Terbit: 13 April 2020 | Diperbarui: 16 March 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Adrian Setiaji

Bagi sebagian orang, asma adalah gangguan yang ringan. Namun bagi yang lain, kondisi ini bisa menjadi masalah  yang besar karena bisa mengganggu aktivitas sehari-hari hingga mengancam jiwa. Asma adalah kondisi yang tidak bisa disembuhkan, tetapi gejalanya bisa dikendalikan. Lantas, obat asma apa yang bisa Anda gunakan? Simak penjelasan selengkapnya di bawah ini.

12 Obat Asma yang Sering Digunakan (Medis dan Alami)

Jenis-Jenis Penyakit Asma

Sebelum menjelaskan mengenai obat asma, perlu Anda pahami bahwa obat yang digunakan untuk mengatakan asma tidak hanya satu jenis tetapi ada beberapa jenis. Selain itu, jenis obat juga disesuaikan dengan derajat atau tingkatan asma

Penyakit asma yang terjadi tidaklah seragam melainkan ada beberapa tingkatan. Berdasarkan tingkat keparahan penyakit, ada empat jenis penyakit asma, yaitu:

  1. Derajat 1: Asma Intermiten (serangan singkat).
  2. Derajat 2: Asma Persisten Ringan (serangan mengganggu aktivitas dan tidur).
  3. Derajat 3: Asma Persisten Sedang (serangan dapat mengganggu aktivitas dan tidur).
  4. Derajat 4: Asma Persisten Berat (serangan sering terjadi).

Obat Asma Tradisional (Alami dan Herbal)

Beberapa orang percaya perawatan alami dapat membantu mengobati, padahal hingga kini belum penelitian ilmiah yang menunjukkan bahwa cara alami ini mampu efektif untuk mengobati serangan asma. Berikut ini adalah beberapa obat asma tradisional yang umum digunakan, di antaranya:

1. Bawang Putih

Obat asma alami yang mudah didapatkan di rumah adalah bawang putih. Bawang putih telah digunakan sebagai obat alami untuk mengelola banyak penyakit—terutama penyakit kardiovaskular—karena sifat antiinflamasinya.

Meski begitu, hingga kini belum ada penelitian terkontrol yang menyelidiki efek bawang putih pada gejala asma, sehingga perannya dalam pengobatan asma tidak diketahui.

2. Jahe

Sebuah penelitian telah mengaitkan antara suplemen jahe dengan peningkatan gejala asma. Namun, penelitian ini tidak menunjukkan bahwa penggunaan jahe menyebabkan peningkatan fungsi paru-paru yang sebenarnya. Oleh karena itulah, klaim terhadap penelitian ini tidak bisa dijadikan acuan untuk mengobati asma.

Studi tambahan diperlukan untuk mengevaluasi lebih lengkap apakah obat herbal asma ini membantu mengelola gejala asma.

3. Echinacea dan Licorice

Satu studi yang meneliti penggunaan sejumlah herbal berbeda untuk mengobati asma menemukan bahwa echinacea—tanaman herbal yang sering digunakan untuk mengobati infeksi saluran pernapasan atas—tidak hanya tidak efektif, tetapi juga dikaitkan dengan sejumlah efek samping. Dampak negatifnya, gejala asma yang memburuk, ruam kulit, dan kemungkinan kerusakan pada organ hati.

Begitu juga dengan licorice—yang memiliki sifat antiinflamasi dan antioksidan dan kadang-kadang digunakan oleh penderita asma untuk menenangkan paru-paru—ditemukan tidak efektif sebagai pengobatan alternatif untuk asma. Efek samping yang bisa terjadi adalah tekanan darah tinggi.

Pada akhirnya, kedua obat asma tradisional ini belum dilakukan uji klinis sebagai pengobatan asma yang efektif. Oleh karenanya, penelitian lebih lanjut diperlukan terkait efek samping apa saja yang bisa terjadi.

4. Kunyit

Kunyit memiliki efek seperti histamin, zat kimia yang diproduksi oleh sel-sel di tubuh saat mengalami reaksi infeksi atau alergi. Meski begitu, penelitian lebih banyak diperlukan sebelum menggunakan kunyit sebagai obat alami untuk mengatasi asma.

5. Madu

Madu adalah bahan alami yang sering digunakan untuk mengobati batuk dan pilek. Hal itu lah yang membuat banyak orang mencampurkan madu dengan minuman hangat untuk meredakan asma. Meski begitu, hingga kini belum ada penelitian yang mendukung penggunaan madu sebagai pengobatan alternatif untuk meredakan asma.

6. Omega-3

Asam lemak omega-3 sering digunakan sebagai obat alami untuk membantu mencegah dan mengobati penyakit jantung. Meskipun beberapa penelitian menunjukkan bahwa omega-3 dapat membantu mengurangi peradangan saluran napas dan meningkatkan fungsi paru-paru, masih banyak yang tidak diketahui tentang manfaatnya dalam pengobatan asma.

Obat Asma di Apotek dan Resep Dokter

Mekanisme kerja obat penyakit asma ada dua. Ada obat penyakit asma yang menghindari degranulasi sel mast dan ada pula obat  yang meniadakan efek mediator. Berdasarkan mekanisme kerjanya, inilah beberapa jenis obat tersebut, di antaranya:

1. Beta 2 Agonis

Beta 2 agonis adalah jenis obat yang masuk ke dalam bronkodilator atau obat pelega. Obat penyakit asma yang tergolong beta 2 agonis bekerja dengan sangat efektif. Cara kerja obat asma jenis beta 2 agonis adalah dengan meningkatkan aktivitas adenyl cyclase—enzim tunggal untuk mensintesis siklik AMP (cAMP)—pembawa pesan yang mengatur beragam respons fisiologis termasuk gula dan metabolisme lipid, penciuman, serta pertumbuhan sel, dan diferensiasi.

Jika aktivitas adenyl cyclase meningkat, maka produksi intraseluler siklik AMP (adenosine mono fosfat) juga akan meningkat. Siklik AMP yang meningkat akan membuat otot polos menjadi lebih rileks.

Selain itu, peningkatan siklik AMP adalah untuk menstabilisasi sel mast dan rangsangan otot rangka. Pemakaian obat jenis ini juga akan meningkatkan bronkoselektivitas jika melalui aerosol.

Cara mengobati asma dengan menggunakan obat jenis beta 2 agonis bisa mengurangi efek sampingnya. Beta 2 agonis bisa merangsang reseptor beta 1 sehingga ada peningkatan kontraksi dan frekuensi denyut jantung.

Obat beta 2 agonis ada dua jenis, yaitu agonis reseptor beta adrenergik kerja singkat dan agonis reseptor adrenergik kerja lama.

  • Agonis reseptor beta adrenergik kerja singkat

Mekanisme kerja obat agonis reseptor beta adrenergik kerja singkat adalah dengan merilekskan otot polos saluran pernapasan secara langsung. Ada beberapa jenis obat yang masuk ke dalam golongan agonis reseptor beta adrenergik kerja singkat. Beberapa obat asma tersebut yaitu salbutamol, terbutalin, pributeril, metaproterenol, albuterol, dan levalbuterol.

Obat  jenis agonis reseptor beta adrenergik kerja singkat adalah obat yang pertama kali diberikan kepada pasien. Namun, obat penyakit asma ini memiliki efek samping seperti sakit kepala, jantung berdebar, tremor, dan rasa cemas.

Efek samping obat ini juga bisa menurunkan sedikit tekanan darah dan meningkatkan kadar gula darah. Para penderita diabetes perlu berkonsultasi dan mendapatkan pengawasan dokter jika akan menjalani terapi obat ini.

  • Agonis reseptor beta adrenergik kerja lama

Obat jenis beta agonis ini juga ada yang tipe adrenergik kerja lama. Fungsi obat penyakit asma ini adalah untuk mengontrol penyakit asma jangka panjang. Indikasi penggunaannya sebagai terapi obat tambahan yang telah mendapatkan kortikosteroid.

Cara kerja obat asma jenis agonis reseptor beta adrenergik kerja lama adalah dengan merileksasi otot polos saluran pernapasan dan bronkodilatasi. Sifat obat ini melengkapi sistem kerja sel tubuh yang lain.

Terdapat beberapa nama generik obat yang masuk ke dalam golongan obat penyakit asma ini yaitu prokaterol, formoterol, dan salmeterol. Penggunaan obat jenis ini bisa menghambat sel-sel yang mengakibatkan peradangan.

2. Metilxantin

Metilxantin adalah obat yang termasuk bronkodilator atau pelega. Terdapat beberapa jenis obat penyakit asma yang masuk ke dalam jenis metilxantin ini. Beberapa obat asma yang tergolong metilxantin, yaitu aminofilin, teofilin, dan teofilin lepas lambat.

Mekanisme kerja obat metilxantin adalah dengan merangsang sistem saraf pusat, sistem pernapasan, dan mendilatasi pembuluh pulmonar. Di samping itu, obat seperti aminofilin dan teofilin juga bekerja dengan cara menghambat enzim fosfodiesterase.

Jika enzim fosfordiesterase dihambat, maka penguraian siklik AMP bisa dicegah. Penguraian siklik AMP yang terhambat akan meningkatkan kadar siklik AMP intrasel. Otot polos yang ada di bronkus pun akan terileksasi dan alergi bisa dicegah.

3. Antikolinergik

Obat asma yang termasuk jenis antikolinergik adalah ipratropium bromida, tiotropium bromida, dan glikopironium bromida. Antikolinergik merupakan jenis obat yang bersifat menghambat sehingga menimbulkan bronkodilatasi.

Sebenarnya, obat jenis antikolinergik ini memiliki cara kerja dengan obat agonis adrenergik. Akan tetapi, obat antikolinergik memiliki efek yang lebih lambat dan lebih lemah dari agonis adrenergik.

Pada beberapa pasien, antikolinergik ini bekerja secara langsung dan memberikan manfaat. Efek samping antikolinergik yang mungkin muncul seperti mulut kering, gangguan penglihatan sulit buang air kecil, berdahak, dan takikardia.

4. Glukokortikoid

Ada juga obat penyakit asma jenis glukokortikoid. Glukokortikoid ini termasuk ke dalam golongan kortikosteroid. Obat yang masuk ke dalam jenis glukokortikoid adalah beklometason (inhaler), triamnisolon, prednison, deksametason, dan hidrokortison.

Hidrokortison diberikan secara injeksi, sedangkan triamnisolon, deksametason, dan prednison diberikan secara oral dalam bentuk sediaan tablet. Obat-obatan glukokortikoid bisa mengobati beberapa masalah pernapasan bukan hanya asma.

Cara kerja obat jenis glukokortikoid adalah dengan mencegah pelepasan zat yang memicu peradangan atau antiinflamasi. Akan tetapi, glukokortikoid tidak merilekskan otot polos saluran pernapasan. Efek samping dari pemakaian obat asma jenis glukokortikoid adalah iritasi selaput lambung.

5. Antagonis Leukotrien

Obat asma yang baru ini disebut juga dengan antagonis leukotrien. Cara kerja antagonis leukotrien cukup efektif dan spesifik. Adapun beberapa obat yang tergolong antagonis leukotrien di antaranya adalah zafirlukas dan zileuton.

6. Obat Alergi

Obat-obatan alergi dapat membantu jika asma Anda dipicu atau diperburuk oleh alergi. Beberapa obat itu, antara lain:

  • Allergy shots (immunotherapy). Seiring waktu, suntikan alergi secara bertahap mengurangi reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap alergen tertentu. Anda biasanya menerima suntikan sekali seminggu selama beberapa bulan, lalu sebulan sekali untuk jangka waktu tiga hingga lima tahun.
  • Omalizumab (Xolair). Obat ini diberikan sebagai suntikan setiap dua hingga empat minggu, khusus untuk orang yang memiliki alergi dan asma parah. Cara kerjanya dengan mengubah sistem kekebalan tubuh.

 

  1. Anonim. PIONAS-BPOM. Antiasma dan Bronkodilator. http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-3-sistem-saluran-napas-0/31-antiasma-dan-bronkodilator. (diakses pada 27 Maret 2019).
  2. Anonim. UMS: Tinjauan Pustaka (Asma). http://eprints.ums.ac.id/14916/2/BAB_1.pdf. (diakses pada 27 Maret 2019).
  3. Anonim. Asthma. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/asthma/diagnosis-treatment/drc-20369660. (Diakses pada 13 April 2020).
  4. Rodriguez, Diana. 2011. Natural Remedy Options for Asthma Treatment. https://www.everydayhealth.com/asthma/natural-remedies-for-asthma.aspx. (Diakses pada 13 April 2020).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi