Terbit: 28 May 2016
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Mata malas (ambliopia) merupakan suatu masalah kesehatan mata pada anak-anak yang terjadi karena salah satu mata lebih lemah dari mata yang lain. Sebagai akibatnya, otak memilih untuk menginterpretasikan gambar yang berasal dari mata yang lebih kuat dan mengabaikan gambar yang datang dari mata yang lebih lemah. Akhirnya, anak akan lebih banyak menggunakan mata yang lebih kuat daripada mata yang lebih lemah. Jika mata yang lemah tidak difungsikan dengan semestinya, mata tersebut tidak akan berkembang dengan baik, sehingga fungsi penglihatan dari mata yang lemah tersebut tidak dapat berjalan secara optimal.

Apa itu Mata Malas?

Ambliopia biasanya hanya mengenai salah satu mata. Kelainan ini biasanya muncul pada usia 0-7 tahun. Anak mungkin tidak menyadari bahwa selama ini dirinya hanya melihat dengan salah satu matanya saja. Mengabaikan gambar dari mata yang lemah merupakan respon otomatis dari otak. Anak tidak bisa mengaturnya.

Deteksi dan tata laksana secara dini dapat menormalkan kembali fungsi mata pada ambliopia. Semakin dini usia anak saat mendapat terapi, semakin besar kemungkinannya untuk memiliki fungsi penglihatan yang optimal. Ambliopia disebut juga “mata malas”.

Apa yang menyebabkan ambliopia?

Berbagai kondisi yang menghambat fungsi normal salah satu mata dalam membentuk gambar yang jelas dapat menyebabkan ambliopia. Hal ini dapat terjadi karena:

  • Kedua mata tidak dapat fokus pada satu benda yang sama. Kelainan ini disebut strabismus (mata juling). Sebagai contoh, salah satu mata melihat lurus ke depan sedangkan mata yang lain melihat ke arah lain. Hal ini menyebabkan adanya dua gambar yang berbeda yang dikirim ke otak. Pada anak kecil, otak hanya akan memilih salah satu gambar dari dua gambar tersebut, biasanya yang lebih jelas, dan mengabaikan gambar dari mata yang lain.
  • Ada kesenjangan fokus kedua mata. Anak mengalami rabun dekat atau rabun jauh dengan besar dioptri yang berbeda jauh (biasanya dengan perbedaan lebih dari 3 Dioptri). Misalnya mata kanan rabun jauh -5 Dioptri, sedangkan mata kiri hanya -1/2 Dioptri. Dengan demikian, otak hanya akan memilih gambar yang lebih kuat (besar dioptri lebih kecil), yaitu dari mata kiri, dan mengabaikan gambar dari mata kanan.
  • Gangguan yang menghambat masuknya cahaya ke dalam mata untuk waktu yang lama. Kelainan pada lensa (misalnya katarak) atau kornea yang hanya terjadi pada salah satu mata saja dapat menyebabkan ambliopia. Kelainan ini jarang ditemukan tetapi serius. Tanpa tata laksana sejak dini, anak mungkin tidak akan pernah bisa memiliki fungsi penglihatan yang optimal.
  • Anak juga lebih berisiko mengalami ambliopia jika ada anggota keluarga sedarah lain yang juga mengalami ambliopia (faktor genetik atau keturunan) atau jika anak lahir prematur atau lahir dengan berat badan terlalu rendah.

Apa saja gejalanya?

Pada sebagian besar kasus, ambliopia tidak menimbulkan gejala apapun. Namun, anak mungkin mengalami gejala:

  • Salah satu mata tidak bergerak satu arah bersama dengan mata yang lain.
  • Salah satu mata tidak bergerak sama sekali.
  • Menangis atau protes jika salah satu mata ditutup.
  • Menyipitkan mata atau menggerakkan kepala ke arah tertentu jika ingin melihat sesuatu.
  • Salah satu kelopak mata bagian atas tidak bisa membuka secara sempurna.

Para ahli menyarankan untuk memeriksakan mata anak (walau tanpa keluhan apapun) antara usia 3-5 tahun, atau bahkan lebih muda lagi. Tidak ada alasan bahwa usia anak masih terlalu muda untuk diperiksa matanya.

Bagaimana pengobatannya?

Untuk mengatasi ambliopia, anak harus menggunakan mata yang lemah (secara paksa, bila perlu). Hal ini akan memaksa mata yang lemah tersebut untuk menjadi lebih kuat. Seiring dengan berjalannya waktu, tindakan ini akan dapat memperbaiki fungsi penglihatan di mata yang lemah. Dokter mungkin menyarankan:

  • Menutup mata yang lebih kuat dengan penutup mata.
  • Mengaburkan pandangan mata yang lebih kuat dengan obat tetes mata atau dengan kacamata.

Anak mungkin diharuskan mengenakan penutup mata atau kacamata sepanjang hari atau hanya pada saat-saat tertentu saja. Cara ini mungkin perlu dilakukan selama beberapa minggu sampai beberapa bulan. Pada kasus yang lebih berat, diperlukan waktu yang lebih lama. Jika ambliopia terjadi karena kelainan mata yang lain, misalnya katarak, kelainan lain tersebut harus diatasi terlebih dahulu.

Tata laksana ambliopia paling baik dimulai sebelum usia 6 tahun, dimana fungsi penglihatan anak masih bisa berkembang hingga usia maksimal 9-10 tahun. Jika terlambat, efeknya tentu tidak lebih baik, meskipun masih bisa memperbaiki fungsi penglihatan, hasilnya tidak akan semaksimal jika dilakukan pada rentang usia tersebut.

Setelah terapi berakhir, jangan lupa untuk memeriksakan mata anak secara rutin, karena ambliopia bisa terulang kembali meskipun telah sembuh sempurna.

Tata laksana ambliopia memang sederhana, tetapi terkadang menimbulkan ketidaknyamanan pada anak. Untuk itu, dapat dilakukan hal berikut:

  • Jelaskan pada anak mengenai tujuan penggunaan penutup mata atau kacamata, yaitu untuk memperbaiki fungsi penglihatannya.
  • Jelaskan kepada teman, guru, siapapun orang di sekitar anak bila perlu, mengenai kondisi anak dan tata laksana yang sedang dilakukan.
  • Menggunakan penutup mata, kacamata, atau obat tetes mata hanya sesuai anjuran dokter. Jika dokter menyarankan untuk digunakan sepanjang hari, lakukanlah. Jika dokter menyarankan untuk menggunakannya pada saat-saat tertentu saja, lakukanlah.
  • Jika memungkinkan, hiasi penutup mata yang dipakai oleh anak. Tanyakan terlebih dahulu kepada dokter apakah diperbolehkan.
  • Lakukan hal-hal yang menyenangkan, misalnya mewarnai gambar atau membuat kerajinan tangan saat anak sedang mengenakan penutup mata atau kacamata. Hal ini akan semakin mendorong anak untuk menggunakan mata yang lemah.

Source: WebMD Medical Reference


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi