Terbit: 21 April 2017 | Diperbarui: 21 November 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- 21 April selalu dirayakan masyarakat tanah air sebagai Hari Kartini. Tak hanya sebagai pengingat akan salah satu pahlawan yang berjasa bagi Indonesia, Hari Kartini selalu dijadikan ajang bagi kaum hawa untuk selalu memperjuangan emansipasi dan kesetaraan dalam berbagai aspek kehidupan. Tahukah anda jika Kartini ternyata meninggal dunia setelah melahirkan putranya di usia yang cukup muda? Saat usianya 25 tahun, Kartini meninggal dunia hanya empat hari setelah melahirkan putra tunggalnya, Raden Mas Soesalit Djodoadhiningrat pada tanggal 13 September 1904. Diduga, penyebab dari meninggalnya adalah penyakit Preeklampsia.

Preeklampsia, Penyakit yang Diduga Membuat Kartini Meninggal

Pakar kesehatan menyebutkan bahwa preeklamsia adalah komplikasi yang cukup rentan menyerang para ibu hamil. Biasanya, penyakit ini ditandai dengan meningkatnya tekanan darah dengan signifikan, pembengkakan pada wajah atau tungkai, dan adanya kerusakan pada organ tubuh. Salah satu kerusakan yang kerap terjadi karena penyakit ini terjadi pada ginjal dimana hal ini ditandai dengan adanya protein yang tinggi pada air seni.

Yang menjadi masalah adalah, preeklamsia ternyata bisa memberikan dampak mengerikan baik bagi ibu hamil maupun bagi bayi. Bagi ibu, preeclampsia bisa menyebabkan kematian, sementara itu, bagi bayi, penyakit ini bisa menyebabkan cacat lahir dan juga kematian. Hal ini disebabkan karena plasenta tidak lagi mampu mendapatkan atau mengalirkan darah dan nutrisi yang cukup pada janin di dalam kandungan sehingga akhirnya perkembangan janin pun akan terganggu.

Pakar kesehatan menyebutkan bahwa setiap ibu hamil memiliki resiko untuk terkena preeklamsia. Hanya saja, mereka yang memang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit ini cenderung lebih beresiko untuk mengalaminya. Selain itu, mereka yang hamil di usia kurang dari 18 tahun dan 40 tahun, ibu yang mengandung anak kembar, memiliki riyawat tekanan darah tinggi kronis, diabetes, dan juga gangguan ginjal, juga cenderung beresiko terkena penyakit ini.

Demi keselamatan ibu dan janinnya, ada baiknya setiap ibu hamil selalu memeriksakan diri kondisi kesehatannya saat hamil atau setelah kehamilan agar tidak mengalami penyakit yang cukup mengerikan ini.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi