Terbit: 22 March 2020 | Diperbarui: 27 June 2022
Ditulis oleh: Gerardus Septian Kalis | Ditinjau oleh: dr. Jati Satriyo

Hipotermia adalah suatu kondisi medis yang mungkin sudah sering Anda dengar, atau bahkan sudah pernah mengalaminya. Ketahui lebih lanjut mengenai gangguan medis yang satu ini mulai dari penyebab, gejala, hingga pengobatan dan pencegahannya.

Hipotermia: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan dan Pencegahan

Apa itu Hipotermia?

Hipotermia adalah suatu kondisi di mana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin. Penyakit hipotermia juga dapat didefinisikan ketika suhu tubuh turun drastis di bawah 35°C. Salah satu penyebabnya yaitu karena terlalu lama di lingkungan bersuhu dingin.

Tubuh manusia mampu mengatur suhu pada zona termonetral, yaitu antara 36,5 – 37,5° Celcius. Di luar suhu tersebut, respons tubuh untuk mengatur suhu akan aktif menyeimbangkan produksi panas dan kehilangan panas dalam tubuh. Namun, ketika tubuh gagal untuk mengatasi suhu dingin yang terlalu berlebihan, maka hal tersebut akan menjadi penyebab seseorang mengalami kondisi ini.

Tahapan Hipotermia

Hipotermia adalah kondisi yang berkembang dalam tiga tahapan, dari yang ringan hingga parah. Tanda dan gejala dari tahapan ini adalah sebagai berikut:

1. Hipotermia Ringan

Pada tahap ini suhu berada di 90 ° Fahrenheit hingga 95 ° Fahrenheit (32,2 ° Celsius hingga 35 ° Celsius). Gejalanya termasuk tekanan darah tinggi (hipertensi), menggigil, pernapasan dan detak jantung cepat, pembuluh darah menyempit, lesu dan kelelahan, gangguan respons, dan kurangnya koordinasi tubuh.

2. Hipotermia Sedang

Suhu tahapan kedua di suhu 82,4 ° Fahrenheit hingga 90 ° Fahrenheit (28 ° Celsius hingga 32,2 ° Celsius). Gejala ditandai dengan detak jantung tidak teratur, detak jantung dan pernapasan lebih lambat, penurunan kesadaran, pupil mata melebar, tekanan darah rendah (hipotensi), dan penurunan refleks.

3. Hipotermia Parah

Tahap hipotermia berikutnya dengan suhu kurang dari 82,4 ° Fahrenheit (28 ° Celsius). Gejalanya termasuk sesak napas, pupil yang tidak reaktif, gagal jantung, edema paru, dan henti jantung.

Penyebab Hipotermia

Hipotermia biasanya disebabkan oleh lingkungan yang dingin, seperti musim dingin dan hujan, atau penggunaan AC yang terlalu dingin. Suhu tidak harus sangat dingin untuk menimbulkan hipotermia, suhu udara 40 ° Fahrenheit (4.4 ° Celcius) dan seseorang dalam kondisi basah juga dapat mengalami kondisi ini.

Selain itu, berikut beberapa kondisi yang menjadi penyebab hipotermia:

1. Hipotermia dalam Air

Suhu panas seseorang akan lebih cepat menurun di dalam air daripada di darat. Suhu air yang sejuk seperti suhu udara luar dapat menjadi penyebab hipotermia.

Orang di dalam air bersuhu 41 ° Fahrenheit (5 ° C) dapat kehilangan kekuatan otot dan koordinasi hanya dalam waktu 10 menit. Bahkan pada suhu 79 ° Fahrenheit (26 ° Celsius), seseorang yang terlalu lama di dalam air berisiko mengalami hipotermia.

2. Hipotermia dalam Ruangan

Berada di ruangan dengan pendingin ruangan yang berlebihan atau mandi air dingin juga dapat menyebabkan kondisi ini.

Hipotermia dalam ruangan biasanya menyebabkan kondisi yang buruk, karena cenderung terjadi pada orang yang lebih tua, dan diagnosis biasanya berada pada  tahap akhir atau parah.

3. Orang yang Rentan Hipotermia

Berdasarkan hasil penelitian di rumah sakit Kota New York pada 2018, menunjukkan bahwa 75 persen orang yang mendapatkan perawatan medis berhubungan dengan kedinginan di luar ruangan.

Sebanyak 50 persen orang memiliki kualitas tidur yang buruk, dan 25 persen tidak memiliki penghangat di rumah. Penyalahgunaan zat atau kondisi kesehatan mental atau fisik juga meningkatkan risiko hipotermia. Tetapi, sebagian besar penyakit dan kasus kematian tidak terjadi selama pilek.

Menurut para peneliti, meski iklim sedang memanas, paparan dingin tetap menjadi perhatian yang patut diwaspadai.

4. Penyebab Medis

Penyebab hipotermia selanjutnya oleh gangguan metabolisme yang menghasilkan tingkat metabolisme basal lebih rendah. Gangguan ini mengakibatkan tubuh lebih sedikit menghasilkan panas secara internal.

Penyebab yang mendasar juga dapat terjadi oleh paparan racun dan disfungsi kelenjar tiroid, adrenal, atau hipofisis.

Faktor Risiko Hipotermia

Terdapat beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko terkena kondisi ini, di antaranya:

1. Usia

Bayi dan orang dewasa yang lebih tua memiliki risiko tertinggi terkena hipotermia, karena disebabkan menurunnya kemampuan untuk mengatur suhu tubuhnya. Sebagai pencegahan, mereka harus berpakaian sesuai dengan cuaca dingin dan harus mengatur pendingin ruangan.

2. Penyakit Mental dan Demensia

Penyakit mental (skizofrenia dan gangguan bipolar) dan demensia berisiko lebih besar mengalami hipotermia. Penderita gangguan mental mungkin tidak berpakaian sesuai dengan cuaca dingin.

Mereka juga mungkin tidak menyadari bahwa telah mengalami kedinginan dan mungkin berada di luar ruangan terlalu lama dengan suhu dingin.

3. Alkohol dan Penyalahgunaan Narkoba

Keduanya dapat mengganggu penilaian terhadap flu dan cenderung kehilangan kesadaran, yang dapat terjadi di luar ruangan dengan cuaca dingin.

Alkohol sangat berbahaya karena memberi efek palsu, yakni terasa hangat dalam tubuh. Tetapi kondisi ini menyebabkan pembuluh darah mengembang dan kulit kehilangan suhu panas.

4. Kondisi Medis

Kondisi medis tertentu dapat memengaruhi kemampuan tubuh untuk mempertahankan suhu atau merasa dingin. Kondisi-kondisi ini di antaranya :

Hipotiroidisme (ketika kelenjar tiroid menghasilkan terlalu sedikit hormon), radang sendi, dehidrasi, diabetes, dan penyakit Parkinson (gangguan sistem saraf yang memengaruhi gerakan)

Beberapa kondisi berikut juga dapat meningkatkan risiko terkena hipotermia:

  • Stroke
  • Cedera tulang belakang
  • Sensasi terbakar
  • Kekurangan gizi

5. Obat-Obatan

Beberapa obat seperti antidepresan, sedatif, dan antipsikotik juga dapat menghambat kemampuan tubuh untuk mengatur suhu.

Jika menggunakan obat-obatan tersebut, konsultasikan dengan dokter, terutama jika sering beraktivitas di luar dalam cuaca dingin.

5. Tempat di Mana Anda Tinggal

Tempat tinggal dengan cuaca dingin juga dapat meningkatkan risiko. Daerah yang sering mengalami suhu sangat rendah mungkin di daerah pegunungan, dapat meningkatkan risiko terkena dingin yang ekstrem.

Gejala Hipotermia

Guna mengenali ciri-ciri hipotermia dan untuk menentukan pertolongan yang diperlukan, berikut beberapa gejala yang ditandai dengan kondisi berikut:

  1. Gemetaran
  2. Bicara cadel atau bergumam
  3. Napas lambat dan dangkal
  4. Denyut nadi lemah
  5. Kaku atau kurangnya koordinasi
  6. Mengantuk atau kekurangan energi
  7. Kebingungan atau kehilangan memori
  8. Hilang kesadaran
  9. Kulit dingin dan kemerahan (pada bayi)

Diagnosis Hipotermia

Diagnosis biasanya jelas berdasarkan gejala hipotermia secara fisik, di mana penderitanya menjadi sakit. Tes darah juga dapat dilakukan untuk membantu memastikan hipotermia dan tingkat keparahannya.

Diagnosis mungkin tidak segera terlihat, namun jika gejalanya ringan, seperti pada orang yang lebih tua di dalam ruangan memiliki gejala kebingungan, kurangnya koordinasi dan sulit berbicara.

Cara Mengatasi Hipotermia

Kondisi ini tergolong darurat medis dan harus segera mendapatkan penanganan. Berikut beberapa cara mengatasi hipotermia untuk meningkatkan suhu tubuh hingga normal:

1. Tangani Penderita Hipotermia dengan Hati-Hati

Tangani penderita hipotermia dengan hati-hati dan jangan memijatnya dalam upaya mengembalikan aliran darah. Setiap gerakan yang kuat atau berlebihan dapat menyebabkan henti jantung. Pindahkan atau lindungi mereka dari dingin.

2. Lepaskan Pakaian Basah

Lepaskan pakaian jika basah atau jika perlu gunting untuk menghindari memindahkannya untuk mengurangi gerakan. Tutuplah dengan selimut hangat, termasuk wajah, tetapi tidak dengan mulutnya. Jika selimut tidak tersedia, cara mengatasi hipotermia bisa dengan panas tubuh untuk menghangatkannya.

Jika tersadar, cobalah untuk memberinya minuman hangat atau sup hangat, yang dapat membantu meningkatkan suhu tubuh.

3. Kompres Hangat

Berikan kompres hangat (bukan panas), seperti botol air hangat atau handuk hangat. Hanya kompreskan ke dada, leher, atau pangkal paha. Jangan kompres ke lengan atau kaki, dan jangan gunakan bantal pemanas atau lampu panas.

Menerapkan kompres ke area-area ini akan mendorong darah dingin kembali ke jantung, paru-paru, dan otak, yang bisa berakibat fatal. hati-hati, suhu yang terlalu panas dapat membakar kulit atau menyebabkan henti jantung.

4. Perhatikan Pernapasan Penderita Hipotermia

Pantau pernapasan pernapasan penderita hipotermia. Jika pernapasan tampak lambat atau jika kehilangan kesadaran, lakukan cardiopulmonary resuscitation (CPR) jika Anda dilatih untuk melakukannya.

5. Perawatan Medis

Jika hipotermia parah, cara mengatasi secara medis dapat dilakukan menggunakan cairan hangat, biasanya cairan salin yang disuntikkan ke dalam vena. Dokter juga akan melakukan prosedur pengambilan darah, menghangatkannya, dan kemudian memasukkannya kembali ke dalam tubuh.

Menghangatkan saluran napas juga bisa dilakukan melalui masker dan pipa hidung. Cara menghangatkan perut melalui rongga hidung atau pompa perut, dengan memompa larutan garam yang hangat ke dalam perut.

 

Pencegahan Hipotermia

Berikut adalah beberapa tindakan yang bisa dilakukan untuk mencegah hipotermia, di antaranya:

1. Pakaian Hangat

Bila melakukan kegiatan di luar ruangan (pendakian gunung khususnya) pada musim hujan atau di daerah dengan curah hujan tinggi, bawalah ponco atau jas hujan adalah suatu keharusan. Selain membawa jas hujan, pakaian hangat (jaket tahan air dan tahan angin, jika perlu) dan pakaian ganti tambahan.

2. Makanan yang Cukup

Salah satu pencegahan kondisi ini adalah dengan membawa makanan yang cepat dibakar menjadi kalori, seperti gula jawa, cokelat dan makanan manis lainnya. Juga sesering mungkin ngemil dalam perjalanan untuk mengganti energi yang hilang.

Bila angin bertiup kencang, maka segeralah memakai perlengkapan pakaian hangat, seperti jaket, kupluk dan sarung tangan. Kehilangan panas tubuh akibat faktor angin dingin tidak terasa oleh tubuh, secara tiba-tiba bisa jatuh sakit.

3. Melakukan Gerakan Sederhana

Lakukanlah gerakan yang sederhana untuk menghangatkan tubuh, tapi jangan sampai berkeringat berlebihan. Jika terkena angin, baju yang basah karena keringat dapat menurunkan panas tubuh.

4. Minuman dan Makanan Hangat

Sediakan minuman dan makanan hangat, namun hindari minuman yang mengandung alkohol atau kafein.

Selain itu, bayi dan anak-anak juga lebih rentan terkena hipotermia dibandingkan orang dewasa. Oleh karena itu, Anda perlu melakukan langkah-langkah pencegahan agar mereka terhindar dari kondisi ini, antara lain:

  • Jangan biarkan anak tidur di ruangan dengan suhu yang terlalu dingin.
  • Gunakan pakaian atau jaket tambahan agar lapisan perlindungannya lebih tebal dan hangat.
  • Cegah anak bermain di luar saat hujan atau cuaca dingin. Segera bawa anak masuk ketika tubuhnya mulai menggigil. Pertolongan pertama hipotermia adalah menghangatkan tubuhnya agar suhunya kembali normal.

 

  1. Kraft, Sy. 2018. Everything you need to know about hypothermi. https://www.medicalnewstoday.com/articles/182197.php. (Diakses 22 Oktober 2019)
  2. Kristeen Moore. 2016. What Causes Hypothermia?. https://www.healthline.com/symptom/hypothermia. (Diakses 22 Oktober 2019)
  3. Mayo Clinic. 2019. Hypothermia. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hypothermia/symptoms-causes/syc-20352682. (Diakses 22 Oktober 2019)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi