Terbit: 17 November 2019 | Diperbarui: 29 September 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Belakangan ini di media sosial Facebook sedang viral video yang menunjukkan kebiasaan makan mie instan bisa menyebabkan radang usus buntu. Sebenarnya, apakah memang mie instan bisa menyebabkan dampak kesehatan ini?

Benarkah Mi Instan Bisa Bikin Radang Usus Buntu?

Kaitan Mie Instan dengan Radang Usus Buntu

Dalam video yang diunggah di Facebook sejak Senin, 11 November 2019 lalu, terlihat tangan dari seseorang yang diduga adalah dokter yang mengeluarkan semacam mie dari benda yang disebut-sebut adalah usus dari pasien. Pengunggah video ini menyebut ini disebabkan oleh kebiasaan terlalu sering makan mie instan.

Pakar kesehatan menyebut anggapan bahwa makan mie instan terlalu sering bisa menyebabkan radang usus buntu tidaklah benar. Meskipun begitu, pakar kesehatan memang tidak menyarankan kita untuk sering makan mie instan karena makanan ini tidak menyediakan gizi yang cukup bagi tubuh. Terlalu sering mengonsumsinya juga bisa menyebabkan kenaikan berat badan atau bahkan tekanan darah akibat adanya kandungan natrium yang tinggi di dalamnya.

Khusus untuk video tersebut, hal ini ternyata pernah dibantah oleh Society of American Gastrointestinal and Endoscopic Surgeons. Meskipun terlihat seperti mie instan, sebenarnya yang keluar adalah cacing parasit berjenis ascaris. Cacing ini memang bisa berkembang biak di dalam usus.

Organisasi Kesehatan PBB (WHO) menyebut infeksi cacing ini seringkali terjadi akibat kebiasaan mengonsumsi makanan atau minuman yang belum matang sehingga bisa saja memiliki telur cacing tersebut.

Berbagai Penyebab Radang Usus Buntu

Pakar kesehatan menyebut ada beberapa hal yang bisa menyebabkan peradangan usus buntu.

Berikut adalah berbagai macam penyebab tersebut.

  1. Kotoran yang Terus Menumpuk

Pakar kesehatan menyebut penyebab paling sering dari masalah radang usus buntu justu adalah masalah sembelit yang membuat kotoran terus menumpuk di dalam perut. Masalahnya adalah kotoran-kotoran ini bisa menyebabkan infesi bakteri yang akhirnya berimbas pada radang usus buntu. Karena alasan inilah sebaiknya kita segera mengatasi masalah sembelit atau susah buang air besar demi mencegah hal ini terjadi.

  1. Mengalami Infeksi pada Saluran Pencernaan

Infeksi di dalam saluran pencernaan yang bisa disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau bahkan parasit seperti cacing bisa saja menyebabkan radang usus buntu. Karena alasan inilah sebaiknya kita cermat dalam memilih makanan atau minuman demi mencegah berbagai hal tersebut masuk ke dalam tubuh.

Selain infeksi, dalam beberapa kasus radang usus buntu juga bisa dipicu oleh iritasi atau bisul yang muncul di dalam saluran pencernaan.

  1. Mengalami Cedera

Jika sampai kita mengalami cedera atau trauma pada bagian pencernaan seperti di usus buntu, maka peradangan di organ ini bisa saja terjadi. Sebagai contoh, kecelakaan atau luka tusuk bisa menjadi pemicunya.

  1. Masuknya Benda Asing

Jika kita tanpa sengaja menelan benda asing yang berpotensi menyebabkan cedera atau infeksi di dalam saluran pencernaan, maka hal ini juga bisa menyebabkan datangnya radang usus buntu.

  1. Polusi Udara

Meskipun terkesan tidak terkait, sebuah penelitian yang dipublikasikan hasilnya dalam Environmental Health Perspective pada 2013 lalu mengungkap fakta bahwa paparan polusi udara memang bisa meningkatkan risiko terkena radang usus buntu.

  1. Kurang Asupan Serat

Penelitian yang dilakukan di Yunani dan melibtkan sekitar 2 ribu partisipan dengan usia anak-anak membuktikan bahwa mereka yang cenderung terbiasa mengonsumsi makanan rendah serat memiliki risiko lebih besar untuk terkena masalah radang usus buntu dibandingkan dengan anak-anak yang mengonsumsi serat dengan cukup. Perbedaan risiko ini bahkan mencapai 30 persen!

 

Sumber:

  1. Anwar, Firdaus. 2019. Beredar Video Usus Buntu Karena Kebanyakan Makan Mi Instan, Ini Faktanya. /health.detik.com/berita-detikhealth/d-4787559/beredar-video-usus-buntu-karena-kebanyakan-makan-mi-instan-ini-faktanya. (Diakses pada 17 November 2019).

DokterSehat | © 2025 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi