Terbit: 7 July 2020
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

MVA-B atau Modified Vaccinia Ankara B adalah vaksin yang disebut-sebut dapat memberikan kekebalan terhadap HIV atau Virus Human Immunodeficiency. Benarkah efektif? Simak informasi selengkapnya di bawah ini.

MVA-B: Vaksin Baru yang Mampu Melawan Virus HIV

Apa Itu Vaksin MVA-B?

MVA-B adalah vaksin yang dibuat untuk memberikan kekebalan atau pertahanan tubuh terhadap virus HIV. Vaksin ini telah dikembangkan oleh tim peneliti dari Madrid, Spanyol di Spanish Superior Scientific Research Council (CSIC) yang dikepalai oleh Dr. Mariano Esteban.

Vaksin MVA-B didasarkan pada virus Modified Vaccinia Ankara (MVA) yang awalnya digunakan untuk memerangi virus cacar selama tahun 1970-an. B berasal dari nama yang mengacu pada HIV-B, subtipe HIV yang paling umum di Eropa.

Berdasarkan penelitiannya, Dr. Esteban telah menyatakan bahwa vaksin ini berpotensi mengurangi virulensi HIV menjadi infeksi kronis ringan yang mirip dengan penyakit herpes.

Fungsi MVA-B Berdasarkan Penelitian

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah penyakit yang dikenal mematikan dan hingga kini belum ada obat yang bisa mengobati pasien HIV.

Namun, para ilmuwan telah melakukan uji coba sebuah vaksin yang dipercaya bisa menurunkan HIV dari tingkat penyakit mematikan menjadi penyakit kronis yang lebih ringan, jika vaksin ini bisa melalui tahap uji klinis II dan III.

Ilmuwan mengungkapkan bahwa tes pertama pada manusia menunjukkan 9 dari 10 sukarelawan mengembangkan respons kekebalan tubuh terhadap virus HIV, sekitar 85% mampu mempertahankan kekebalan tubuh setidaknya selama 1 tahun.

Keberhasilan dari vaksin ini didasarkan pada kemampuan sistem kekebalan tubuh manusia untuk mempelajari bagaimana bereaksi dari waktu ke waktu terhadap partikel virus dan sel yang sudah terinfeksi.

Dr. Esteban menyatakan bahwa vaksin MVA-B terbukti menjadi lebih kuat seperti vaksin lainnya yang sedang dipelajari oleh para ilmuwan.

Prosedur Penelitian MVA-B

Vaksin MVA-B telah melalui uji coba pada hewan percobaan tikus dan monyet yang didasarkan pada vaksin untuk mengobati cacar yang ditambahkan 4 gen HIV. Hasilnya, masing-masing gen ini tidak bisa mereplikasi diri sehingga keselamatan lebih terjamin.

Setelah uji coba pada hewan percobaan berhasil, vaksin baru dilakukan uji coba pada manusia. Berikut ini prosedur penelitian vaksin MVA-B pada manusia:

  • Sebanyak 30 sukarelawan yang sehat, 24 di antaranya dirawat dengan vaksin MVA-B sementara 6 sukarelawan lainnya diberi plasebo.
  • Sebanyak 24 sukarelawan diberi 3 dosis vaksin di awal, lalu di minggu ke-4 dan 16 dengan mengamati efeknya melalui tes darah sampai percobaan terakhir di bulan ke-11. Menyuntikkan vaksin ke orang sehat bertujuan melatih sistem kekebalan untuk mendeteksi dan mempelajari cara memerangi virus.
  • Sel kekebalan dalam vaksin bertugas mendeteksi zat-zat asing dalam tubuh dan mengirimkan pesan untuk menghancurkan zat asing tersebut, sel kekebalan tubuh ini dikenal sebagai limfosit T dan B.

Dr. Esteban menyebutkan bahwa tubuh manusia dipenuhi dengan limfosit yang masing-masing memiliki program untuk melawan patogen yang berbeda-beda, termasuk untuk HIV. Oleh karenanya, jika virus masuk ke dalam tubuh manusia dan mencoba mengembangkan diri dalam sel tubuh manusia, sistem kekebalan tubuh siap untuk menonaktifkan dan menghancurkannya.

Hasil Penelitian

Hasil akhir menunjukkan bahwa sepertiga pasien telah mengembangkan sel limfosit T yang dikenal dengan sel CD4+ yang bertugas untuk mendeteksi dan menghancurkan virus dan sel terinfeksi.

Sedangkan dua pertiga pasien lebih responsif dengan mengembangkan sel limfosit B atau juga disebut CD8+ yang menghasilkan antibodi untuk menyerang virus penyebab penyakit yang menginfeksi sel.

Esteban mengakui bahwa vaksin ini pada tahap awal menjanjikan karena 95 persen dari pasien yang menerima vaksin telah berhasil mengembangkan kekebalan tubuh. Jika campuran genetik ini melalui uji klinis Fase II dan III di masa depan, HIV dapat dibandingkan dengan virus herpes.

Hal tersebut membuat virus tidak akan menyebabkan penyakit lagi dan akan menjadi infeksi kronis minor karena memberikan pertahanan dalam tubuh sehingga penularannya jauh lebih rendah.

_

Meski 95 persen dari pasien yang menerima vaksin telah mengembangkan kekebalan tubuh untuk melawan HIV, fungsi vaksin MVA-B untuk HIV masih memerlukan penelitian lebih lanjut!

Para peneliti akan melakukan uji klinis baru pada sukarelawan yang terinfeksi HIV, dengan tujuan untuk mengetahui fungsi vaksin dalam mencegah AIDS atau juga dapat digunakan untuk mengobatinya.

Perlu diketahui bahwa AIDS adalah perjalanan lanjutan dari infeksi virus HIV. Orang dengan AIDS telah mengembangkan penyakit yang jauh lebih berat, biasanya AIDS muncul 5-10 tahun dari sejak pertama kali orang tersebut terinfeksi virus HIV.

 

  1. Allen, Emily. 2011. New HIV vaccine could turn deadly condition into ‘minor infection like herpes’. https://www.dailymail.co.uk/health/article-2042942/HIV-vaccine-MVA-B-turn-deadly-condition-minor-infection-like-herpes.html. (Diakses pada 7 Juli 2020)
  2. Dastidar, Sangeeta G. 2011. Spanish Researchers Claim Most Effective HIV Vaccine Yet. https://www.ibtimes.com/spanish-researchers-claim-most-effective-hiv-vaccine-yet-320280. (Diakses pada 7 Juli 2020)
  3. Vieru, Tudor. 2011. HIV Vaccine Has 90 Percent Efficiency. https://news.softpedia.com/news/HIV-Vaccine-Has-90-Percent-Efficiency-224308.shtml?utm_source=spd_bottombar&utm_medium=spd_newspage&utm_campaign=spd_related. (Diakses pada 7 Juli 2020)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi