Terbit: 27 March 2019 | Diperbarui: 6 October 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Salah satu pemeriksaan darah di laboratorium yang umum dilakukan adalah apusan darah tepi. Pemeriksaan sediaan apusan darah tepi biasanya dilakukan jika seseorang diduga mengalami masalah medis tertentu.

Apusan Darah Tepi: Pengertian dan Fungsi

Simak penjelasan lebih detail tentang hapusan darah tepi. Temukan pengertian apusan darah tepi dan fungsi sediaan apusan darah tepi (SADT).

Apa itu darah tepi?

Darah tepi adalah darah yang mengalir dan bersirkulasi di sebagian besar tubuh. Komponen darah tepi terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit).

Fungsi darah tepi bisa menghilangkan patogen yang menetap di dalam tubuh. Darah tepi memiliki peran penting terhadap kekebalan tubuh. Oleh karena itu, masalah kesehatan tubuh bisa dilihat dengan mengetahui kondisi sel-sel darah yang ada pada darah tepi.

Apa itu apusan darah tepi?

Apusan darah tepi adalah pemeriksaan darah di laboratorium dengan cara menyebarkan setetes darah di potongan kaca secara tipis. Darah tepi yang disebar tipis pada potongan kaca tersebut kemudian dilakukan pewarnaan khusus dan diperiksa lebih lanjut.

Pemeriksaan sediaan apusan darah bisa dilakukan secara manual dan otomatis. Hapusan darah tepi yang dilakukan secara manual menggunakan mikroskop, sedangkan secara otomatis menggunakan mesin digital.

Darah tepi yang diperiksa secara manual dengan menggunakan mikroskop membutuhkan waktu satu hari. Tenaga medis yang bertanggung jawab untuk melakukan apusan darah tepi adalah dokter spesialis patologi klinik.

Hapusan darah tepi memiliki beberapa nama dalam bahasa Inggris, yaitu blood smear, peripheral smear, blood film, manual differential, differential slide, red blood cell morphology, erythrocyte morphology, dan leukocyte differential.

Fungsi pemeriksaan sediaan apusan darah tepi

Fungsi apusan darah tepi adalah untuk mendiagnosis penyakit tertentu seperti infeksi, tumor, atau penyakit degeneratif dengan cara mengevaluasi sel darah merah, sel darah putih, dan keping darah.

Berikut ini adalah beberapa fungsi hapusan darah tepi:

  1. Mengevaluasi ukuran, bentuk, dan warna (indikator kadar hemoglobin) dari sel darah merah (morfologi sel darah merah)
  2. Membandingkan ukuran, bentuk, dan penampilan umum sel darah putih dengan penampilan sel normal yang sudah ada
  3. Menentukan lima jenis sel darah putih yang berbeda dan persentase relatif mereka (diferensial sel darah putih manual)
  4. Memperkirakan jumlah trombosit yang ada
  5. Mendeteksi, mendiagnosis, dan memantau penyakit

Bahan evaluasi hapusan darah tepi

Hasil apusan darah tepi berfungsi untuk mendiagnosis penyakit melalui evaluasi eritrosit, leukosit, dan trombosit di dalam darah tepi. Pemeriksaan sediaan apusan darah tepi bisa membuahkan hasil diagnosis dengan melakukan evaluasi.

Di bawah ini adalah beberapa hal yang menjadi bahan evaluasi pemeriksaan hapusan darah tepi:

1. Kematangan eritrosit, leukosit, dan trombosit

Fungsi apusan darah tepi adalah melakukan evaluasi tingkat kematangan eritrosit, leukosit, dan trombosit. Perlu diketahui bahwa ketiga komponen darah tersebut terbentuk atau berasal dari satu induk sel, yaitu Hemositoblast.

Hemositoblast akan pecah menjadi lima jenis sel anakan, yaitu Proerythroblast, Myeloblast, Lymphoblast, Monoblast, dan Megakaryoblas. Kelima pecahan sel Hemositoblast inilah yang menjadi cikal bakal eritrosit, leukosit, dan trombosit.

Hasil apusan darah tepi yang baik adalah banyak mengandung komponen darah yang matang, yaitu eritrosit, leukosit, dan trombosit. Namun, apusan darah tepi juga bisa menunjukkan banyaknya sel darah yang belum matang dibanding sel darah matang.

Ketika banyak ditemukan erythroblast daripada eritrosit, maka ada masalah pada sel darah merah. Biasanya terkait dengan masalah medis seperti anemia, leukimia, talasemia, dan lainnya.

Hasil hapusan darah yang lebih banyak myeloblast, lymphoblast, dan monoblast daripada sel darah putih matang (basofil, eusinofil, neutrofil, monosit, dan limfosit) menunjukkan adanya masalah medis terkait leukosit seperti infeksi, peradangan, leukimia, dan lainnya.

Jika megakaryoblast dan megakaryosit banyak ada di dalam apusan darah tepi daripada trombosit, maka ini juga menunjukkan masalah medis tertentu. Kekurangan keping darah atau trombosit terkait dengan hemofili.

2. Kemunculan sel khusus

Pemeriksaan apusan darah tepi juga berfungsi untuk mendeteksi penyakit melalui kemunculan sel khusus.

Sel khusus tersebut biasanya adalah parasit yang menyebabkan kerusakan pada sel darah merah, seperti plasmodium ( plasmodium vivax, plasmodium malariae, plasmodium falciparum, dan lainnya).

Plasmodium tersebut hinggap di sel darah merah sehingga mengakibatkan sel darah membesar dan pucat karena kekurangan hemoglobin. Sel khusus ini juga akan mengubah bentuk sel darah merah.

3. Ketidaknormalan sel darah

Fungsi apusan darah tepi juga mengevaluasi kenormalan sel darah.

Jika ditemukan sel darah yang tidak normal, maka akan dilakukan evaluasi untuk mendiagnosis penyakit atau indikasi medis tertentu.

Berikut ini adalah kondisi ketidaknormalan pada sel darah merah yang bisa dilihat pada apusan darah tepi:

  • Anisocytosis

Anisocytosis adalah kondisi sel darah merah yang tidak normal karena memiliki ukuran yang lebih kecil dari ukuran normal (mikrosit) atau lebih besar dari ukuran normal (makrosit).

  • Poikilocytosis

Poikilocytosis juga merupakan kondisi yang tidak normal pada sel darah merah karena memiliki bentuk yang berbeda dari bentuk normal.

  • Anisopoikilocytosis

Anisopoikilocytosis adalah kondisi sel darah merah yang tidak normal karena ukuran dan bentuk sel darah merah yang berbeda dari yang seharusnya.

 

Sumber:

  1. LabTestsOnline: Blood Smear. https://labtestsonline.org/tests/blood-smear [diakses pada 27 Maret 2019]
  2. Upi: Leukosit. http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_%26_REKREASI/PRODI._KEPERAWATAN/197610152008011-IKBAL_GENTAR_ALAM/LEUKOSIT.pdf [diakses pada 27 Maret 2019]

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi