DokterSehat – Salah satu penyakit yang masih dianggap ringan di Indonesia adalah influenza. Selain kerap dianggap ringan, masih banyak masyarakat yang menyamaratakan influenza dengan pilek. Padahal, kedua hal tersebut adalah sesuatu yang berbeda meski memiliki gejala-gejala yang ditimbulkannya hampir sama.
Perbedaan Influenza dan Pilek
Pilek (common cold) atau dikenal juga dengan sebutan selesma adalah infeksi saluran pernapasan atas yang disebabkan oleh virus. Rhinovirus adalah yang paling mudah menularkan pilek.
Penyebaran virus ini bisa terjadi melalui butiran air saat bersin atau batuk yang dikeluarkan oleh penderita. Virus ini paling sering menular pada musim hujan atau musim dingin, serta berada satu ruangan dengan seseorang yang sudah terpapar virus tersebut sebelumnya.
Sedangkan influenza atau atau flu adalah infeksi virus menyerang sistem pernapasan keseluruhan. Bisa dari hidung, tenggorokan, dan paru-paru. Beberapa penyebab virus influenza yaitu influenza A, influenza B, dan influenza C. Virus influenza tipe A dan B biasanya menyebabkan flu musiman, sementara tipe C biasanya terjadi sepanjang tahun.
Sementara untuk penularannya, influenza sama dengan pilek yaitu dari percikan air liur yang masuk ke dalam tubuh. Influenza bisa juga menular jika Anda menyentuh benda-benda yang sudah terpapar virus.
Berikut ini adalah orang-orang yang berisiko lebih tinggi terkena komplikasi influenza, antara lain:
- Anak kecil di bawah usia 5 tahun , terutama mereka yang di bawah 12 bulan.
- Orang lanjut usia, di atas 65 tahun.
- Penghuni panti jompo dan fasilitas perawatan jangka panjang lainnya.
- Wanita hamil dan wanita yang baru dua minggu menjalani persalinan.
- Orang dengan sistem kekebalan yang lemah.
- Orang yang memiliki penyakit kronis, seperti asma, penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit hati dan diabetes.
- Orang yang sangat gemuk dengan indeks massa tubuh (BMI) 40 atau lebih tinggi.
Selain kelompok berisiko tinggi seperti individu lanjut usia, penderita penyakit kronis, dan penderita penyakit kardiovaskuler, vaksinasi influenza juga penting dilakukan pada orang-orang yang melakukan perjalanan jauh dengan fasilitas umum dan tenaga kesehatan.
Perbedaan Influenza dan Pilek Berdasarkan Gejalanya
Sementara itu menurut Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, SpPD, K-AI, FINASIM, Ketua Perhimpunan Alergi-Imunologi Indonesia, influenza tidak sama dengan selesma. Salah satu gejalanya adalah influenza bisa membuat seseorang mengalami demam hingga satu minggu.
“Kalau selesma kan biasanya panasnya 2-3 hari terus dia turun (setelah dikasih antibiotik), tapi kalau ini (influenza) dikasih antiobiotik enggak (turun panasnya) karena dia virus, dia harus dikasih antivirus,” kata dr. Iris saat acara Media Briefing World Flu Day 2019 yang diadakan oleh Sanofi Pasteur, di Jakarta, Senin (25/11/2019).
Berikut ini adalah perbedaan gejala yang ditimbulkan antara influenza dengan selesma:
Gejala | Selesma | Influenza |
Demam | Jarang | Tiba-tiba, sering kali demam tinggi, berakhir dalam 3-4 hari |
Sakit kepala | Jarang | Sering |
Nyeri dan pegal | Ringan | Biasa terjadi dan sering dengan sakit |
Lemah | Jarang/lemah | Sedang sampai berat, bisa sampai satu bulan |
Terbaring di tempat tidur | Jarang | Sering, bisa sampai 5-10 hari |
Pilek | Sering | Kadang-kadang |
Bersin-bersin | Biasa | Kadang-kadang |
Tenggorokan sakit | Biasa | Kadang-kadang |
Batuk | Kadang-kadang ringan-sedang | Biasa, bisa menjadi parah |
Komplikasi yang bisa terjadi | Sinus atau infeksi telinga | Pneumonia, gagal ginjal, gagal hati, dapat mengancam jiwa |
Penyakit yang menular dengan cepat ini, menurut dr. Iris harus menjadi perhatian terutama bagi Anda yang ingin melakukan perjalanan jauh. Ia menyarankan untuk mendapatkan vaksin influenza sebelum Anda terserang virus dari penyakit ini.
“Risiko penyebaran virus influenza selama liburan tergantung pada waktu keberangkatan dan daerah tujuan,” katanya.
Contohnya, di belahan bumi utara puncak kasus influenza terjadi sekitar Oktober hingga April atau Mei. Di belahan selatan bumi puncak kasus influenza terjadi April hingga September. Sedangkan di negara tropis seperti Indonesia penyebaran virus terjadi sepanjang tahun.
Dokter Iris mengungkapkan, karena hanya virus influenza yang terus melakukan mutasi, hal itu menjadikan influenza sebagai permasalahan warga dunia. Kondisi tersebut juga menjadikan vaksin influenza hanya memiliki kekebalan selama 1 tahun
“Suatu alasan mengapa influenza menjadi masalah kesehatan global adalah (karena) galur virus influenza terus bermutasi dan menyebar ke area lain, terutama melalui transportasi udara. Formula vaksin terus disesuaikan dengan galur virus yang dominan untuk memberikan perlindungan yang optimal. Virus influenza begitu mudah bermutasi, sehingga setiap tahun harus dibuat virus dengan strain yang beredar saat itu,” ungkap dr. Iris.
Pada akhirnya, setiap orang bisa terkena influenza meski tubuhnya sedang dalam kondisi sehat. Oleh karena itu, mendapatkan vaksin influenza adalah sesuatu yang penting jika Anda yang ingin bepergian atau bekerja sebagai tenaga kesehatan.
“Setiap orang dapat terkena flu, merasa fit dan sehat bukan berarti Anda terlindungi. Kita merasa fit bukan berarti kita memiliki antibodi terhadap penyakit tersebut, kita divaksinasi kita mempunyai antibodi, dan harus diingat bahwa orang yang divaksinasi itu adalah orang sehat justru. Harus keadaan sehat bukan keadaan sakit,” tuturnya.
Vaskin Influenza Penting untuk Bayi dan Lansia
Menurut Prof. dr. Cissy B Kartasasmita, SpA(K), Phd, yang juga Ketua Indonesia Influenza Foundation (IFF), anak-anak dan orang lanjut usia adalah golongan yang wajib mendapatkan vaksin influenza satu tahun sekali
“Influenza merupakan masalah kesehatan yang besar, menyebabkan beban ekonomi tinggi, anak dan lansia merupakan kelompok yang harus dilindungi, influenza penyebab salah satu kematian terbesar untuk anak dan lansia—dan vaksinasi dapat melindungi terhadap penyakit dan juga untuk mengurangi beban ekonomi pemerintah,” tutur dr. Cissy.
Meski menjadi salah satu penyakit yang bisa menimbulkan masalah kesehatan serius, dr. Cissy menyayangkan masih terdapat beberapa orang yang enggan untuk mendapatkan vaksinasi influenza, entah karena ketidakpercayaan manfaat yang didapatkan hingga masalah-masalah teknis.
“(Terdapat) satu kelompok yang merasa bahwa takut untuk divaksinasi, jadi mereka itu mengatakan bahwa takut sakit takut jarum, itu menjadi salah satu masalah. Penelitian saya itu baru healthcare worker sama pada lansia—belum pada anak-anak—untuk melihat kenapa mereka enggak mau divaksin,” ungkap dr. Cissy.
Menurut dr. Cissy, tidak seperti di negara-negara lainnya, negara yang berada di wilayah tropis seperti Indonesia proses penyebaran virus flu bisa terjadi sepanjang tahun. Oleh karena itu, dia berharap masyarakat untuk lebih peduli terhadap penggunaan vaksin influenza.
“Setiap tahun di Indonesia, influenza bertanggung jawab terhadap 2000 sampai 4000 kematian. Kurang lebih sama dengan 0,7 sampai dengan 1,7 (kematian) per 100.000 populasi,” pungkasnya.