Terbit: 31 December 2019
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

Salah satu masalah kesehatan yang bisa membuat kita merasa sangat tidak nyaman adalah perut kembung. Masalahnya adalah kondisi ini bisa saja terjadi usai kita menyantap makanan. Sebenarnya, apakah ada cara yang bisa kita lakukan demi mencegahnya?

6 Cara Mencegah Perut Kembung Usai Makan

Mencegah Perut Kembung Setelah Makan

Perut kembung tak hanya bisa membuat perut terasa tidak nyaman. Dalam realitanya, hal ini juga bisa membuat kita sering bersendawa, mual, dan muntah. Tak hanya karena terkait dengan kondisi kesehatan tertentu, bisa jadi hal ini juga disebabkan oleh pola makan yang tidak baik.

Berikut adalah beberapa cara yang bisa kita lakukan demi mencegah datangnya gangguan pencernaan ini.

  1. Perhatikan Asupan Makanan Berserat

Makanan berserat seperti sayuran, buah, dan biji-bijian sangatlah baik bagi kesehatan, khususnya bagi saluran pencernaan. Hanya saja, bukan berarti kita mengonsumsinya sebanyak mungkin demi mendapatkan manfaat kesehatannya. Jika dikonsumsi dengan berlebihan, justru akan membebani saluran pencernaan karena serat tidak bisa benar-benar dicerna oleh tubuh.

Beberapa jenis makanan berserat seperti sayuran dari keluarga kubis dan brokoli bahkan bisa membuat produksi gas di dalam perut menjadi berlebihan. Hal ini berarti, setelah mengonsumsinya kita bisa merasakan sensasi penuh, kembung, dan begah yang tidak nyaman.

Dalam beberapa kasus, pakar kesehatan menyarankan kita untuk menurunkan asupan makanan berserat untuk sementara waktu jika sering mengalami gejala perut kembung atau gangguan pencernaan lainnya setelah makan.

  1. Menurunkan Asupan Makanan Berlemak Tinggi

Makanan dengan kandungan lemak tinggi memang bisa memberikan kenikmatan tersendiri. Sebagai contoh, kita tentu sulit untuk menolak gorengan yang renyah dan hangat, bukan? Sayangnya, terlalu banyak mengonsumsinya bisa meningkatkan risiko terkena perut kembung dan begah.

Hal ini disebabkan oleh laju pencernaan yang semakin melambat di saat makanan berlemak masuk di dalam perut. Tak hanya membuat kadar asam lambung semakin meningkat, hal ini juga bisa membuat produksi gas meningkat yang berimbas pada perut yang semakin tidak nyaman. Melihat fakta ini, sebaiknya memang kita menurunkan asupan makanan berlemak.

  1. Makanlah dengan Lebih Perlahan

Terkadang, gangguan pencernaan terjadi akibat cara makan kita yang tidak benar. Sebagai contoh, kebiasaan makan dengan cepat bisa membuat risiko terkena perut kembung meningkat dengan signifikan. Hal ini disebabkan tubuh yang tidak mendapatkan waktu ideal demi memproduksi enzim dengan cukup sehingga membuat makanan tidak bisa dicerna dengan baik.

Hal ini juga akan membuat banyak udara tertelan di dalam perut dan akhirnya terakumulasi. Gas inilah yang kemudian menyebabkan sensasi perut kembung, penuh, dan begah.

  1. Hobi Mengonsumsi Minuman Bersoda

Minuman bersoda memang bisa memberikan kesegaran tersendiri, namun jika kita sering meminumnya, akan membuat gas terakumulasi di dalam perut dan memberikan tekanan pada saluran pencernaan. Risiko untuk terkena masalah perut kembung pun akan meningkat.

  1. Kebiasaan Mengonsumsi Permen Karet

Permen karet tak hanya nikmat untuk dijadikan camilan. Dalam realitanya, banyak orang yang terbiasa mengonsumsinya demi membuat otak berkonsentrasi dengan lebih baik. Masalahnya adalah saat mengunyah permen karet, kita akan menelan udara dalam jumlah yang banyak dan akhirnya menyebabkan masalah perut kembung.

  1. Makan Sambil Berbicara

Makan sambil mengobrol dengan keluarga atau teman-teman memang sangat mengasyikkan untuk dilakukan. Sayangnya, hal ini juga bisa membuat kita menelan udara tanpa disadari. Dampaknya tentu akan membuat semakin banyak udara yang tertumpuk di dalam perut dan menyebabkan perut kembung.

Sebaiknya kita lebih cermat dalam membagi waktu antara berbicara dan menelan atau mengunyah makanan demi mencegah datangnya gangguan pencernaan ini.

 

Sumber:

  1. Kandola, Aaron. 2018. How to prevent bloating after a meal. www.medicalnewstoday.com/articles/322200.php. (Diakses pada 30 Desember 2019).

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi