Terbit: 6 May 2018
Ditulis oleh: Gerardus Septian Kalis | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Mata minus atau rabun jauh dalam dunia medis sering disebut miopia. Kondisi ini menyebabkan Anda kesulitan melihat benda jarak jauh. Beberapa hal yang menyebabkan mata minus adalah keseringan membaca atau menatap layar elektronik terlalu dekat. Lantas, apa benar mata minus juga bisa disebabkan oleh gen?

Apakah Mata Minus Bisa Disebabkan Oleh Gen? Cek Faktanya

Menurut laporan yang dipublikasikan di Nature Genetics, para ilmuwan meyakini bahwa mengetahui gen mana yang menyebabkan miopia dapat membantu dalam mengembangkan perawatan masa depan. Penelitian itu mengungkapkan, sebanyak 30 persen penduduk di negara Barat dan 80 persen dari penduduk Asia berusia 18 tahun mengalami mata minus.

Miopia terjadi ketika ketika bola mata tumbuh terlalu panjang selama masa anak-anak dan menyebabkan cahaya untuk fokus sedikit di depan retina bukan di atasnya. Miopia dapat dikoreksi dengan menggunakan lensa cekung seperti pada kacamata atau lensa kontak. Alat bantu penglihatan ini membantu mata memfokuskan sinar yang masuk ke mata. Cara lain untuk mengkoreksi miopia adalah dengan operasi refraktif seperti LASIK, Epi LASIK dan implan lensa kontak.

Penelitian ini membuktikan bahwa, gen-gen baru yang ditemukan itu bertanggung jawab untuk perkembangan mata, penyembuhan jaringan mata, dan kondisi struktur mata. Penelitian ini juga mengungkapkan, mutasi tertentu dalam gen telah dikaitkan dengan kemungkinan sepuluh kali lipat lebih tinggi untuk mengalami miopia.

Profesor Chris Hammond, periset utama yang terlibat dalam penelitan ini mengatakan, miopia cenderung diturunkan dalam keluarga, namun temuan ini belum sepenuhnya menggambarkan sepenuhnya keterlibatan genetik di dalamnya.

Sementara itu, anak-anak yang mengembangkan miopia ketika usia yang masih sangat muda, lebih mungkin mengalami masalah kesehatan di kemudian hari dibanding anak-anak yang tidak mengalami rabun. Dalam kasus ekstrem, miopia dapat menyebabkan masalah penglihatan yang serius di pertengahan kehidupan, seperti glaukoma, retina terlepas dan kebutaan yang disebabkan oleh degenerasi makula.

“Saat ini, kemungkinan untuk mengurangi perkembangan miopia sangat terbatas. Sementara satu obat, yang disebut atropin, dapat mengurangi perkembangan, ia melebarkan pupil dan menyebabkan masalah dengan sensitivitas cahaya dan kesulitan membaca,” kata Hammond.

Hammond mengungkapkan, interaksi lingkungan dengan gen juga penting dalam menentukan risiko mengembangkan miopia, seperti tingkat pendidikan, urbanisasi dan aktivitas luar ruangan.

“Ada beberapa data yang menunjukkan bahwa rabun jauh menjadi lebih umum pada anak-anak di Inggris. Sangat mungkin bahwa duduk di dalam ruangan dengan permainan komputer tidak sebagus langit biru yang berada di luar ruangan,” katanya,

Pengaruh Gen LEPREL1

Senada dengan penelitian sebelumnya, sebuah kelompok riset yang berasal dari Ben-Gurion University of Negev telah berhasil mengidentifikasi sebuah gen yang efeknya secara spesifik menyebabkan miopia. Penelitian yang dipublikasikan di American Journal of Human Genetics ini mengungkapkan bahwa mutasi pada gen LEPREL1 telah terbukti menyebabkan miopia.

“Kami akhirnya mulai memahami pada tingkat molekuler mengapa rabun jauh terjadi,” kata Profesor Ohad Birk. Beberapa kelompok yang terlibat dalam penemuan ini adalah BGU’s Morris Kahn Laboratory of Human Genetics, National Institute for Biotechnology di Negev dan Dayan Clinical Genetics Wing, Soroka University Medical Center.

Untuk diketahui, gen LEPREL1 mengkode suatu enzim yang esensial guna memodifikasi kolagen pada mata. Jika enzim ini hilang maka akan terbentuk kolagen yang berlebihan sehingga umumnya bola mata akan menjadi lebih panjang dari normal. Sebagai konsekuensinya, cahaya yang masuk difokuskan di depan retina dan terjadilah miopia. Studi lanjutan di masa depan akan menentukan apakah LEPREL1 atau gen terkait memainkan peran penting dalam penyebab miopia pada populasi umum.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi