DokterSehat.Com- Antibiotik adalah salah satu obat paling umum diketahui masyarakat. Hanya saja, masih banyak orang yang tidak tahu konsumsi antibiotik dengan benar. Contoh kasus yang terjadi di masyarakat adalah menghentikan konsumsi antibiotik saat penyakitnya sudah sembuh, sementara antibiotiknya masih tersisa. Padahal antiobiotik adalah obat resep yang harus dihabiskan. Jika Anda menyisakan antibiotik, hal itu justru bisa membahayakan kesehatan Anda sendiri.
Seperti diketahui, antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri. Antibiotik mampu membunuh bakteri dan mencegah perkembangannya. Meski efektif melawan infeksi bakteri, antibiotik juga dapat menyebabkan infeksi apabila tidak digunakan dengan dosis yang tepat.
Penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dengan indikasi dan dosis bisa menyebabkan infeksi Clostridium difficile. Clostridium difficile merupakan bakteri gram positif anaerob yang merupakan kuman patogen usus dapat sering menyebabkan diare. Faktor risiko yang penting dalam menyebabkan infeksi C. difficile adalah adanya penggunaan antibiotik, antara lain: ampisilin, amoxicillin, sefalosporin, klindamisin dan fluorokuinolon.
Pengunaan antibiotik yang tidak tepat dalam hal dosis dan indikasi dapat menyebabkan perubahan pada keseimbangan ekosistem flora normal usus yang memungkinkan tumbuhnya C. dificille yang mengeluarkan racun pada saluran cerna dan menyebabkan peradangan.
Bila tidak terdapat tanda atau gejala klinis adanya penyebaran infeksi sistemik, sebaiknya prosedur pembedahan lokal lebih dipertimbangkan dibandingkan antibiotik. Prinsip ini dapat diterapkan pada tata laksana penyakit abses periapical.
Perubahan Warna Gigi
Efek lanjutan penggunaan antiobiotik yang tidak tepat adalah perubahan warna gigi. Antiobiotik mampu membuat perubahan warna internal di dalam struktur gigi. Penggunaan antiobiotik tetrasiklin pada usia di bawah 8 tahun atau penggunaan pada ibu hamil bisa membuat benih gigi menjadi lebih redup saat bertumbuh.
Tetrasiklin adalah obat antibiotik yang dirancang untuk melawan infeksi bakteri, seperti infeksi saluran kemih, infeksi saluran pernafasan, gonore, jerawat, dan lain-lain. Dahulu, antibiotik jenis ini sering diberikan pada wanita hamil atau anak-anak yang giginya belum sepenuhnya berkembang.
Selain itu, penggunaan amoxicillin pada anak usia 3 dan 6 bulan, memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk mengalami fluorosis atau kerusakan lapisan luar gigi. Hal ini terjadi ketika gigi terkena terlalu banyak fluoride saat proses pembentukan email gigi. Gejalanya termasuk hampir tidak terlihat flek-flek putih, lubang-lubang, atau noda-noda coklat pada gigi.
Mengonsumsi Antibiotik dengan Benar
Antibiotik memang memiliki kemampuan membunuh bakteri penyebab terjadinya infeksi, termasuk infeksi pada gigi yang menyebabkan gigi sakit. Namun, penggunaan antibiotik tidak boleh sembarangan dan harus berdasarkan aturan. Dokter akan menjelaskan kapan dan berapa lama obat tersebut harus dikonsumsi agar obat dapat bekerja dengan optimal.
Beberapa jenis antibiotik dilarang dikonsumsi bersamaan dengan makanan tertentu. Sebagian antibiotik harus dikonsumsi di saat perut kosong, umumnya satu atau dua jam sebelum makan. Anda juga dilarang mengonsumsi minuman keras selama menggunakan antibiotik tertentu. Ikuti instruksi dokter maupun petunjuk pada label kemasan obat atau melalui lembaran informasi untuk pasien.
Yang harus menjadi catatan adalah ketika Anda merasa rasa sakit sudah berangsur membaik, jangan berhenti mengonsumsi antibiotik jika waktu penggunaan yang ditentukan belumlah selesai. Sebab, penggunaan antibiotik seperti ini dapat membuat infeksi tidak sembuh dengan tuntas dan penyakit tetap berlanjut, bahkan dapat membuat bakteri menjadi resisten terhadap antibiotik tersebut.
Konsekuensi lain dari resistensi antibiotik adalah peningkatan biaya seperti sakit yang lebih lama, termasuk biaya untuk tes, perawatan dan rawat inap. Untuk memastikan bakteri yang masuk ke tubuh telah musnah sepenuhnya, pastikan Anda menghabiskan semua dosis antibiotik yang diresepkan oleh dokter.