DokterSehat.com – Vaginismus merupakan kondisi di mana otot-otot yang mengelilingi vagina mengalami kejang. Keadaan ini mengakibatkan lubang vagina terlalu kuat saat menjepit. Hal ini akan menimbulkan masalah saat penetrasi berlangsung. Akibatnya, penis mengalami kesulitan untuk menembus lubang vagina.

Vaginismus juga berkaitan dengan kelainan disfungsi seksual. Kemungkinan penyakit ini disebabkan trauma seksual, psikologis, dan riwayat saat berhubungan seks. Wanita yang mengalami gangguan ini akan kesulitan mengalami intercouse.
Pada kondisi ini, pihak wanita akan mengalami reaksi fisik dan psikis sebagai bentuk penolakan, bukan hanya terhadap hubungan seksual, bahkan terhadap sentuhan atau usaha rangsangan di area vital (vagina), yang mengakibatkan terhambatnya rutinitas bercinta.
Wanita yang menderita vaginismus akan terlihat merapatkan kedua tungkai kakinya saat terjadi sentuhan di area kelaminnya. Penyakit ini bisa terjadi pada wanita berbagai usia. Baik yang sudah aktif secara seksual sampai yang sudah berusia lanjut. Sekitar 2-3 persen wanita dewasa diduga mengalami vaginismus.
Penyebab vaginismus
- Luka di sekitar labia atau lubang vagina akibat adanya infeksi
- Adanya gangguan selaput dara termasuk tarikan ketika penetrasi berlangsung
- Adanya bekas robekan pada saat melahirkan yang tidak sembuh secara sempurna, sehingga menimbulkan reaksi penolakan sebagi bentuk beban fisik dan fsikis
- Aktivitas seks yang sering menimbulkan rasa nyeri bisa mengakibatkan trauma psikis sehingga rasa trauma menjadi vaginismus
- Pernah mengalami traumatik secara seksual, seperti pemerkosaan, dimana jika trauma itu masih dirasakan hingga masa menikah, maka hal itu merupakan vaginismus sekunder
- Perasaan takut tertular penyakit kelamin dari pasangan
- Ketakutan berlebih bila aktivitas seks membuat wanita tersebut hamil.
Perawatan
Perawatan untuk penderita ini adalah dengan terapi yang mengkombinasikan pendidikan, konseling, dan melatih kebiasaan. Salah satu contohnya adalah dengan relaksasi. Pendidikan tentang seksualita juga membantu dalam memberikan pemahaman kepada penderita tentang anatomi seksual, respon seksual, dan mitos-mitos tentang seks.