Terbit: 12 September 2018
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Pasangan baru dikatakan tidak subur kalau selama mengalami program kehamilan, tidak juga menunjukkan tanda positif. Dalam jangka waktu satu tahun, pasangan diharapkan bisa mendapatkan kehamilan yang mereka inginkan. Kalau sudah sampai pada kondisi ini pria dan wanita diharapkan memeriksakan diri untuk mengetahui ada atau tidaknya masalah pada organ reproduksinya.

Apakah Clomid Bisa Digunakan untuk Kesuburan Pria?

Kalau masalah infertilitas terjadi pada wanita, dokter biasanya memberikan obat dahulu seperti Clomid untuk mempertinggi kemungkinan hamilnya. Obat ini secara umum berguna untuk wanita dengan memperkuat rahimnya. Meski banyak digunakan untuk wanita, obat ini juga bisa digunakan oleh pria.

Clomid untuk pria

Meski Clomid lebih banyak digunakan sebagai obat infertilitas pada wanita, penggunaannya juga meluar hingga ke pria. Meski demikian, dokter masih belum mengetahui berada dosis yang sesuai. Biasanya pria akan diberi obat dengan dosis sekitar 12,5-400 mg setiap harinya.

Umumnya pria akan mendapatkan dosis obat sekitar 25 mg tiga kali seminggu atau 50 mg kalau dibutuhkan. Pria yang disarankan menggunakan Clomid biasanya mengalami beberapa masalah yang meliputi.

  • Gangguan pada testis akibat cedera.
  • Usia yang tidak muda lagi. Pria dengan usia di atas 35 tahun biasanya mengalami penurunan kualitas sperma dan testosteron.
  • Penggunaan alkohol yang berlebihan pada pria dan juga steroid dan rokok.
  • Adanya gangguan hormon yang membuat estrogen dan testosteron jadi berlebihan.
  • Adanya penyakit tertentu yang membuat kesuburan pria menurun dan kualitas ereksinya semakin rendah. Penyakit itu terdiri dari diabetes dan penyakit autoimun seperti multiple sclerosis.
  • Kanker yang berada di area penis dan susah mengalami kemoterapi.
  • Adanya pembengkakan pembuluh darah ke testis atau sering disebut varikokel. Kondisi ini juga berkorelasi dengan terlalu panasnya area selangkangan pada pria.
  • Gangguan genetik juga menyebabkan pria tidak subur. Kondisi seperti Klinefelter Syndrom juga menyebabkan pembuahan susah terjadi.

Efek samping Clomid untuk pria

Dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan, ada beberapa kelompok pria yang berhasil meningkatkan jumlah spermanya. Selain itu, kemungkinan terjadi kehamilan juga cukup tinggi. Meski bisa digunakan sebagai alternatif peningkat kesuburan, ada efek samping yang akan dialami oleh pria. Berikut efek samping penggunaan Clomid.

  • Area tulang dada menjadi lebih lembek. Pria yang sedang menjalani program peningkatan masa otot akan mengalami gangguan.
  • Pria akan mudah mengalami perubahan suasana hati.
  • Jerawat akan muncul karena pengaruh hormon. Jerawat akan hilang dengan sendirinya kalau penggunaan obat dihentikan.
  • Ada kemungkinan kanker prostat mengalami peningkatan. Kalau pria tidak memiliki bakal kanker, risikonya akan menurun.
  • Ada gangguan pada mata seperti penurunan penglihatan meski sangat langka kejadiannya.

Cara lain mengatasi infertilitas pada pria

Selain menggunakan obat Clamid, ada beberapa cara untuk mengatasi infertilitas pada pria.

  1. hCG dab Arimidex

Obat hCG adalah injeksi yang digunakan untuk menstimulasi testis. Dengan obat ini testosteron bisa meningkat, Selanjutnya Arimidex bisa digunakan untuk mencegah testosteron dan estrogen yang berlebihan.

  1. Operasi

Operasi dilakukan untuk mencegah terjadinya penyumbatan sperma. Kalau sperma tersumbat, meski air mani keluar sekali pun tidak akan bisa membuahi sel telur. Sayangnya operasi cukup berisiko karena kalau sampai terjadi kesalahan bisa merusakan jaringan di sekitar penis.

  1. Inseminasi buatan

Pada kondisi tertentu, pembuahan harus dilakukan dengan meletakkan sperma ke vagina agar terjadi pembuahan.

  1. Bayi tabung

Program bayi tabung bisa menjadi jalan akhir untuk kondisi ini. Sayangnya program ini cukup memakan banyak biaya.

Nah, menurut Anda bagaimana? Maukah menggunakan Clomid untuk meningkatkan kualitas sperma sehingga pembuahan bisa terjadi.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi