Terbit: 9 January 2019
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Secara umum vagina basah memang selalu terjadi karena kelembapannya baik untuk pertumbuhan flora normal yang ada di dalamnya. Namun, pada kondisi tertentu, cairan yang keluar dari vagina jumlahnya sangat banyak. Bahkan bisa keluar hingga mengenai celana dalam dan membuat wanita merasa tidak nyaman.

12 Kondisi yang Menyebabkan Vagina Mengeluarkan Cairan Berlebih

Penyebab Vagina Basah yang Patut Diwaspadai

Bila Anda merasa sering mengalami kenaikan volume cairan yang keluar dari vagina, bisa jadi beberapa kondisi di bawah ini terjadi. Amati baik-baik ketika vagina mengeluarkan cairan agar Anda tahu apakah cairan itu berbahaya atau tidak. Bila berbahaya, harus segera disembuhkan agar tidak mengganggu kesehatan seks dan reproduksi. Berikut ini berapa kondisi yang menjadi penyebab vagina basah:

1. Infeksi jamur

Salah satu penyebab vagina basah atau banyaknya cairan yang keluar dari vagina adakah infeksi jamur yang terjadi dengan masif. Infeksi ini menyebabkan kelenjar di dalam vagina memproduksi banyak cairan dengan warna tidak bening saja, kadang agak kekuningan dan kehijauan.

Infeksi jamur juga diikuti dengan perasaan panas dan sakit saat berhubungan badan dan saat kencing. Bila Anda mengalami kondisi yang serupa, kemungkinan terjadi infeksi jamur dan memicu keputihan patogen muncul.

2. Mengalami ovulasi

Saat mengalami ovulasi dan memasuki masa subur, vagina mengeluarkan cairan lebih banyak dengan tekstur yang lebih tebal dan warnanya agak gelap. Kondisi vagina basah ini termasuk wajar dan tidak perlu dikhawatirkan oleh wanita.

Kelebihan cairan yang keluar dari vagina ini kadang sampai tumpah ke celana dalam. Bila wanita merasa tidak nyaman bisa langsung mencucinya dengan air hingga bersih tanpa menggunakan sabun.

3. Sedang terangsang

Wanita yang sedang terangsang akan otomatis menghasilkan cairan vagina dalam jumlah banyak. Vagina basah ini bermanfaat untuk melakukan aktivitas seks. Saat penetrasi terjadi, gesekan penis dengan vagina akan mengalami penurunan sehingga rasa sakit akan menurun.

4. Mengalami PCOS

Wanita yang mengalami ketidakseimbangan hormon rawan terkena PCOS. Kondisi PCOS bisa muncul karena kadar testosteron di dalam tubuh wanita mengalami peningkatan cukup signifikan. Peningkatan ini menyebabkan cairan vagina mengalami peningkatan.

Anda bisa tahu apakah tubuh sedang mengalami PCOS atau tidak dari memeriksakan diri atau melihat dari tanda seks sekunder pada tubuh. Bila tumbuh kumis atau rambut di area dada, kemungkinan besar terjadi PCOS dan wanita susah hamil.

5. Mengalami alergi

Vagina sangat rawan mengalami alergi. Alergi ini bisa terjadi akibat penggunaan sabun yang mengandung zat kimia, douching, atau menggunakan alat bantu seks yang terbuat dari bahan yang cukup berbahaya. Selain cairan vagina diproduksi dalam jumlah banyak, wanita juga akan mengalami rasa sakit saat kencing dan di vagina muncul bercak merah yang terasa sakit.

6. Menggunakan IUD

IUD adalah salah satu alat kontrasepsi yang terbilang aman dan bisa mencegah kehamilan dengan baik. Namun, pada kondisi tertentu, IUD juga memicu munculnya cairan yang keluar dari vagina yang berlebih dengan warna agak cokelat dan baunya tidak sedap.

Kondisi ini cukup normal sehingga Anda tidak perlu khawatir. Bila cairan yang keluar dari vagina warnanya hijau dan mengeluarkan aroma yang lebih pekat, segera memeriksakan diri ke dokter.

7. Tanda penyakit menular seksual

Beberapa penyakit menular seksual seperti gonore dan klamidia menyebabkan cairan vagina diproduksi dalam jumlah banyak. Cairan ini juga keluar disertai dengan rasa tidak nyaman di perut bagian bawah. Selain itu wanita juga sering mengalami sakit saat bercinta dengan pasangannya.

8. Vaginosis bakteri

Bakteri vaginosis adalah infeksi bakteri yang cukup umum. Ini menyebabkan peningkatan cairan vagina yang memiliki bau yang kuat dan busuk, meskipun dalam beberapa kasus tidak menghasilkan gejala. Wanita yang menerima seks oral atau yang memiliki banyak pasangan seksual memiliki peningkatan risiko tertular infeksi ini.

9. Trikomoniasis

Trikomoniasis adalah jenis infeksi lain. Ini disebabkan oleh protozoa, atau organisme bersel tunggal. Infeksi ini biasanya menyebar melalui kontak seksual, tetapi juga dapat ditularkan dengan berbagi handuk atau pakaian renang. Ini menghasilkan cairan vagina berwana kuning atau hijau yang memiliki bau busuk. Rasa sakit, radang, dan gatal-gatal juga merupakan gejala umum, meskipun beberapa orang tidak mengalami gejala apa pun.

10. Gonore dan klamidia

Gonore dan klamidia adalah infeksi menular seksual (IMS) yang dapat menyebabkan vagina basah yang tidak normal. Terkadang cairan vagina berwarna kuning, kehijauan, atau abu-abu.

11. Penyakit radang panggul (PID)

Penyakit radang panggul (PID) adalah infeksi yang sering menyebar melalui kontak seksual. Itu terjadi ketika bakteri menyebar ke vagina dan ke organ reproduksi lainnya. Ini dapat menghasilkan cairan vagina yang berbau busuk.

12. Human papillomavirus (HPV) atau kanker serviks

Infeksi human papillomavirus (HPV) disebarkan melalui kontak seksual. Ini dapat menyebabkan kanker serviks. Meskipun mungkin tidak ada gejalanya, kanker jenis ini dapat menghasilkan cairan vagina disertai darah, cokelat, atau berair dengan bau yang tidak sedap. Kanker serviks dapat dengan mudah diskrining dengan Pap smear tahunan dan tes HPV.

Gejala Vagina yang Mengeluarkan Cairan

Cairan yang keluar dari vagina biasanya jernih atau seperti susu dan tidak berbau. Warna dan ketebalan perubahan jumlah dengan siklus bulanan Anda. Cairan vagina lebih tebal ketika berovulasi (ketika salah satu ovarium Anda melepaskan sel telur), saat menyusui, atau ketika muncul hasrat seksual.

Perubahan apa yang mungkin merupakan tanda masalah pada vagina?

Perubahan yang mungkin menandakan masalah termasuk peningkatan jumlah cairan vagina, perubahan warna atau bau cairan, dan iritasi, gatal, atau terasa terbakar di dalam atau di sekitar vagina. Ini disebut vaginitis. Cairan yang keluar dari vagina disertai darah saat tidak mengalami haid juga bisa menjadi tanda masalah. Jika mengalami salah satu dari tanda-tanda ini, Anda harus berkonsultasi dengan dokter.

Anda juga harus waspada terhadap gejala infeksi jamur, vaginosis bakteri, dan trikomoniasis, 3 infeksi yang dapat menyebabkan perubahan cairan vagina.

Berikut tanda-tanda infeksi ragi yang bisa Anda kenali:

  • Putih, seperti keju cottage
  • Pembengkakan dan rasa sakit di sekitar vulva
  • Gatal-gatal hebat
  • Hubungan seksual yang menyakitkan

Tanda-tanda vaginosis bakteri:

  • Cairan vagina berwarna keputihan, abu-abu, atau kekuningan
  • Bau amis yang paling kuat setelah berhubungan seks atau setelah mencuci dengan sabun
  • Gatal atau terasa terbakar
  • Kemerahan dan pembengkakan ringan pada vagina atau vulva

Tanda-tanda trikomoniasis:

  • Cairan vagina bergelembung, kekuningan, atau kehijauan
  • Bau tidak sedap
  • Nyeri dan gatal saat buang air kecil
  • Cairan vagina yang terlihat jelas biasanya setelah haid

Itulah beberapa kondisi dan gejala yang menyebabkan vagina mengeluarkan cairan berlebih. Semoga ulasan di atas bermanfaat dan bisa Anda gunakan sebagai petunjuk untuk mengetahu kesehatan vagina Anda.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi