Terbit: 28 October 2022 | Diperbarui: 3 November 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Sheila Amabel

Bagi beberapa pasangan, mendapatkan anak kedua tak semudah pertama kali memperoleh anak pertama. Bahkan, ada yang butuh waktu bertahun-tahun sampai hamil lagi. Kondisi ini dikenal sebagai infertilitas sekunder. Kenali lebih jauh seputar fenomena ini dalam ulasan berikut.

Infertilitas Sekunder, Kondisi yang Membuat Anda Sulit Punya Anak Kedua

Apa itu Infertilitas Sekunder?

Infertilitas sekunder adalah kondisi ketika pasangan sulit memiliki anak kedua setelah mencoba selama enam bulan hingga satu tahun.

Bila kehamilan tak kunjung terjadi setelah berbagai cara dilakukan, misalnya berhubungan intim dua sampai tiga kali dalam seminggu tanpa alat kontrasepsi, Anda mungkin mengalami infertilitas sekunder.

Sama seperti infertilitas primer, infertilitas sekunder juga umum ditemukan. Infertilitas primer sendiri merujuk pada kondisi pasangan yang kesulitan mendapatkan anak sejak awal pernikahan.

Penyebab Terjadinya Infertilitas Sekunder

Kondisi ini  bisa menimpa pria maupun wanita. Namun, penyebab pasti kondisi ini masih belum dapat diketahui secara pasti.

Mengutip WebMD, sebanyak satu pertiga kasus disebabkan oleh masalah kesuburan pada wanita, sepertiga lainnya terjadi karena kesuburan pada pria, dan satu pertiga kasus lainnya tidak teridentifikasi atau diakibatkan oleh masalah kesuburan pada kedua belah pihak.

Pada kasus infertilitas pada pria, berbagai faktor yang bisa menyebabkan sulitnya mendapatkan anak kedua, di antaranya:

  • Penurunan kadar testosteron, hormon yang dapat meningkatkan produksi sperma.
  • Kualitas sperma yang tidak baik.
  • Varikokel testis.
  • Pembesaran prostat.
  • Pengangkatan prostat, misalnya karena penyakit kanker atau kondisi medis lain.
  • Penggunaan obat-obatan tertentu yang memengaruhi jumlah dan kualitas sperma, seperti antibiotik dan obat-obatan untuk mengobati tekanan darah tinggi.
  • Penggunaan pelumas seks yang tidak aman bagi sperma.
  • Berat badan naik secara berlebihan.
  • Paparan bahan kimia tertentu.

Sementara itu, masalah infertilitas pada wanita yang bisa memicu sulitnya mendapatkan anak kedua, di antaranya:

  • Berusia di atas 30 tahun. Pasalnya, kesuburan wanita mulai menurun sejak usia 30 tahun.
  • Masalah pada jumlah dan kualitas sel telur.
  • Endometriosis. Ini adalah kondisi ketika jaringan yang biasanya tumbuh di dalam lahir malah tumbuh di tempat lain, misalnya di ovarium.
  • Masalah pada tuba falopi, misalnya karena penyakit menular seksual seperti klamidia dan gonore.
  • Masalah pada rahim, misalnya fibroid rahim.
  • Sindrom ovarium polikistik (PCOS). Ini adalah gangguan hormonal yang mengakibatkan periode menstruasi lebih lama dari biasanya atau lebih jarang.
  • Wanita menyusui.
  • Berat badan naik. Kondisi ini bisa mengakibatkan disfungsi ovarium pada beberapa orang.
  • Perubahan gaya hidup. Diet tertentu dapat berpengaruh terhadap kesuburan.
  • Penggunaan obat-obatan tertentu.

Penanganan yang Bisa Diberikan

Cara menangani masalah infertilitas sekunder umumnya sama dengan infertilitas primer. Penanganan juga akan bergantung pada penyebab kondisi.

Beberapa tindakan bisa dilakukan, mulai dari penggunaan obat-obatan dan suplemen, program kehamilan, hingga tindakan operasi. Berikut ini beberapa penanganan infertilitas sekunder:

1. Obat-obatan dan Suplemen

Pada wanita yang memiliki gangguan ovulasi, pemberian obat-obatan bisa dilakukan, misalnya clomiphene dan letrozole. Jenis obat ini dapat membantu menginduksi ovulasi.

Sementara itu, antioksidan dan suplemen bisa diberikan pada pria yang mengalami masalah gangguan kesuburan. Obat-obatan tertentu juga bisa membantu meningkatkan kualitas sperma.

Namun, sebelum menggunakan obat-obatan dan suplemen untuk infertilitas, berkonsultasilah terlebih dahulu dengan dokter untuk menghindari risiko efek samping yang bisa terjadi.

2. Program Bayi Tabung

Cara menangani masalah infertilitas sekunder berikutnya adalah merencanakan program kehamilan dengan dokter kandungan. Salah satu program yang bisa dicoba adalah program bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF).

Prosedur ini dimulai dengan stimulasi ovulasi. Dokter akan memberikan obat-obatan yang bisa meningkatkan produksi sel telur. Setelah itu, sel telur akan diambil dari ovarium.

Proses selanjutnya adalah inseminasi dan fertilisasi. Sel telur dengan sperma akan dipertemukan di laboratorium untuk menghasilkan pembuahan.

Saat pembuahan berhasil, embrio akan muncul. Bila embrio ini layak, dokter akan menempatkannya ke dalam rahim wanita. Kehamilan pun dapat terjadi.

3. Inseminasi Intrauterine (IUI)

Sama seperti program bayi tabung, inseminasi intrauterine juga bisa menjadi pilihan program kehamilan saat mengalami masalah infertilitas sekunder.

Berbeda dengan IVF yang mempertemukan sel telur dan sperma di laboratorium, pada prosedur IUI sperma yang telah diambil akan disuntikkan ke dalam rahim untuk dipertemukan dengan sel telur.

Setelah itu, Anda dan pasangan tinggal menunggu hingga kehamilan terjadi.

4. Operasi

Jika masalah infertilitas sekunder berhubungan dengan masalah rahim, seperti fibroid dan polip, tindakan operasi bisa dilakukan untuk menanganinya.

Tak hanya itu, bila pria mengalami varikokel testis yang mengakibatkan kesulitan memperoleh anak kedua, operasi juga bisa menjadi pilihan.

Itulah penjelasan seputar infertilitas sekunder yang sebaiknya diketahui. Jika mengalami kondisi medis yang mengganggu kesuburan, segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang sesuai. Semoga bermanfaat!

 

  1. Anonim. 2020. Secondary Infertility. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/21139-secondary-infertility. (Diakses pada 28 Oktober 2022).
  2. Anonim. 2021. IVF. https://www.nhs.uk/conditions/ivf/. (Diakses pada 28 Oktober 2022).
  3. Anonim. 2021. Intrauterine Insemination (IUI). https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/intrauterine-insemination/about/pac-20384722. (Diakses pada 28 Oktober 2022).
  4. Chandra, C. & Shenoy. 2022. Secondary Infertility: Why Does It Happen? https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/infertility/expert-answers/secondary-infertility/faq-20058272. (Diakses pada 28 Oktober 2022).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi