DokterSehat.Com – Zat besi atau iron memiliki banyak manfaat untuk tubuh khususnya dalam hal peredaran darah. Sayangnya pada kondisi tertentu zat besi pada tubuh pria bisa mengalami kelebihan yang cukup banyak. Kelebihan ini ternyata memberikan dampak buruk pada tubuh sehingga seorang pria harus segera mengatasinya.
Berbagai Tanda Hemochromatosis pada Pria
Nah, karena kondisi kelebihan zat besi atau hemochromatosis ini cukup langka, tidak semua orang mengetahuinya. Meski demikian, kita harus tetap waspada agar tahu apakah tubuh kita sedang sehat atau justru mengalami iron overload. Berikut ulasan singkat tentang hemochromatosis.
Kondisi kelebihan zat besi ini bisa terjadi karena beberapa hal seperti terlalu banyak mengonsumsi makanan dengan zat besi dan karena keturunan atau genetis. Seorang pria yang mengalami kondisi hemochromatosis biasanya akan mengalami:
- Penurunan kekuatan pada tubuh, pria akan susah mengangkat benda yang terlalu berat. Perubahan ini cukup signifikan sehingga terlihat sangat jelas dan janggal. Meski sudah beristirahat dan makan, kondisi ini tidak akan membaik dan sangat mengganggu.
- Persendian terasa sangat sakit khususnya saat digunakan untuk bergerak. Kalau bagian sendi sangat sakit, kemungkinan untuk digerakkan akan sulit. Kondisi ini bisa membuat mobilitas pria semakin terbatas. Kalau pria tidak tahan dengan nyeri, kondisi ini bisa semakin parah.
- Penurunan berat badan yang signifikan tanpa sebab yang jelas. Penurunan berat badan biasanya terjadi karena sakit atau diet. Kalau tanpa sebab yang jelas mendadak mengalami penurunan berat badan, bisa jadi tanda dari hemochromatosis.
- Sering mengalami nyeri yang tidak tertahankan di perut. Nyeri yang muncul sangat mengganggu dan bisa menyebabkan pria tidak bisa melakukan aktivitas hariannya.
- Mudah sekali lelah meski tidak melakukan aktivitas fisik yang terlalu intens. Dampak dari kondisi ini adalah banyaknya waktu yang dibutuhkan pria untuk beristirahat.
- Gula darah di dalam tubuh akan naik signifikan meski tidak ada riwayat diabetes pada diri sendiri atau keluarga.
- Kemampuan seks pria akan mengalami kemerosotan. Mereka tidak akan bisa mengalami ereksi hingga kemampuan orgasme juga menurun.
- Ada penurunan ukuran dari testis yang dimiliki pria. Penurunan ini bisa saja memicu penurunan kesuburan.
- Kulit akan berubah menjadi lebih gelap seperti habis berjemur.
Faktor Risiko Hemochromatosis
Hemochromatosis bisa terjadi pada pria atau wanita. Meski demikian ada beberapa faktor risiko yang membuat seseorang lebih mudah terkena kondisi ini.
- Faktor Genetik. Seseorang yang memiliki salinan gen HFE akan lebih mudah mengalami hemochromatosis. Kondisi ini akan diturunkan juga ke anak. Kalau orang tua mengalami hemochromatosis, kemungkinan anaknya bisa mengalaminya juga.
- Seseorang yang berasal dari Eropa khususnya Inggris, Jerman, Irlandia, dan Perancis lebih berisiko terkena hemochromatosis.
- Jenis kelamin. Pria lebih mudah mengalami Hemochromatosis dibandingkan dengan wanita. Umumnya kondisi ini muncul saat pria berusia 40-60 tahun sedangkan wanita setelah menopause.
Dampak Kelebihan Zat Besi pada Pria
Hemochromatosis terkadang muncul dan terlihat pada pria yang sudah terlalu tua. Seiring dengan berjalannya waktu, beberapa organ pada tubuh mengalami gangguan akibat zat besi yang menyebar ke mana-mana. Organ tubuh yang bisa mengalami kondisi ini terdiri dari hari, jantung, dan munculnya diabetes.
Kondisi ini sebenarnya bisa diatasi kalau terdeteksi sejak awal. Namun, kalau sudah parah bisa menyebabkan kerusakan organ dan susah sekali disembuhkan. Kalau kondisi ini dibiarkan, kemungkinan terjadi gangguan dan juga komplikasi pada tubuh akan besar.
Berapa Seharusnya Zat Besi yang Dibutuhkan Pria?
Secara umum kebutuhan zat besi di dalam tubuh yang normal adalah 4-5 gram saja. Kalau lebih dari itu hingga tubuh sampai menyimpannya melebihi 20 gram, komplikasi bisa saja terjadi. Oleh karena itu, pria disarankan untuk bisa melakukan pengecekan pada jumlah zat besi di dalam tubuhnya.
Saat pengecekan kadar zat besi di dalam tubuh, level normalnya ada pada angka 20-300ng/mL. Dengan angka ini tubuh akan sehat dan tidak akan mengalami efek samping sama sekali. Pria bisa hidup seperti biasanya tanpa perlu mengkhawatirkan banyak hal.
Kalau level dari zat besi yang ada di dalam tubuh mencapai 1.000ng/mL kemungkinan besar akan ada gangguan pada tubuh, Organ yang pertama akan mengalami gangguan adalah hati.
Risiko Memiliki Hemochromatosis pada Semua Orang
Selama ini masalah hemochromatosis selalu dihubungkan dengan pria. Memang benar pria lebih berisiko mengalami hemochromatosis dibandingkan dengan wanita menurut studi yang dilakukan pada tahun 1997 lalu. Kondisi ini juga erat dengan diabetes dan gangguan hati ringan hingga parah.
Menurut penelitian ini pria lebih mudah mengalami hemochromatosis dengan risiko sekitar 25%. Sementara itu wanita memiliki risiko mengalami hemochromatosis sebesar 16 %.
Studi lain yang masih berhubungan dengan hemochromatosis pada pria mengatakan kalau kondisi ini juga menyebabkan pengeroposan. Setidaknya dari penelitian yang dilakukan pria dengan hemochromatosis bisa mengalami osteoporosis sebesar 34% dan osteopenia sebesar 78%. Dengan persentase yang cukup besar ini pria disarankan untuk lebih menjaga kesehatan tulangnya dengan baik begitu memasuki usia 45 tahun ke atas.
Demikianlah sedikit ulasan tentang hemochromatosis. Semoga ulasan di atas bisa Anda gunakan sebagai rujukan dan tambahan pengetahuan. Kalau tubuh merasa ada masalah dan ada hubungannya dengan hemochromatosis, segera periksakan diri ke dokter.
Sumber:
- Brazier, Yvette. 2017. Iron overload disorder: All you need to know. https://www.medicalnewstoday.com/articles/166455.php. (Diakses pada 3 Desember 2019)
- Web MD. What Is Hemochromatosis?. https://www.webmd.com/a-to-z-guides/what-is-hemochromatosis. (Diakses pada 3 Desember 2019)
- Lewis, Eric. Hemochromatosis Symptoms in Men. https://hemochromatosishelp.com/iron-overload-symptoms-men/. (Diakses pada 3 Desember 2019)
- Cleveland Clinic. Hemochromatosis. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/14971-hemochromatosis. (Diakses pada 3 Desember 2019)