maka sensitivitas seseorang dapat menurun. Selain itu, rasa sakit akibat tato juga sering kali dapat kembali dirasakan ketika pria mengalami ereksi.

6. Ereksi permanen

Ereksi permanen adalah ereksi yang terjadi dalam waktu lama dan bukan merupakan reaksi akibat gairah seksual. Kondisi ini dapat sangat menyakitkan dan dapat berbahaya jika tidak ditangani dengan cepat dan dapat menimbulkan disfungsi ereksi atau impotensi permanen. Penyebab ereksi permanen bermacam-macam, salah satunya adalah karena prosedur tato penis yang salah.

7. Cedera saraf

Kemaluan merupakan bagian yang terhubung dengan banyak serabut saraf. Hal ini lah yang membuat bagian satu ini menjadi bagian tubuh yang sangat sensitif terhadap rangsangan. Tato vagina ataupun tato penis, keduanya berpotensi menyebabkan cedera saraf jika dilakukan dengan prosedur yang salah. Hal ini juga kemungkinan yang menjadi penyebab sensitivitas seseorang dapat menurun akibat adanya tato kemaluan.

8. Lebih sakit dari tato biasa

Tentunya tidak ada prosedur tato yang tidak menyakitkan. Adanya benda yang menembus kulit tentunya akan menimbulkan rasa sakit, meskipun sudah diberikan anestesi. Bagian area kemaluan lebih sensitif dari bagian kulit lainnya, sehingga tentu saja rasa sakit dari tato vagina dan tato penis akan lebih besar dibandingkan dengan tato pada bagian tubuh lain.

Tips Tato di Alat Kelamin

Risiko tato vagina dan tato penis memang sangat banyak, tapi risiko ini bisa diturunkan dengan beberapa cara. Berikut adalah beberapa tips yang bisa diterapkan untuk menurunkan risiko tersebut!

1. Jaga kebersihan

Tips pertama adalah dengan menjaga kebersihan area yang ditato. Menjaga kebersihan area kemaluan yang ditato tentunya bukan hanya pada saat akan menato, tapi juga setelah menato. Bersihkan area kemaluan menggunakan antiseptik untuk menhindari infeksi. Jangan sembarangan memilih pembersih, sebaiknya pilih antiseptik yang tidak mengandung alkohol.

2. Jangan sembarangan pilih seniman tato

Pilihlan tattoo artist profesional dan sudah berpengalaman. Anda juga harus memastikan alat dan tempat yang digunakan juga steril dan terjaga kebersihannya. Memastikan alat yang digunakan steril dapat menurunkan risiko infeksi dan tertular berbagai penyakit berbahaya.

3. Lakukan perawatan

Selain menjaga kebersihan area kemaluan, jangan lupa juga melakukan perawatan kulit agar kulit dapat cepat pulih. Aplikasikan pelembab atau lotion pada area kulit. Jika terjadi iritasi, pembengkakan, atau bahkan hingga pendarahan, segera hubungi dokter untuk mendapatkan tindakan lebih lanjut. Anda juga sebaiknya tidak menghindari hubungan seksual paling tidak 2 minggu setelah menato.

4. Gunakan pakaian yang nyaman

Pilih pakaian dalam yang tepat agar tidak menimbulkan rasa tidak nyaman atau sakit pada area kemaluan. Pilihlah bahan pakaian dalam yang sejuk dan berbahan lembut. Penggunaan celana ketat juga tentunya tidak disarankan.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi