Terbit: 3 July 2018
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Kasus pernikahan remaja atau pernikahan yang terlalu dini di Indonesia sudah terjadi berkali-kali. Beberapa orang menganggap kalau pernikahan dini sebagai sesuatu yang biasa. Dengan menikah, aneka praktik berbahaya seperti seks pranikah bisa dihindari. Selain itu, menikah juga dianggap sebagai cara terbaik untuk mengurangi kehamilan di luar nikah.

Bahaya Perkawinan Remaja pada Kesehatan Fisik dan Mental

Sebenarnya pernikahan dini yang terjadi pada remaja bukanlah solusi terbaik untuk masalah seks pranikah. Setelah menikah, akan ada banyak masalah yang terjadi pada pria dan wanita karena mereka belum terlalu matang.

Nah, kalau Anda ingin mengetahui seperti apa bahaya dari pernikahan remaja yang terlalu dini, simak beberapa poin di bawah ini.

  1. Organ belum siap untuk seks

Saat memasuki usia puber sekitar usia 12 tahun, pria dan wanita akan mengalami pertumbuhan yang pesat pada kemaluan dan sistem reproduksinya. Pertumbuhan ini menyebabkan remaja mulai tahu apa itu seks dan memiliki rasa penasaran dengan aktivitas ini.

Menikahkan anak pada usia yang masih mudah berisiko membuat mereka mengalami kerusakan alat vital. Pada pria mungkin gangguan ini tidak terlihat, tapi pada wanita gangguannya akan terlihat dengan jelas. Remaja wanita bisa mengalami kerusakan pada vagina karena alat kelaminnya tidak siap untuk aktivitas seks.

  1. Risiko kematian saat melahirkan

Selain masalah seks yang menjadi masalah utama, pernikahan dini juga berisiko menyebabkan gangguan pada kehamilan. Wanita yang berusia sangat muda belum memiliki rahim yang kuat dan kekuatan di pinggulnya juga masih belum meningkat.

Ketidakkuatan inilah yang menyebabkan wanita mengalami masalah saat melahirkan. Saat melahirkan, wanita berisiko mengalami gangguan seperti rusaknya kemaluan hingga terjadi kematian. Risiko ini semakin membesar kalau kehamilan terjadi terlalu cepat.

  1. Belum terlalu siap untuk menjadi orang tua

Katakanlah wanita bisa melahirkan dengan baik dan bayi serta dirinya sehat. Masalah tidak berhenti di sini saja. Setelah menjadi orang tua, masalah baru akan muncul karena secara psikologi orang tua baru ini belum siap untuk merawat anak dan mengorbankan masa mudanya yang harus dilakukan dengan anak.

Karena belum siap menjadi orang tua, mereka akan kebingungan dan akhirnya menyerahkan anaknya pada kakek atau nenek. Orang tua yang masih remaja biasanya masih ingin bermain, main ingin menikmati masa muda, dan ingin melakukan banyak hal yang menarik. Menikah dan memiliki anak akan merenggut kesenangan itu.

  1. Mengalami banyak tekanan

Setelah menikah remaja akan mengalami tekanan yang cukup tinggi. Tekanan ini bisa berasal dari kehidupannya sendiri dan dari sekitarnya. Tekanan dari kehidupan sendiri bisa berasal dari kebebasannya yang hilang dan tidak bisa menikmati masa mudah. Remaja akan bingung antara memilih kehidupan rumah tangganya atau kesenangannya.

Tekanan dari sekitar bisa berasal dari orang tua atau dari lingkungan. Biasanya tekanan itu terkait dengan rumah tangga, pekerjaan, dan kehidupan sehari-hari. Kalau remaja tidak tahan, mereka bisa mengalami stres.

  1. Risiko trauma cukup tinggi

Menikah bisa menyebabkan remaja jadi trauma. Trauma ini bisa terjadi baik secara fisik atau secara psikologi. Trauma secara fisik bisa terjadi pada kemaluan atau berbagai kekerasan yang dialami.

Selanjutnya trauma psikologi bisa terhenti karena kehidupannya yang selalu susah, kebebasannya yang jadi hilang, hingga hal-hal lain yang menyebabkan mereka jadi ingin hidup sendiri dan trauma dengan menikah dan hal-hal yang menyertainya.

Demikianlah beberapa bahaya dari perkawinan remaja untuk kesehatan fisik dan mental. Semoga bermanfaat untuk kita semuanya.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi