Terbit: 3 March 2020 | Diperbarui: 8 April 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Antonius Hapindra Kasim

Keloid adalah jaringan parut yang muncul setelah mengalami luka. Kondisi ini sebenarnya adalah hal yang normal pada tubuh mengingat jaringan parut adalah cara tubuh untuk mengobati jaringan kulit yang rusak karena terluka. Hanya saja, tampilan kulit yang juga disebut scar tissue ini dapat mengganggu estetika kulit dan membuat kebanyakan orang ingin menghilangkannya.

Keloid: Gejala, Penyebab, Pengobatan dan Pencegahan

Apa Itu Keloid?

Keloid adalah kumpulan jaringan parut yang menutupi bekas luka, yang timbul akibat cedera, operasi, dan jerawat. Area tubuh yang paling sering mengembangkan jaringan parut, termasuk dada bagian atas, bahu, dan punggung atas. Area lain dari tubuh juga dapat mengembangkan jaringan parut, termasuk otot jantung setelah serangan jantung.

Terbentuknya keloid adalah cara tubuh untuk penyembuhan kulit yang terluka. Jaringan parut terbentuk untuk memperbaiki luka seiring waktu, dan jaringan parut akan seperti jaringan sehat yang normal.

Keloid biasanya tampak timbul, halus atau keras, dan berwarna kemerahan, yang mungkin dapat mengganggu penampilan kulit. Jaringan parut ini juga dapat terbentuk lebih besar dari ukuran luka, ini paling sering timbul di dada, bahu, cuping telinga, dan pipi.

Kondisi kulit ini dapat terbentuk dalam berbagai cara, termasuk bekas luka hipertrofik adalah bekas luka menonjol yang paling sering terjadi. Bekas luka hipertrofik mungkin akan memudar seiring waktu.

Sementara bekas luka kontraktur biasanya terjadi pada jaringan yang memiliki luka bakar. Bekas luka ini dapat mambatasi pergerakan.

Gejala Keloid

Jika bicara tentang keloid, tanda dan gejalanya mungkin akan tampak satu atau lebih. Berikut sejumlah tanda dan gejala yang bisa dikenali:

1. Keloid Berkembang Perlahan

Awalnya, tanda dan gejala akan tampak setelah tiga hingga 12 bulan atau lebih. Namun kebanyakan muncul dalam waktu setahun yang pada akhirnya meninggalkan bekas luka pada kulit.

Namun, jaringan parut ini terkadang juga bisa tumbuh dengan cepat, sehingga ukurannya tiga kali lipat dalam beberapa bulan.

2. Bekas Luka Tampak Merah Muda, Merah, atau Ungu

Jika keloid muncul di daun telinga, ini kemungkinan berbentuk bulat atau oval tampak ungu. Sedangkan yang timbul di dada, kaki, atau lengan, jaringan parut kemungkinan terangkat ke permukaan kulit sehingga tampak timbul dan berwarna merah mudah atau merah.

3. Terasa Lembut, Keras, atau Kenyal

Ketika menyentuh bekas luka, mungkin akan terasa berbeda dari kulit di sekitarnya. Salah satunya di daun telinga, kemungkinan besar dapat  terasa lembut, kenyal, atau bahkan kencang.

4. Terasa Gatal dan Sakit

Keloid yang sedang tumbuh bisa terasa gatal dan menyakitkan. Jaringan parut yang terjadi di dada biasanya terasa lunak. Setelah berhenti tumbuh, gejala ini biasanya berhenti.

5. Keloid Tetap di Tempat

Sebagian besar keloid stabil dan tidak akan bergerak. Pada leher, perut, atau telinga, jaringan parut ini dapat menggantung atau memiliki tangkai, sehingga dapat digerakkan ketika disentuh.

6. Berwarna Gelap Seiring Waktu

Setelah berhenti tumbuh, keloid cenderung akan tampak gelap dari kulit sekitarnya. Sementara batas jaringan parut biasanya lebih gelap dari bagian pusatnya.

Kapan Harus ke Dokter?

Keloid tergolong kondisi yang tidak serius dan biasanya tidak memerlukan perhatian medis. Namun, jika merasa terganggu dan jika ukurannya terus bertambah yang mungkin mengganggu penampilan, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis kulit atau spesialist bedah plastik.

Proses perawatan dimulai dengan biopsi kulit untuk menentukan apakah benjolan tersebut adalah tumor atau tidak. Di bidang kedokteran, tes dan menilai benjolan di tubuh adalah prosedur standar sebelum memulai pengobatan apa pun untuk memastikan benjolan dari bekas luka tersebut tidak bersifat kanker.

Apakah Keloid Permanen?

Jaringan parut tidak permanen pada tubuh. Setelah pemulihan, bekas luka perlu diperbaiki sehingga dapat menghindari rasa tidak percaya diri. 

Proses perbaikan sangat penting untuk memastikan rentang gerak, kekuatan, dan mobilitas normal dikembalikan ke jaringan yang terluka. Karena kegagalan dalam mengatasi jaringan parut dapat menyebabkan hilangnya mobilitas dan kontraktur sendi.

Penyebab Keloid

Setelah kulit terluka, sel-sel akan memperbaikinya dengan membentuk bekas luka. Pada beberapa orang, jaringan parut akan terus terbentuk setelah luka sembuh. Jaringan parut ini terbentuk akibat berbagai penyebab, salah satu yang paling sering adalah akibat luka.

Selain karena luka, berikut berbagai jenis cedera pada kulit yang dapat menyebabkan keloid:

  • Luka robek
  • Luka tusukan
  • Luka bakar
  • Bekas luka bedah
  • Jerawat parah
  • Cacar air
  • Gigitan serangga
  • Bekas suntikan
  • Tindikan
  • Tato

Faktor Risiko Keloid

Siapa pun dapat mengembangkan bekas luka, namun pada beberapa orang dapat memiliki risiko lebih tinggi terkena keloid ketika mengalami luka. Orang lebih mungkin mengembangkan penyakit kulit ini jika memiliki satu atau lebih dari faktor berikut:

1. Keturunan Afrika, Asia, atau Hispanik

Keloid adalah kondisi kulit yang paling sering dialami di kalangan etnis Cina di Asia. Sementara di Amerika Serikat, lebih umum pada etnis Afrika-Amerika dan Hispanik-Amerika.

2. Riwayat Keluarga yang Memiliki Keloid

Sekitar sepertiga orang yang mengembangkan keloid memiliki saudara sedarah tingkat pertama, seperti ibu, ayah, saudara perempuan, saudara laki-laki, atau anak. Ini paling umum pada orang keturunan Afrika atau Asia.

3. Usia

Orang berusia antara 10 dan 30 tahun berisiko mengembangkan keloid. Kebanyakan orang mulai mendapatkannya di usia 20-an. Meskipun jaringan parut ini dapat berkembang lebih awal atau lebih lambat, pada anak-anak dan orangtua biasanya jarang ditemukan.

Diagnosis Keloid

Dokter spesialis kulit biasanya dapat mendiagnosis keloid hanya dengan melihat kondisi kulit. Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan fisik dan melihat riwayat medis dan pribadi pasien untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit atau kondisi lain.

Jika jaringan parut tampak seperti pertumbuhan kulit yang mengkhawatirkan, dokter kulit dapat melakukan biopsi kulit. Tes ini dilakukan dengan mengambil sedikit sampel dari jaringan parut yang kemudian dikirim ke laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan. Biopsi kulit juga dapat dilakukan untuk menyingkirkan tumor ganas.

Pengobatan Keloid secara Alami hingga Medis

Berbagai perawatan bekas luka banyak tersedia, tetapi mungkin tidak efektif untuk semua orang. Jadi, penting untuk berkonsultasi dengan dokter tentang keefektivitasan pengobatan dan memastikan perawatan yang tepat untuk mengatasi bekas luka.

Pilihan perawatan bekas luka, termasuk obat keloid topikal, suntikan, cryotherapy, radioterapi, terapi laser, hingga operasi. Berikut penjelasan cara menghilangkan keloid:

1. Ekstrak Bawang Merah

Terkadang dokter menyarankan pasien untuk menerapkan ekstrak bawang merah untuk mencegah bekas luka terbentuk setelah operasi atau menghapus tato dengan laser. Ini karena ekstrak bawang memiliki sifat anti-inflamasi dan memiliki kemampuan untuk membunuh bakteri.

2. Kortikosteroid

Dokter mungkin akan memberikan suntikan kortikosteroid sebagai pilihan pertama untuk mengobati keloid dan pilihan kedua pengobatan untuk bekas luka hipertrofik. Suntikan kortikosteroid termasuk triamcinolone acetonide

Jadwal atau dosis yang disarankan bervariasi, tetapi jadwal suntikan yang khas dapat dilakukan 3 hingga 4 suntikan setiap 3 hingga 4 minggu. Bahkan pada beberapa orang mungkin memerlukan lebih dari empat suntikan.

Beberapa dokter akan memberikan suntikan triamcinolone acetonide bersama dengan cryotherapy untuk mengurangi ketebalan bekas luka dan mengurangi rasa gatal.

3. Bleomycin

Beberapa dokter mungkin menyuntikkan bleomycin ke dalam bekas luka untuk menghentikan produksi kolagen di area yang terluka. Namun hanya beberapa penelitian yang menguji efek dari suntikan bleomycin yang meningkatkan penampilan bekas luka hipertrofik dan keloid.

Beberapa peneliti telah menemukan bahwa bleomycin juga dapat mengurangi gejala, seperti kemerahan, gatal, dan rasa sakit yang terkait dengan bekas luka.

4. Imiquimod

Obat keloid ini tersedia dalam bentuk krim 5%. Dokter dapat meresepkan krim imiquimod atau salep keloid untuk orang yang memiliki penyakit kulit ini setelah operasi. Namun, pengobatan topikal ini belum menunjukkan hasil yang konsisten dalam uji klinis untuk mengobati dan mencegah pembentukan bekas luka ini.

5. Interferon

Interferon juga memengaruhi produksi kolagen, dan dokter dapat menyuntikkannya ke jaringan yang terluka. Para peneliti telah menemukan dalam studi klinis bahwa suntikan interferon dapat mengurangi ukuran keloid sekitar 50% dalam waktu sembilan hari. Ini menghasilkan efek yang lebih signifikan daripada penyuntikan kortikosteroid.

Sementara penelitian lain menunjukkan bahwa setelah penyuntikan interferon ke dalam bekas luka hipertrofik, kondisi dan ukuran bekas luka membaik.

Dokter biasanya tidak menggunakan interferon karena mahal, dan bukti hingga saat ini tidak cukup kuat untuk mendukung penggunaannya. Perawatan pun membutuhkan tiga suntikan per minggu.

6. Botulinum Toxin A

Beberapa dokter dapat menyuntikkan botulinum toxin A  (botox) untuk mencegah dan mengobati bekas luka selama beberapa tahun. 

7. Cryotherapy

Cryotherapy dilakukan dengan nitrogen cair untuk mendinginkan jaringan tubuh di bawah suhu nol. Perawatan ini mungkin memiliki manfaat dalam meningkatkan penampilan bekas luka.

Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa satu kali perawatan dapat mengurangi ukuran bekas luka sekitar 51%, tetapi beberapa ahli berpikir cryotherapy lebih efektif bila digunakan dengan perawatan lain, seperti corticosteroids yang dapat disuntikkan.

8. Radioterapi

Cara menghilangkan keloid dapat menggunakan radioterapi bersamaan dengan perawatan lainnya. Biasanya, orang akan mendapatkan radioterapi setelah operasi penyakit keloid untuk mengurangi kekambuhan.

Radioterapi juga dapat membantu mengurangi pertumbuhan sel dan mencegah penumpukan kolagen pada jaringan yang terluka.

Tapi harus diwaspadai penggunaan radioterapi pada bekas luka yang terletak di leher atau dada dapat meningkatkan risiko mengembangkan tiroid atau kanker payudara sebagai akibat dari radiasi.

10. Terapi Laser

Ada dua jenis terapi laser untuk mengobati jaringan parut, termasuk ablatif dan non-ablatif. Dokter akan menggunakan terapi laser ablatif untuk meratakan jaringan parut. Sedangkan terapi laser non-ablatif dapat menghambat peredaran darah di jaringan parut, yang pada akhirnya membunuh jaringan abnormal.

Para peneliti telah menunjukkan bahwa terapi ini menunjukkan hasil yang baik untuk bekas luka bedah, bekas luka hipertrofik, dan keloid.

Ketika dokter memilih jenis terapi laser yang tepat, mungkin dapat meredakan kemerahan, gatal, menghaluskan, dan mengurangi ketebalan bekas luka.

11. Perawatan Silikon

Terkadang pasien disarankan mengatasi bekas luka dengan perawatan silikon. Setelah menggunakan perawatan berbasis silikon, mungkin dapat mengurangi ukuran bekas luka, meningkatkan elastisitas, memudarkan warna, dan mengurangi kekencangan kulit dari bekas luka hipertrofik dan penyakit keloid.

Berbagai perawatan silikon tersedia, seperti lembaran gel silikon dan krim yang dapat dioleskan pada bekas luka selama 12 jam sehari. Perawatan mungkin dapat dilakukan selama 12 hingga 24 minggu sampai mendapatkan hasil yang maksimal.

12. Terapi Tekanan

Menggunakan perban pada jaringan parut dapat memberikan tekanan. Tekanan mekanis juga dapat mengurangi peredaran darah ke jaringan parut, yang akan membantu mengurangi ketebalan jaringan parut.

Penggunaan perban mungkin tidak nyaman, karena harus memakainya setidaknya 23 jam sehari selama 6 bulan.

Namun sayangnya, para peneliti telah menunjukkan bahwa terapi tekanan hanya memberikan sedikit perbaikan pada jaringan parut.

13. Operasi

Jika keloid berukuran besar atau yang dibiarkan terlalu lama, mungkin dapat dilakukan prosedur operasi. Tingkat perbaikan untuk jaringan parut setelah operasi cukup efektif.

Cryosurgery mungkin merupakan jenis operasi yang paling efektif untuk mengangkat keloid. Cara menghilangkan keloid ini juga disebut cryotherapy, yakni membekukan keloid dengan nitrogen cair.

Dokter juga dapat menyarankan suntikan kortikosteroid setelah operasi untuk mengurangi peradangan dan menurunkan risiko kekambuhan.

Komplikasi Keloid

Ada beberapa komplikasi dari bekas luka ini. Tergantung pada penampilan dan lokasi, jaringan parut dapat menyebabkan gangguan psikologis, karena keloid bisa sangat menonjol dan membuat seseorang merasa tidak percaya diri. Kondisi ini juga dapat mengganggu gerakan, terutama jika terjadi di sendi. Meski sangat jarang, penyakit keloid dapat menjadi kanker.

Keloid berbeda dari bekas luka hipertrofik karena meluas di luar tepi lokasi cedera dan dapat terjadi tanpa cedera. Bekas luka hipertrofik lebih sering terjadi daripada keloid, dan kebanyakan orang yang berpikir bahwa mereka memiliki keloid sebenarnya kecenderungan terhadap jaringan parut hipertrofik.

Pencegahan Keloid

Keloid sepenuhnya tidak dapat dicegah, tetapi dapat menghindari luka yang disengaja maupun yang tidak disengaja pada kulit, seperti tato atau tindikan, termasuk pada daun telinga.

Selain itu, berikut beberapa cara mengurangi timbulnya bekas luka:

  • Mengobati jerawat untuk mengurangi kemungkinan bekas luka jerawat muncul.
  • Menggunakan bantalan tekanan atau bantalan gel silikon setelah cedera sebagai pencegahan.
  • Menghindari paparan sinar matahari atau tanning bed yang dapat menghitamkan jaringan parut, membuatnya sedikit lebih gelap dari kulit di sekitarnya, dan membuat keloid lebih menonjol.
  • Menggunakan pakaian yang menutupi bekas luka agar terhindar dari paparan sinar matahari, atau dapat menggunakan tabir surya.

 

  1. Anonim. Keloid scars. https://www.nhs.uk/live-well/healthy-body/keloid-scars/. (Diakses Maret 2020).
  2. Anonim. Keloids: Overview. https://www.aad.org/public/diseases/a-z/keloids-overview. (Diakses Maret 2020).
  3. Anonim. What is Keloids: Symptoms, Causes, Diagnosis, and Treatment. https://www.docdoc.com/info/condition/keloids/. (Diakses Maret 2020).
  4. Caporuscio, Jessica. 2019. What to know about scar tissue. https://www.medicalnewstoday.com/articles/325753. (Diakses Maret 2020).
  5. Kennard, Jerry. Causes of Keloid Scars. 2019. https://www.verywellhealth.com/keloid-scars-2328343. (Diakses Maret 2020).
  6. Nall, Rachel. 2019. Everything You Need to Know About Keloid Scars. https://www.healthline.com/health/keloids. (Diakses Maret 2020).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi