DokterSehat.Com – Menjelang haid atau menstruasi biasanya beberapa wanita mengalami gejala yang tidak nyaman, menyakitkan, dan mengganggu. Gejala ini sering disebut dengan sindrom pra-menstruasi (PMS). PMS adalah kumpulan gejala fisik, psikologis, dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi wanita.
Biasanya gejala tersebut terjadi secara regular pada dua minggu periode sebelum menstruasi. Hal ini dapat hilang begitu dimulainya pendarahan, namun dapat pula berlanjut setelahnya.
Pada sebagian wanita antara usia 20 hingga 35 tahun, sindrom pra-menstruasi dapat sangat hebat pengaruhnya sehingga mengharuskan mereka beristirahat dari aktivitas sehari-hari, seperti sekolah atau bekerja.
Sindrom pra-menstruasi kini diterima secara luas sebagai suatu kelainan medis nyata yang menyerang wanita selama masa suburnya. “PMS berhubungan dengan hormon menstruasi, yaitu perubahan kadar steroid dalam tubuh, serta dapat menimbulkan gejala fisik dan psikologis,” tutur dr. Cecilia J. Setiawan, SpKJ, MKes.
“Gejalanya ditandai dengan mudah tersinggung, emosi labil, nyeri kepala, cemas, dan depresi. Gejala fisiknya ditandai dengan bengkak, peningkatan berat badan, nyeri payudara, pingsan, dan kesemutan,” terang dr. Cecilia, psikiater di RS Awal Bros Tangerang.
Faktor Risiko Menstruasi
Sindrom pra-menstruasi biasanya lebih mudah terjadi pada wanita yang lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid. Akan tetapi ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya PMS, seperti berikut ini:
1. Wanita yang pernah melahirkan
PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima.
2. Status perkawinan
Wanita yang sudah menikah lebih banyak mengalami PMS dibandingkan yang belum menikah.
3. Usia
PMS semakin sering dan mengganggu dengan bertambahnya usia, terutama antara usia 30-45 tahun.
4. Stres
Faktor stres memperberat gangguan PMS.
5. Diet
Faktor kebiasaan makan seperti tinggi gula, garam, kopi, teh, cokelat, minuman bersoda, produk susu, makanan olahan, memperberat gejala PMS.
6. Kekurangan zat-zat gizi
Kekurangan vitamin B (terutama B6), vitamin E, vitamin C, magnesium, zat besi, seng, mangan, asam lemak linoleat, kebiasaan merokok dan minum alkohol juga dapat memperberat gejala PMS.
7. Kegiatan fisik
Kurang berolahraga dan aktivitas fisik menyebabkan semakin beratnya PMS.
Tipe dan Gejala PMS
Tipe dan gejala PMS bermacam-macam. Dr. Guy E. Abraham, ahli kandungan dan kebidanan dari Fakultas Kedokteran UCLA, AS, membagi PMS menurut gejalanya yakni PMS tipe A, H, C, dan D. Kadang-kadang seorang wanita mengalami gejala gabungan, misalnya tipe A dan D secara bersamaan. Berikut gejala-gejala yang timbul sesuai tipe PMS masing-masing:
- PMS tipe A (anxiety) ditandai dengan gejala seperti rasa cemas, sensitif, saraf tegang, perasaan labil. Bahkan beberapa wanita mengalami depresi ringan sampai sedang saat sebelum mendapat haid. Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron: hormon estrogen terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon progesteron. Pemberian hormon progesteron kadang dilakukan untuk mengurangi gejala, tetapi beberapa peneliti mengatakan, pada penderita PMS bisa jadi kekurangan vitamin B6 dan magnesium. Penderita PMS A sebaiknya banyak mengonsumsi makanan berserat dan mengurangi atau membatasi minum kopi.
- PMS tipe H (hyperhydration) memiliki gejala edema (pembengkakan), perut kembung, nyeri pada buah dada, pembengkakan tangan dan kaki, peningkatan berat badan sebelum haid. Gejala tipe ini dapat juga dirasakan bersamaan dengan tipe PMS lain. Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan di luar sel (ekstrasel) karena tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita. Pemberian obat diuretika untuk mengurangi retensi (penimbunan) air dan natrium pada tubuh hanya mengurangi gejala yang ada. Untuk mencegah terjadinya gejala ini penderita dianjurkan mengurangi asupan garam dan gula pada diet makanan serta membatasi minum sehari-hari.
- PMS tipe C (craving) ditandai dengan rasa lapar ingin mengonsumsi makanan yang manis-manis (biasanya cokelat) dan karbohidrat sederhana (biasanya gula). Pada umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak, timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala yang kadang-kadang sampai pingsan. Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin menyantap makanan manis dapat disebabkan oleh stres, tinggi garam dalam diet makanan, tidak terpenuhinya asam lemak esensial (omega 6), atau kurangnya magnesium.
- PMS tipe D (depression) ditandai dengan gejala rasa depresi, ingin menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam mengucapkan kata-kata (verbalisasi), bahkan kadang-kadang muncul rasa ingin bunuh diri atau mencoba bunuh diri. Biasanya PMS tipe D berlangsung bersamaan dengan PMS tipe A, hanya sekitar 3% dari selururh tipe PMS benar-benar murni tipe D. PMS tipe D murni disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen, di mana hormon progesteron dalam siklus haid terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon estrogennya. Kombinasi PMS tipe D dan tipe A dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu stres, kekurangan asam amino tyrosine, penyerapan dan penyimpanan timbal di tubuh, atau kekurangan magnesium dan vitamin B (terutama B6). Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung vitamin B6 dan magnesium dapat membantu mengatasi gangguan PMS tipe D yang terjadi bersamaan dengan PMS tipe A.
Untuk mengatasi PMS, biasanya dokter memberikan pengobatan diuretika untuk mengatasi retensi cairan atau edema (pembengkakan) pada kaki dan tangan. Pemberian hormon progesteron dosis kecil dapat dilakukan selama 8 – 10 hari sebelum haid untuk mengimbangi kelebihan relatif estrogen. Pemberian hormon testosteron dalam bentuk methiltestosteron sebagai tablet isap dapat pula diberikan untuk mengurangi kelebihan estrogen.
Diet Mencegah PMS
Pencegahan PMS (sindrom pra menstruasi) dapat dilakukan melalui diet yang tepat dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Batasi kosumsi makanan tinggi gula, tinggi garam, daging merah (sapi dan kambing), alkohol, kopi, teh, cokelat, serta minuman bersoda.
- Kurangi rokok atau berhenti merokok.
- Batasi konsumsi protein (sebaiknya sebanyak 1,5 gr/kg berat badan per orang).
- Meningkatkan konsumsi ikan, ayam, kacang-kacangan, dan biji-bijian sebagai sumber protein.
- Batasi konsumsi makanan produk susu dan olahannya (keju, es krim, dan lainnya) dan gunakan kedelai sebagai penggantinya.
- Batasi konsumsi lemak dari bahan hewani dan lemak dari makanan yang digoreng.
- Meningkatkan konsumsi sayuran hijau.
- Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung asam lemak esensial linoleat seperti minyak bunga matahari, minyak sayuran.
- Konsumsi vitamin B kompleks terutama vitamin B6, vitamin E, kalsium, magnesium juga omega-6 (asam linolenat gamma GLA).
Selain diet, perhatikan pula hal-hal berikut ini untuk mencegah munculnya PMS:
- Melakukan olahraga dan aktivitas fisik secara teratur.
- Menghindari dan mengatasi stres.
- Menjaga berat badan. Berat badan yang berlebihan dapat meningkatkan risiko menderita PMS.
- Catat jadwal siklus haid Anda serta kenali gejala PMS-nya.
- Perhatikan pula apakah Anda sudah dapat mengatasi PMS pada siklus-siklus datang bulan berikutnya.