Keputihan adalah sesuatu yang normal dialami oleh wanita. Namun, kondisi ini juga bisa menjadi tanda adanya penyakit pada organ intim. Lantas, bagaimana tanda keputihan yang berbahaya? Cek penjelasannya di bawah ini.
Ciri-ciri Keputihan Normal
Keputihan adalah cairan berlendir yang keluar dari vagina. Cairan ini biasanya berwarna putih atau bening. Beberapa wanita bahkan dapat mengalami keputihan setiap hari, sementara pada wanita lainnya hanya keluar sesekali.
Meski kondisi yang dialami setiap wanita bisa berbeda, namun jika warna, bau, atau konsistensinya terlihat sangat berbeda dari biasanya—terutama jika disertai vagina gatal atau rasa seperti terbakar—Anda mungkin mengalami infeksi atau kondisi lain.
Berikut ini beberapa hal yang bisa menjadi tanda keputihan yang normal, di antaranya:
1. Warna dan Konsistensi
Jika keputihan tampak jernih dan berair, ini adalah ciri keputihan normal. Kondisi ini umum terjadi setelah Anda melakukan aktivitas seharian.
Jika cairan yang keluar dari vagina tampak bening, elastis, dan tampak seperti putih telur, ini tanda bahwa Anda sedang berovulasi. Kondisi ini tergolong normal dan tidak perlu dikhawatirkan.
Terkadang, ciri-ciri keputihan normal juga tampak berwarna cokelat atau terdapat bercak darah. Tenang, kondisi ini merupakan keputihan normal jika terjadi selama atau setelah siklus menstruasi.
2. Jumlah Keputihan
Cairan keputihan umumnya akan mengalami peningkatan di masa-masa sebelum ovulasi. Jumlah cairan akan berkurang pada hari pertama atau kedua setelah ovulasi. Dalam beberapa kasus, vagina juga dapat mengeluarkan lebih banyak cairan saat terangsang secara seksual.
3. Tidak Bau
Ciri keputihan normal berikutnya adalah tidak berbau atau beraroma ringan. Keputihan pada wanita yang menimbulkan bau ringan mungkin karena cairan keputihan bercampur dengan urine atau darah dari menstruasi.
Ciri-ciri Keputihan Tidak Normal
Setelah mengetahui ciri-ciri keputihan yang normal, berikut ciri-ciri keputihan tidak normal yang penting untuk diketahui, di antaranya:
1. Perubahan Warna
Warna keputihan tidak normal dapat menjadi tanda kemungkinan infeksi hingga kanker. Warna keputihan yang berbeda adalah tanda kondisi yang berbeda. Berikut penjelasannya:
-
Berdarah atau Cokelat
Warna ini bisa menjadi tanda siklus menstruasi yang tidak teratur, kanker serviks, atau endometriosis (meski jarang terjadi).
-
Kuning
Cairan keputihan yang kekuningan menjadi gejala gonore. Kondisi ini biasanya dibarengi dengan nyeri panggul, inkontinensia urine, dan perdarahan di antara menstruasi.
-
Kuning Kehijauan
Warna ini bisa menjadi tanda trikomoniasis. Kondisi ini biasanya dibarengi rasa sakit dan gatal saat buang air kecil.
-
Merah Muda
Jika keputihan pada wanita tampak berwarna merah muda, itu bisa menjadi tanda pelepasan lapisan rahim setelah melahirkan.
-
Putih Kekuningan
Kondisi ini mungkin menandakan infeksi jamur. Gejalanya termasuk pembengkakan dan rasa sakit di sekitar vulva, gatal, dan nyeri selama berhubungan seksual.
-
Abu-abu dan Kuning
Warna ini mungkin merupakan indikator vaginosis bakterialis. Beberapa gejalanya termasuk gatal, kemerahan atau pembengkakan pada vagina atau vulva.
2. Bau Tidak Sedap
Keluarnya cairan disertai dengan aroma yang tidak sedap bisa menjadi pertanda adanya penyakit tertentu, misalnya aginosis bakterialis atau trikomoniasis.
Terkadang, siklus menstruasi dapat menyebabkan vagina beraroma logam selama beberapa hari. Hubungan seksual juga dapat menyebabkan perubahan bau yang bersifat sementara.
3. Konsistensi Cairan
Cairan yang keluar dari vagina terlalu encer atau kental dan lebih bertekstur adalah indikator keputihan tidak normal. Dalam beberapa kasus, cairan yang keluar bisa tampak seperti lelehan keju (kental dan putih). Kondisi ini mungkin menandakan Anda menderita infeksi jamur.
4. Keputihan yang Disertai Nyeri, Gatal, dan Perih
Gejala klamidia atau gonore dapat menyebabkan keputihan yang disertai nyeri panggul, nyeri saat buang air kecil, atau pendarahan di antara periode menstruasi. Jika tidak mendapatkan penanganan, kondisi tersebut menyebabkan penyakit radang panggul dan meningkatkan risiko infertilitas.
Selain itu, munculnya rasa gatal dan sensasi terbakar dapat menjadi tanda adanya infeksi. Kondisi ini disebut vaginitis tidak menular.
Vaginitis noninfeksi umumnya disebabkan oleh reaksi alergi atau iritasi akibat semprotan vagina, douche, atau produk spermisida. Hal ini mungkin juga disebabkan oleh kepekaan terhadap sabun wangi, deterjen, atau pelembut kain.
Gejala vaginitis tidak menular mungkin mirip dengan kondisi lain, jadi penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis.
Baca Juga: Ini Perbedaan Keputihan Tanda Hamil atau Mau Haid
Kapan Waktu yang Tepat untuk Dokter?
Jika mengalami keputihan yang tidak biasa seperti yang telah disebutkan di atas, segera periksakan diri ke dokter. Gejala yang harus diperhatikan antara lain:
- Demam.
- Sakit di perut.
- Penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya.
- Kelelahan.
- Sering buang air kecil.
Konsultasi dengan dokter diperlukan untuk menentukan apakah keputihan yang Anda alami termasuk normal atau tidak normal.
Pengobatan Keputihan Tidak Normal
Cara mengobati keputihan yang tidak normal akan bergantung pada penyebab masalahnya. Beberapa contoh pengobatannya meliputi:
- Infeksi jamur. Keputihan tidak normal yang disebabkan oleh infeksi jamur biasanya diobati dengan menggunakan obat antijamur. Obat ini tersedia dalam bentuk pil, serta krim atau gel yang dapat dimasukkan langsung ke dalam vagina.
- Vaginosis bakterial. Jika keputihan disebabkan oleh kondisi ini, maka bisa diobati dengan menggunakan pil atau krim antibiotik.
- Trikomoniasis. Untuk infeksi “trich”, dokter biasanya akan meresepkan obat metronidazol (flagyl) atau tinidazole (tindamax).
Cara Mencegah Keputihan Tidak Normal
Mencegah terjadinya keputihan yang abnormal juga tergantung penyebab yang mendasarinya. Berikut adalah beberapa tips untuk mencegah infeksi pada vagina:
- Membersihkan organ intim secara teratur menggunakan sabun lembut dan air hangat.
- Jangan menggunakan sabun wangi dan produk feminin atau douche terlalu sering.
- Hindari pembalut atau tampon deodoran.
- Bersihkan vagina dari depan ke belakang untuk mencegah bakteri masuk ke dalam vagina dan menyebabkan infeksi.
- Gunakan celana dalam berbahan katun 100%, dan hindari pakaian yang terlalu ketat.
- Selalu gunakan alat kontrasepsi ketika melakukan seks dengan pasangan baru.
- Jika menyebabkan iritasi, ganti deterjen atau pelembut pakaian.
Pada akhirnya, penanganan sedini mungkin diperlukan untuk mencegahnya munculnya komplikasi yang dapat membahayakan kesehatan. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Teman Sehat.
- Anonim. Abnormal Vaginal Discharge (Vaginitis). https://www.chop.edu/conditions-diseases/vaginitis. (Diakses pada 4 Januari 2024)
- Anonim. Vaginal Discharge. https://www.hhs.gov/opa/reproductive-health/fact-sheets/vaginal-discharge/index.html. (Diaskes 8 Oktober 2019)
- Anonim. 2028. Normal Vaginal Discharge vs. Abnormal Discharge: What’s the Difference?. https://flo.health/menstrual-cycle/health/vaginal-discharge/normal-abnomal-discharge. (Diaskes 8 Oktober 2019)
- Ellis, Mary E. 2018. Everything You Need to Know About Vaginal Discharge. https://www.healthline.com/health/vaginal-discharge. (Diaskes 8 Oktober 2019)
- Watson, Stephanie et al. 2023. Vaginal Discharge: What’s Abnormal?. https://www.webmd.com/women/guide/vaginal-discharge-whats-abnormal#1. (Diaskes 8 Oktober 2019)