Terbit: 27 April 2018
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Transplantasi penis mungkin pernah dilakukan beberapa kali di seluruh dunia. Namun, transplantasi penis secara utuh mulai dari batang, skrotum, dan organ pendukung lainnya baru pertama kali dilakukan di dunia. Orang yang melakukannya adalah seorang veteran perang dari Amerika yang mengalami kerusakan penis secara total.

Apakah Transplantasi Penis Secara Utuh Bisa Dilakukan?

Untuk mengembalikan fungsi seksualnya, tentara itu menerima donor dari seseorang yang telah meninggal. Selanjutnya dokter di Rumah Sakit Johns Hopkisns Amerika melakukan operasi yang cukup panjang dan rumit sehingga dibutuhkan waktu sekitar 19 jam untuk menuntaskannya.

Keberhasilan operasi transplantasi penis utuh

Operasi berjalan dengan baik dan dikatakan berhasil. Bahkan veteran yang tidak diketahui namanya itu bisa pulang ke rumah setelah mendapatkan perawatan. Mengenai fungsi dari penis seperti kemampuan ereksi hingga menghasilkan sperma belum diketahui hingga saat ini.

Risiko dan peluang transplantasi penis utuh di masa depan

Boleh jadi operasi transplantasi penis yang dilakukan berhasil dan tidak memberikan komplikasi. Namun, ada beberapa hal yang harus diperhatikan terkait dengan penggunaannya di kemudian hari.

  • Prosedurnya cukup rumit karena melibatkan banyak ahli bedah dan juga spesialis. Ada banyak hal harus disambungkan mulai dari arteri, vena, kulit, saraf, dan uretra.
  • Belum diketahui apakah fungsi seksual dam reproduksi bisa kembali seperti semula.
  • Belum ditanggung oleh asuransi. Di Amerika sendiri belum ada asuransi yang menanggung biaya operasi transplantasi penis utuh. Operasi yang dilakukan oleh tentara di atas sekitar Rp1,5 miliar.
  • Ada kemungkinan tubuh melakukan penolakan pada penis yang dipasang.
  • Ada kemungkinan susah mendapatkan donor penis karena hal ini jarang dilakukan. Berbeda dengan donor jantung atau ginjal.
  • Risiko gagalnya operasi masih tinggi.

Jadi, apakah transplantasi penis utuh bisa dilakukan? Jawabannya, bisa. Namun, masih banyak hal yang perlu diperhatikan untuk prosedur dan risikonya.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi