Terbit: 15 April 2019 | Diperbarui: 21 April 2022
Ditulis oleh: Mutia Isni Rahayu | Ditinjau oleh: dr. Jati Satriyo

Terdapat beberapa kondisi yang dapat menjadi penyebab usus buntu. Radang usus buntu atau yang biasa dikenal dengan penyakit usus buntu adalah peradangan yang terjadi pada usus buntu, kantong kecil yang menonjol dari usus besar. Usus buntu terletak di bagian bawah perut sebelah kanan. Radang usus buntu adalah kondisi yang umum menyerang orang dewasa maupun anak-anak.

6 Penyebab Usus Buntu, dari Infeksi hingga Trauma

Penyebab Usus Buntu

Penyebab usus buntu sering kali tidak diketahui. Menurut pakar kesehatan, peradangan usus buntu dipicu oleh usus buntu yang tersumbat. Penyumbatan ini kemudian menyebabkan infeksi yang memicu munculnya berbagai gejala usus buntu.

Berikut adalah beberapa penyebab usus buntu yang mungkin terjadi:

1. Penumpukan Kotoran

Penyebab usus buntu yang pertama adalah penumpukan kotoran yang kemudian menyumbat usus buntu.

Terkadang tinja dapat membentuk batu kecil yang disebut fecalith, batu ini lah yang dapat menyebabkan penyumbatan pada usus buntu. Setelah itu usus buntu akan kesulitan untuk mengosongkan lendir dan cairan yang dihasilkannya.

Tekanan dalam usus buntu kemudian akan meningkat dan terjadi pembengkakan pada usus buntu dan peningkatan jumlah bakteri dalam usus buntu yang kemudian menyebabkan peradangan.

2. Infeksi Saluran Pencernaan

Penyebab usus buntu selanjutnya adalah akibat infeksi saluran pencernaan yang menyebar hingga ke usus buntu.

Infeksi ini dapat disebabkan oleh bakteri, virus, maupun jamur. Infeksi yang menyebar hingga ke usus buntu kemudian menyebabkan infeksi sekunder yang menyebabkan peradangan pada usus buntu.

3. Parasit

Parasit dalam saluran pencernaan atau cacing saluran pencernaan juga dapat menyebabkan radang usus buntu.

Pada radang usus buntu akut akibat parasit, perawatan berupa bedah usus buntu saja kemungkinan tidak cukup untuk pengobatan. Pasien harus dievaluasi kembali untuk dapat membersihkan parasit tersebut sepenuhnya dari saluran pencernaan.

5. Tumor

Kanker yang berkembang di lambung atau usus besar dapat berkembang hingga ke usus buntu.

Kondisi ini juga dapat menjadi salah satu penyebab radang usus buntu, meskipun termasuk jarang terjadi. Selain perawatan untuk radang usus buntu, tentunya dibutuhkan juga perawatan untuk kanker atau tumor pada saluran pencernaan tersebut.

6. Cedera Traumatis

Cedera traumatis juga dapat menjadi penyebab usus buntu, meskipun kasus ini termasuk jarang ditemukan.

Cedera perut yang terjadi dapat disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, jatuh, penyerangan, maupun kecelakaan lainnya. Gejala usus buntu yang muncul akibat cedera traumatis dapat meliputi sakit perut, mual, muntah, bahkan hingga anoreksia.

Jika Anda mengalami cedera pada perut kanan bagian bawah dan mengalami gejala seperti yang disebutkan, tes pencitraan harus segera dilakukan untuk memastikan kondisi usus buntu Anda.

Faktor Risiko Usus Buntu

Radang usus buntu dapat menyerang siapa saja. Meskipun begitu, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena usus buntu. Faktor-faktor ini tentunya tidak dapat diabaikan.

Berikut adalah beberapa faktor risiko penyebab usus buntu yang perlu diwaspadai:

1. Usia

Faktor risiko penyebab usus buntu yang pertama adalah usia.

Radang usus buntu dapat menyerang siapa saja, orang dewasa, anak-anak, hingga lansia. Namun menurut pakar kesehatan, kondisi ini paling banyak menyerang orang yang ada di rentang usia 15 hingga 30 tahun.

2. Berjenis Kelamin Pria

Selain faktor usia, faktor jenis kelamin juga dianggap memengaruhi risiko usus buntu.

Kasus radang usus buntu pada pria usia remaja dan dewasa muda lebih banyak terjadi pada laki-laki dengan perbandingan 3:2. Sedangkan kasus radang usus buntu pada pria dewasa kira-kira lebih besar 1,4 kali dibandingkan wanita.

Namun jumlah tindakan operasi usus buntu pada pria dan wanita kurang lebih sama, karena terdapat sebagian kasus radang usus buntu yang dapat diatasi tanpa operasi.

3. Riwayat Keluarga

Radang usus buntu bukan merupakan penyakit yang diturunkan dan juga tidak ditularkan pada orang lain.

Meskipun begitu, seseorang yang memiliki riwayat keluarga yang memiliki kondisi ini, umumnya akan memiliki risiko yang lebih tinggi. Seseorang yang anggota keluarganya memiliki kondisi radang usus buntu akut memiliki risiko 3 kali lipat terkena kondisi ini.

4. Fibrosis Kistik

Fibrosis kistik adalah penyakit genetik progresif yang memengaruhi lendir dalam tubuh, sehingga membuatnya memicu sumbatan di beberapa saluran tubuh. Kondisi ini dapat menjadi salah satu faktor risiko penyebab usus buntu pada anak-anak.

5. Kurang Serat

Faktor risiko penyebab usus buntu yang terakhir adalah asupan makanan rendah serat.

Meskipun begitu, hingga kini belum terbukti secara ilmiah bahwa diet rendah serat menyebabkan radang usus buntu, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikannya.

 

Pencegahan Radang Usus Buntu

Tidak ada cara pasti yang dapat dilakukan untuk mencegah radang usus buntu. Namun mengonsumsi makanan yang kaya serat dipercaya dapat membantu menurunkan risiko radang usus buntu, karena penyakit ini cenderung jarang ditemui di negara yang penduduknya memiliki pola makan tinggi serat.

Selain itu, mengonsumsi makanan yang kaya serat tentunya dapat membantu memelihara saluran pencernaan secara keseluruhan. Berikut adalah jenis makanan tinggi serat yang disarankan adalah seperti:

  • Buah-buahan
  • Sayur-sayuran
  • Kacang-kacang seperti kacang kapri dan kacang polong
  • Serealia seperti oatmeal, beras merah, gandum utuh, dan biji-bijian lainnya

Konsumsi serat ini tentunya juga harus diseimbangkan dengan nutrisi lainnya, apabila Anda ingin sistem pencernaan tetap terjaga.

Perlu diketahui bahwa radang usus buntu umumnya harus segera diatasi dengan prosedur pembedahan. Gejala awal yang muncul sering kali mirip dengan masalah perut lainnya, sehingga terkadang sulit untuk dikenali. Apabila Anda memiliki keluhan pada saluran pencernaan, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter untuk memastikan kondisi Anda.

Tes pencitraan seperti USG perut atau CT scan mungkin akan disarankan apabila dokter mencurigai adanya radang usus buntu. Anda dapat berkonsultasi dengan dokter tentang perawatan selanjutnya yang harus dilakukan.

 

  1. APSA. 2016. Acute (Early) Appendicitis. https://eapsa.org/parents/learn-about-a-condition/a-e/acute-(early)-appendicitis/. (Diakses 15 November 2019).
  2. Cancer.Net. 2018. Appendix Cancer: Introduction. https://www.cancer.net/cancer-types/appendix-cancer/introduction. (Diakses 15 November 2019).
  3. Craig, Sandy. 2018. Is appendicitis more common in males or females?. https://www.medscape.com/answers/773895-14428/is-appendicitis-more-common-in-males-or-females. (Diakses 15 November 2019).
  4. E, Ergul. 2007. Heredity and familial tendency of acute appendicitis. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18265855. (Diakses 15 November 2019).
  5. Ilhan, Enver. 2013. Do intestinal parasitic infestations in patients with clinically acute appendicitis increase the rate of negative laparotomy? Analysis of 3863 cases from Turkey. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4027828/. (Diakses 15 November 2019).
  6. Lights, Verneda dan Elizabeth Boskey. 2019. Everything You Need to Know About Appendicitis. https://www.healthline.com/health/appendicitis#causes. (Diakses 15 November 2019).
  7. Mayo Clinic. 2019. Appendicitis. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/appendicitis/symptoms-causes/syc-20369543. (Diakses 15 November 2019).
  8. Toumi, Zaher dan et al. 2010. Systematic review of blunt abdominal trauma as a cause of acute appendicitis. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3182788/. (Diakses 15 November 2019).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi