Terbit: 23 July 2018 | Diperbarui: 23 June 2022
Ditulis oleh: Gerardus Septian Kalis | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.com – Emas merupakan bahan tambang yang memiliki warna indah yang berkilau. Tak heran, banyak wanita yang gemar memakai atau mengoleksi logam mulia ini. Sayangnya, di balik keindahan bentuk dan kilauannya terdapat efek negatif yang bisa merugikan kesehatan Anda. Lantas apa bahaya memakai emas bagi wanita dan pria? Apakah memakai perhiasan emas dapat menyebabkan kanker?

Apakah Perhiasan Emas Bisa Pengaruhi Kesehatan? Cek Penjelasannya

Bahaya Menggunakan Emas bagi Kesehatan Tubuh

Bagi beberapa orang, memakai perhiasan emas dapat membuat pusing, mual, dan tidak enak badan. Bahkan kondisi tersebut bisa terjadi walau hanya melihat deretan emas berjajar di etalase toko. Mengapa demikian?

Bahan tambang yang dikenakan pada tubuh ini memiliki pengaruh terhadap sistem saraf. Oleh karena itu, bahan hasil tambang seperti emas dan batu-batuan alam kerap digunakan sebagai metode pengobatan alternatif. Biasanya emas atau batu mulia tersebut diletakkan pada beberapa titik tertentu di tubuh, dibiarkan beberapa saat, kemudian diangkat.

Sebaliknya, seseorang juga bisa mengalami gangguan kesehatan ketika menggunakan emas di bagian tubuh tertentu. Menurut sebuah penelitian, emas ternyata bisa mengganggu kesehatan seseorang.

Salain mengganggu kesehatani tubuh, berikut adalah beberapa bahaya emas lainnya yang memengaruhi kesehatan tubuh:

1. Mengganggu sistem saraf

Seperti dikutip dari Genius Beauty, emas bisa merangsang dan membangkitkan semua proses yang terjadi dalam otak manusia. Penggunaan emas pada tubuh bisa menyebabkan terjadinya masalah kesehatan yang berhubungan dengan sistem saraf secara keseluruhan.

2. Menyebabkan stres

Salah satu dampak negatif akibat penggunaan emas adalah depresi. Hal inilah yang menyebabkan tidak semua orang bisa menggunakan emas. Bahkan silau emas bisa mengakibatkan kejang bagi penderita epilepsi.

Oleh karena itu, dokter menyarankan untuk mengganti perhiasan emas dengan perak karena lebih memiliki dampak positif bagi sistem saraf. Sejumlah pakar kesehatan juga mengingatkan agar tidak memakai cincin yang terlalu kecil sehingga bisa memberi tekanan pada jari.

3. Gangguan sistem kapiler

Pemakaian cincin sempit dalam jangka panjang bisa mengakibatkan gangguan sistem kapiler. Segera lepaskan perhiasaan Anda terutama yang berbahan dasar emas bila terasa tidak nyaman.

Selain itu, terdapat cerita yang beredar di masyarakat mengatakan bahwa ibu hamil sebaiknya tidak menggunakan emas. Lalu, bolehkan ibu hamil memakai emas? jawabanya adalah boleh.

Tidak ada larangan bagi ibu hamil untuk menggunakan perhiasan mengandung emas, karena emas yang digunakan di kulit tidak memiliki dampak langsung terhadap ibu dan janin, kecuali jika ibu memiliki reaksi kulit terhadap bahan emas, maka sebaiknya dihindari.

Pengaruh Emas Terhadap Kanker

Meski penelitan sebelumnya mengungkapkan risiko bahaya emas bagi kesehatan, para peneliti di Universitas Edinburgh menemukan bahwa logam mulia tersebut meningkatkan efektivitas obat yang digunakan untuk mengobati sel kanker paru-paru.

Dr Asier Unciti-Broceta, dari Pusat Penelitian Kanker Inggris di Edinburgh mengatakan, penelitian ini membuktikan sifat baru dari emas yang sebelumnya tidak diketahui. Temuan ini juga untuk menjawab apakah memakai perhiasan emas dapat menyebabkan kanker.

“Kami menunjukkan bahwa logam tersebut dapat digunakan untuk melepaskan obat-obatan di dalam tumor dengan sangat aman,” kata dr Asier.

“Masih banyak hal yang harus dilakukan sebelum kita dapat menggunakan metode ini pada pasien, namun penelitian ini merupakan sebuah langkah ke depan. Kami berharap bahwa alat serupa pada manusia suatu hari nanti dapat ditanamkan oleh ahli bedah untuk mengaktifkan kemoterapi secara langsung pada tumor dan mengurangi efek berbahaya pada organ-organ sehat,” imbuhnya.

Sementara itu, Dr Aine McCarthy dari Pusat Penelitian Kanker Inggris mengungkapkan, manfaat emas bagi kesehatan adalah memperbaiki pengobatan dan mengurangi efek samping dari kanker.

“Secara khusus, metode ini dapat membantu memperbaiki pengobatan tumor otak dan kanker yang sulit diobati. Langkah selanjutnya adalah melihat apakah metode ini aman digunakan pada manusia, bagaimana efek samping jangka panjang dan jangka pendeknya, dan apakah merupakan cara yang lebih baik untuk mengobati beberapa jenis kanker,” tuturnya.

Penelitian yang diterbitkan di jurnal Angewandte Chemie ini baru melakukan percobaannya pada hewan, namun para peneliti berharap teknik ini dapat digunakan untuk mengembangkan upaya pengobatan pada manusia.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi