Terbit: 1 January 2020 | Diperbarui: 28 September 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

Kentut adalah aktivitas yang biasa kita lakukan demi membuang gas di dalam perut. Hanya saja, terkadang kita terpaksa menahannya karena merasa tidak nyaman untuk membuangnya di depan orang lain. Padahal, menurut pakar kesehatan, ada banyak sekali manfaat yang bisa kita dapatkan jika bisa membuang kentut.

5 Alasan Mengapa Sebaiknya Kita Tidak Menahan Kentut

Berbagai Manfaat Kentut

Aromanya memang tidak sedap. Bahkan, ada yang menganggap suaranya menjijikkan, namun dalam realitanya kentut termasuk dalam salah satu bagian yang penting bagi sistem pencernaan kita. Jika kita bisa melakukannya dengan lancar, hal ini menandakan bahwa sistem pencernaan kita berfungsi dengan baik.

Berikut adalah berbagai manfaat kesehatan dari kebiasaan membuang kentut.

  1. Menandakan Bahwa Apa yang Kita Konsumsi Adalah Makanan Sehat

Manfaat pertama yang bisa kita dapatkan dengan membuang kentut adalah menandakan bahwa kita sudah mengonsumsi makanan dengan kadar nutrisi yang seimbang. Jika kita mengonsumsi makanan dengan kandungan serat dan protein tinggi misalnya, maka biasanya akan membuat produksi gas kentut lebih banyak.

Selain itu, beberapa jenis makanan berkarbohidrat yang bisa memberikan energi juga cenderung bisa membuat kita lebih mudah mengeluarkan kentut.

  1. Mengatasi Sakit Perut

Manfaat kentut lain yang bisa kita rasakan adalah menurunkan rasa nyeri pada perut. Tanpa kita sadari, saat makan, kita menelan gas dalam jumlah yang cukup banyak. Apalagi jika sampai kita makan sambil mengobrol. Penumpukan gas ini bisa menyebabkan sensasi sakit atau nyeri di dalam perut.

Jika kita kentut, maka gas tersebut bisa terbuang dari dalam tubuh sehngga membuat tekanan di dalam perut berkurang. Hal inilah yang kemudian membuat rasa sakit pada perut berkurang dengan signifikan.

  1. Bisa Mendeteksi Alergi Makanan

Terkadang, kita bisa mengalami gejala kesehatan setelah mengonsumsi makanan tertentu. Sebagai contoh, kita bisa mengalami diare, sakit perut, kembung, dan lain-lain. Hal ini bisa jadi menandakan adanya alergi pada makanan tertentu. Selain itu, terkadang alergi makanan juga bisa membuat kita mengeluarkan kentut dengan sensasi atau aroma tertentu.

Jika kita sering mengalami gejala kentut yang sama setelah mengonsumsi makanan tertentu, ada baiknya kita menurunkan atau menghindari makanan-makanan tersebut demi mencegah datangnya gangguan pencernaan.

  1. Menandakan Kondisi Pencernaan

Di dalam saluran pencernaan kita terdapat bakteri baik dan bakteri jahat. Jika jumlah bakteri baik lebih banyak, tentu akan membuat saluran pencernaan berjalan dengan baik dan meningkatkan sistem imun tubuh. Hal ini biasanya juga disertai dengan produksi gas kentut yang lancar.

  1. Mencegah Datangnya Masalah Kesehatan Tertentu

Pakar kesehatan menyebut kebiasaan menahan kentut ternyata bisa memberikan efek kesehatan yang buruk bagi usus, lambung, atau bagian pencernaan lainnya. Risiko terkena diverkulitis pun akan meningkat.

Sebagai informasi, diverkulitis adalah kondisi yang membuat usus besar mengalami peradangan atau infeksi. Jika tak kunjung ditangani, bisa memicu perdarahan, penyumbatan, atau bahkan pecah pada usus besar.

Frekuensi Kentut yang Normal

Pakar kesehatan dr. Kyle Staller dari Massachusetts General Hospital menyebut setiap hari, kita bisa memproduksi gas kentut sekitar 0,5 hingga 1,5 liter. Tidak semua gas kentut ini dibuang secara sekaligus. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Cleveland Clinic, disebutkan bahwa kita bisa kentut sekitar 14 hingga 23 kali setiap hari.

Normalnya, kentut tidak memiliki aroma, namun jika kita mengonsumsi makanan tertentu, maka di dalam usus akan terbentuk gas sulfur yang beraroma tidak sehat. Selain itu, jika kita mengalami kondisi kesehatan tertentu seperti gangguan ketidakseimbangan bakteri di dalam usus, aroma kentut juga bisa menjadi sangat tidak sedap.

 

Sumber:

  1. Holland, Kimberly . 2019. Why Farting Is Good for You. healthline.com/health/is-farting-healthy. (Diakses pada 1 Januari 2020).

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi