Terbit: 20 July 2022
Ditulis oleh: Mutia Isni Rahayu | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Keputihan umumnya disebabkan oleh infeksi atau pertumbuhan berlebih dari suatu bakteri atau ragi. Obat yang dipilih tentunya harus disesuaikan dengan penyebab dari keputihan tersebut. Apa saja obat keputihan yang bisa Anda gunakan? Simak penjelasan lengkapnya di sini.

15 Obat untuk Atasi Keputihan, dari Medis hingga yang Alami

Obat Keputihan Medis

Terdapat beberapa jenis obat keputihan yang bisa Anda dapatkan di apotek. Sebagian obat adalah jenis obat bebas dan sebagian lainnya merupakan obat resep.

Berikut adalah beberapa obat keputihan di apotik yang bisa Anda gunakan, di antaranya:

1. Miconazole

Obat keputihan di apotek yang pertama adalah miconazole; yang merupakan salah satu obat antijamur dari golongan imidazole.

Miconazole sediaan suppositoria diaplikasikan ke vagina untuk mengatasi infeksi akibat jamur atau ragi yang menjadi penyebab keputihan, sedangkan sediaan krim dapat diaplikasikan di bagian luar vagina. Ikuti petunjuk dan dosis dalam kemasan ketika menggunakan obat ini.

2. Clotrimazole

Sama seperti miconazole, obat ini juga merupakan obat antijamur dari golongan imidazole. Dosis dan penggunaan obat ini biasanya juga tidak jauh berbeda dengan miconazole. Anda bisa mendapatkan obat ini di apotek tanpa menggunakan resep dokter.

3. Tioconazole

Obat selanjutnya yang juga dapat Anda temukan di apotek adalah tioconazole. Antijamur satu ini juga dapat membantu mengatasi infeksi akibat jamur atau ragi.

4. Butoconazole

Antijamur selanjutnya yang dapat digunakan untuk mengatasi keputihan adalah butoconazole. Sama seperti ketiga antijamur sebelumnya, obat keputihan di apotik ini bisa didapatkan tanpa resep dokter.

Meskipun bisa didapatkan tanpa menggunakan resep dokter, ada baiknya Anda tetap berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan obat-obatan di atas, terutama jika Anda memiliki kondisi medis tertentu atau sedang mengonsumsi obat tertentu.

5. Fluconazole

Obat keputihan gatal ini termasuk ke dalam obat antijamur, namun penggunaannya harus menggunakan resep dokter. Fluconazole dapat digunakan untuk mengatasi kandidiasis vagina ringan hingga berat. Ikuti petunjuk dokter untuk penggunaan obat ini.

6. Metronidazole

Metronidazole digunakan untuk mengatasi infeksi vagina akibat bakteri. Obat ini bisa didapatkan di apotek, namun harus menggunakan resep dokter. Obat tersedia dalam bentuk tablet dan gel.

Selain untuk mengatasi infeksi bakteri, obat ini juga bisa diresepkan untuk mengatasi trikomoniasis, yaitu infeksi menular seksual akibat parasit yang bisa juga menyebabkan keputihan.

7. Clindamycin

Antibiotik lain yang juga dapat diresepkan untuk mengatasi bakterial vaginosis; yang menjadi penyebab keputihan adalah clindamycin. Obat ini hadir dalam sediaan krim untuk diaplikasikan ke vagina.

Sama seperti metronidazole, Anda juga membutuhkan resep dokter untuk mendapatkan obat ini. Dokter juga harus memastikan diagnosis penyebab keputihan sebelum meresepkan antibiotik.

8. Estrogen

Estrogen tersedia dalam bentuk krim, tablet, atau cincin vagina; dan bisa didapatkan dengan resep dokter.

Obat ini diresepkan apabila penyebab keputihan adalah atrofi vagina atau genitourinary syndrome of menopause (GSM). GSM disebabkan oleh penurunan kadar estrogen pada tubuh selama menopause. Kondisi ini ditandai dengan beberapa gejala, salah satunya keputihan tidak biasa.

Baca Juga: Perbedaan Keputihan Mau Haid dan Hamil, Ternyata Tidak Jauh Berbeda

Cara Mengatasi Keputihan dengan Bahan Alami

Selain dengan obat-obatan yang dijual di apotek, terdapat beberapa bahan alami yang dipercaya mampu mengatasi keputihan, di antaranya:

1. Yoghurt

Olahan susu satu ini mengandung bakteri sehat yang dianggap dapat membantu menciptakan lingkungan vagina yang sehat dan menyingkirkan bakteri jahat. Yoghurt juga dipercaya dapat mengurangi jamur dalam tubuh dan efektif melawan jamur C. albicans.

Konsumsilah yoghurt yang tidak mengandung gula tambahan karena gula justru dapat memicu pertumbuhan jamur Candida.

2. Probiotik

Obat keputihan alami lainnya yang dapat digunakan adalah probiotik; karena dapat membantu memulihkan keseimbangan bakteri-jamur di tubuh.

Meski yoghurt termasuk jenis probiotik, namun Anda juga bisa mengonsumsi probiotik dalam bentuk suplemen jika merasa ini lebih praktis. Suplemen probiotik hadir dalam bentuk suppositoria vagina yang dapat langsung diaplikasikan ke vagina dan kemungkinan dapat memberikan efek lebih cepat.

Jika Anda mengalami vaginosis bakteri dan mengonsumsi antibiotik, bakteri baik dalam tubuh juga ikut mati. Anda dapat menggantikan bakteri tersebut dengan mengonsumsi probiotik secara oral. Cara ini juga dapat membantu menurunkan risiko vaginosis bakteri di kemudian hari.

3. Bawang Putih

Obat tradisional keputihan yang mudah didapatkan di rumah adalah bawang putih.

Bawang putih memiliki sifat antibakteri yang kuat. Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi suplemen bawang putih dapat menjadi pilihan untuk mengatasi vaginosis bakteri.

Penelitian lain juga menunjukkan bahwa bawang putih terbukti dapat membunuh jamur Candida. Selain mengonsumsi suplemennya, Anda dapat mempertimbangkan untuk menambahkan lebih banyak bawang putih dalam masakan.

Hindari mengaplikasikan bawang putih secara langsung ke area vagina karena dapat menyebabkan rasa sakit dan sensasi terbakar.

4. Tea Tree Oil

Tea tree oil terbukti memiliki sifat antibakteri dan antijamur sehingga dapat membantu mengatasi keputihan.

Menggunakan produk suppositoria vagina yang mengandung minyak ini adalah pilihan paling aman. Namun jika ingin menggunakan langsung, Anda dapat mengencerkan minyak ini dengan minyak pembawa seperti minyak kelapa, minyak jojoba, atau minyak zaitun.

Jangan mengaplikasikan tea tree oil langsung tanpa mencampurkannya dengan minyak pembawa, hal tersebut berpotensi menyebabkan iritasi pada kulit.

5. Boric Acid

Asam borat atau boric acid dapat digunakan untuk mengatasi keputihan akibat bakteri maupun jamur.

Senyawa ini cukup kuat dan dapat mengatasi infeksi ragi yang tidak dapat diatasi dengan obat alami keputihan lainnya. Penggunaannya adalah melalui suppositoria vagina.

Disarankan berhati-hati dalam menggunakannya karena senyawa ini beracun bila digunakan dalam jumlah besar dan dapat menyebabkan kerusakan ginjal hingga kematian. Hindari penggunaan pada kulit yang terluka, penggunaan melalui oral, dan penggunaan selama kehamilan.

6. Hidrogen Peroksida

Hidrogen peroksida dapat menjadi antiseptik pembunuh bakteri dan ragi yang merupakan penyebab keputihan. Cara menghilangkan keputihan secara alami tanpa obat ini yaitu mencampurkan hidrogen peroksida dengan air yang digunakan untuk membasuh area kelamin

Ini bisa menjadi cara efektif sekaligus ekonomis, namun tidak disarankan untuk penggunaan jangka panjang.

7. Minyak Kelapa

Minyak kelapa dipercaya memiliki sifat antijamur dan ampuh melawan infeksi C. albicans.

Cara menggunakannya adalah dengan cara diaplikasikan secara langsung pada area yang terinfeksi. Disarankan untuk menggunakan minyak kelapa organik murni. Setelah diaplikasikan beberapa saat, jangan lupa untuk membilasnya kembali.

Beberapa obat keputihan tradisional di atas kemungkinan belum memiliki bukti klinis yang kuat, sehingga Anda harus melakukannya dengan hati-hati. Segera hentikan penggunaan apabila muncul reaksi negatif setelah Anda menggunakannya.

Baca Juga: 3 Ciri-Ciri Keputihan Normal dan Tidak Normal pada Wanita (Waspadai!)

Kapan Harus ke Dokter?

Keputihan adalah hal yang normal dialami oleh wanita. Keputihan yang tidak berbahaya biasanya berwarna putih atau bening. Terkadang produksi lendir vagina memang dapat meningkat pada masa tertentu pada siklus ovulasi dan menyebabkan kondisi ini.

Namun jika Anda mengalami keputihan abnormal dengan bau, warna, dan intensitas tidak biasa, Anda mungkin perlu waspada. Segera konsultasi ke dokter apabila keputihan abnormal juga dibarengi dengan gejala seperti:

  • Demam.
  • Sakit perut.
  • Penurunan berat badan drastis.
  • Kelelahan.
  • Peningkatan buang air kecil.

Itu dia berbagai cara mengatasi keputihan secara medis dan alami yang dapat Anda coba. Semoga informasi ini bermanfaat!

 

  1. Anonim. 2019. Vaginitis. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/vaginitis/diagnosis-treatment/drc-20354713. (Diakses 27 Oktober 2020).
  2. Anonim. Fluconazole. https://www.rxlist.com/consumer_fluconazole_diflucan/drugs-condition.htm. (Diakses 27 Oktober 2020).
  3. Anonim. 2020. Vaginal Discharge. https://www.drugs.com/health-guide/vaginal-discharge.html. (Diakses 27 Oktober 2020).
  4. Anonim. 2020. Butoconazole Vaginal. https://www.drugs.com/mtm/butoconazole-vaginal.html. (Diakses 27 Oktober 2020).
  5. Anonim. 2020. Tioconazole vaginal. https://www.drugs.com/mtm/tioconazole-vaginal.html. (Diakses 27 Oktober 2020).
  6. Anonim. 2018. Clotrimazole Vaginal. https://medlineplus.gov/druginfo/meds/a682753.html. (Diakses 27 Oktober 2020).
  7. Anonim. 2018. Miconazole Vaginal. https://medlineplus.gov/druginfo/meds/a601203.html. (Diakses 27 Oktober 2020).
  8. Ellis, Mary Ellen. 2019. Everything You Need to Know About Vaginal Discharge. https://www.healthline.com/symptom/vaginal-discharge. (Diakses 27 Oktober 2020).
  9. Gotter, Ana. 2019. Home Remedies for Bacterial Vaginosis. https://www.healthline.com/health/home-remedies-forbacterial-vaginosis. (Diakses 27 Oktober 2020).
  10. McDermott, Annette. 2019. Home Remedies for Yeast Infections. https://www.healthline.com/health/womens-health/yeast-infection-home-remedy. (Diakses 27 Oktober 2020).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi