Terbit: 30 July 2017
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Cukup banyak wanita yang menggunakan sabun pembersih organ vital yang memakai bahan sabun sirih. Tujuan dari penggunaan sabun pembersih ini tentu saja agar membuat area vagina menjadi lebih bersih sekaligus tidak mengeluarkan bau yang tidak sedap. Namun, sebuah pertanyaan pun muncul, apakah sabun sirih memang benar-benar bisa memberikan manfaat tersebut?

Amankah Sabun Pembersih Vagina Dengan Bahan Sabun Sirih?

Pakar kesehatan menyebutkan bahwa organ vital wanita sebenarnya memang bisa menimbulkan aroma yang khas dan terkadang memang tidak sedap. Jika vagina mengeluarkan aroma ini, ada baiknya mereka tidak mengkhawatirkannya secara berlebihan. Asalkan tidak mengeluarkan aroma yang tajam atau amis dengan berlebihan, maka kondisi organ vital sebenarnya baik-baik saja dan tidak perlu dikhawatirkan.

Beberapa tanda lain yang menunjukkan vagina dalam kondisi yang sehat adalah tidak adanya flek yang keluar dengan tidak normal, tidak terasa gatal-gatal atau panas, dan tidak terkena iritasi.

Penggunaan cairan pembersih organ vital wanita ternyata dianggap bukan hal yang benar-benar penting karena jika digunakan dengan tidak tepat, dikhawatirkan akan menimbulkan ketidakseimbangan kadar pH atau bakteri di dalam vagina yang tentu akan meningkatkan resiko terkena infeksi. Memang sirih memiliki kandungan anti bakteri yang bisa mencegah datangnya infeksi. Namun, penggunaan sirih setiap hari ternyata sangat tidak dianjurkan bagi kesehatan. Sabun pembersih vagina yang mengandung sirih ini ternyata lebih direkomendasikan jika kaum hawa terkena keputihan saat menstruasi. Itupun dengan catatan bahwa pada organ vitalnya tidak mengalami luka atau lecet-lecet.

Melihat adanya fakta ini, ada baiknya kaum hawa tidak terlalu sering menggunakan sabun pembersih vagina yang mengandung nutrisi daun sirih. Selain itu, pastikan untuk menggunakannya untuk bagian luar organ vital saja, bukannya dimasukkan ke dalam vagina karena bisa meningkatkan resiko infeksi jamur.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi