DokterSehat.Com – Mungkin nama penyakit ini tidak sering diketahui oleh kebanyakan orang. Sir Charles Bell, demikian nama seorang ahli bedah Skotlandia yang pertama kali menemukan penyakit ini pada abad 19. Penyakit ini menimbulkan derajat keluhan klinis yang beragam. Kendati demikian wajah yang tidak simetris, kelopak mata yang tidak dapat menutup sempurna, gangguan pengecapan serta sensasi mati rasa (baal atau kebas) pada salah satu sisi wajah merupakan keluhan yang sering terjadi. Pada beberapa kasus disertai adanya hiperakusis (sensasi pendengaran yang berlebihan), telinga berdenging, nyeri kepala dan perasaan melayang. Keluhan tersebut terjadi mendadak dan mencapai puncaknya dalam 2 hari. Keluhan yang terjadi diawali oleh nyeri pada telinga yang seringkali dianggap sebagai infeksi.
Berbeda dengan serangan stroke, pada Bell’s palsy tidak disertai dengan kelemahan anggota gerak. Hal ini disebabkan oleh letak kerusakan saraf yang berbeda. Pada stroke disebabkan oleh rusaknya bagian otak yang mengatur pergerakan salah satu sisi tubuh, termasuk wajah. Sedangkan pada Bell’s Palsy, kerusakan terjadi langsung pada saraf yang mengurus persarafan wajah. Saraf fasialis, demikian nama serabut saraf yang mengurus bagian wajah dan merupakan bagian dari 12 pasang saraf otak. Saraf ini berasal dari bagian batang otak yang disebut pons. Dalam perjalanannya menuju kelenjar parotis, saraf fasialis ini harus melalui suatu lubang sempit dalam tulang tengkorak yang disebut kanalis Falopia. Setelah mencapai kelenjar parotis, saraf fasialis ini akan bercabang menjadi ribuan serabut saraf yang lebih kecil yang mempersarafi daerah wajah, leher, kelenjar liur, kelenjar air mata, 60% bagian depan lidah dan sebagian telinga.
Bell’s palsy dapat terjadi pada pria atau wanita segala usia dan disebabkan oleh kerusakan saraf fasialis yang disebabkan oleh radang, penekanan atau pembengkakan. Penyebab kerusakan ini tidak diketahui dengan pasti, kendati demikian para ahli meyakini infeksi virus Herpes Simpleks- sebagai penyebabnya. Sehingga terjadi proses radang dan pembengkakan saraf. Pada kasus yang ringan, kerusakan yang terjadi hanya pada selubung saraf saja sehingga proses penyembuhannya lebih cepat, sedangkan pada kasus yang lebih berat dapat terjadi jeratan pada kanalis falopia yang dapat menyebabkan kerusakan permanen serabut saraf.
gejala awal terjadinya bell’s palsy ini berbeda beda satu sama lainya,dan bagi orang awam ada yang mengira bahwa terjadi stroke karena beberapa kasus terdapat pasien yang mengalami kidal ,kaku lidah dan penyempitan pada selaput penutup mata dan mata terlihat menjadi menyempitan dan bola mata tampak seperti masuk kedalam ,sementara pada bagian sebelah terlihat sebaliknya,yaitu tampak menonjol dan merah.
Tanda tanda awal penyakit bells palsy adalah :
- Muka tidak simetris atau menceng ketika senyum bibir akan lari ke samping.
- Tidak bisa berkumur,atau meniup,dan ketika makan ,makanan akan tertaut pada mulut bawah.
- Mulut akan bergeser bagian lingkar menjadi miring.
- Tidak bisa mengerutkan dahi,dan alis tidak bergerak.
- Tidak bisa menggerakkan tonjolan pada pipi dan terasa kaku seperti mati gerak.
- Telinga mengalami kurang pendengaran dan mendengung.
- Mengalami penarikan otot mata dan memicu kejulingan.
- Nyeri pada bagian bagian tertentu pada area leher ke atas.
- Mata tidak bisa berkedip bersamaan dan akan menyempit,dan pada bagian sebelahnya akan cenderung menonjol dan lambat berkedip,maka air akan masuk pada mata ketika mandi,karena tidak bisa melakukan gerakan reflek menutup.
- Terjadi kedutan berangsur angsur ,pada bagian bawah bibir dan bagian lainya.
- Lidah terasa keluh dan kaku sehingga tidak bisa lancar ketika bicara.
- Pada beberapa kasus terjadi kurangya respon aroma penciuman pada salah satu hidung.
Pengobatan
Sekitar 80-85% kasus, dapat sembuh spontan dalam 3 bulan. Akan tetapi beberapa penelitian mengatakan obat antivirus dan antiinflamasi efektif mempercepat proses penyembuhan apalagi jika pemberiannya sedini mungkin. Sedangkan nyeri dapat diatasi dengan analgetik seperti parasetamol dan ibuprofen, untuk pertumbuhan serabut saraf yang rusak dapat digunakan terapi vitamin dengan menggunakan vitamin B6 dan B12. Evaluasi terhadap derajat kerusakan saraf dapat dilakukan setelah melewati fase akut dengan menggunakan pemeriksaan elektromiografi (EMG) pada minggu kedua dengan memeriksa refleks kedip (blink reflex). Dengan demikian pemeriksaan ini dapat digunakan untuk memprediksi prognosis penyakit.
Botolinum toxin type A atau yang lebih dikenal dengan botox merupakan alternatif terapi yang dapat digunakan dan berfungsi untuk relaksasi otot-otot wajah. Alternatif terapi lainnya berupa akupuntur, stimulasi galvanik dan biofeedback.
Selain terapi utama, hal penting yang menjadi perhatian dalam tatalaksana penyakit ini adalah mata. Kelopak mata yang tidak dapat menutup sempurna akan dapat menimbulkan masalah baru, iritasi serta infeksi mata akan rentan terjadi jika tidak dilakukan perhatian khusus pada masalah ini. Hal yang dapat dilakukan berupa pemberian air mata buatan, mengedipkan mata secara manual, penggunaan pemberat kelopak mata hingga tindakan operatif.