Terbit: 23 August 2019 | Diperbarui: 30 September 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Salah satu gangguan pencernaan yang cukup sering diderita masyarakat Indonesia adalah radang usus buntu. Meskipun bisa menyerang siapa saja tanpa mengenal usia, pakar kesehatan menyebut mereka yang berusia remaja atau dewasa muda cenderung lebih rentan terkena masalah kesehatan ini. Hanya saja, apakah benar jika kebiasaan makan kurang serat bisa memicu datangnya masalah kesehatan ini?

Kurang Serat Bisa Sebabkan Radang Usus Buntu?

Kaitan antara kurang serat dengan risiko terkena radang usus buntu

Sudah menjadi rahasia umum jika pola makan yang kurang serat sangatlah buruk bagi kesehatan. Hal ini disebabkan oleh tubuh yang membutuhkan serat demi memastikan bahwa laju pencernaan berjalan dengan lancar.

Tanpa adanya serat, risiko terkena masalah susah buang air besar atau sembelit akan meningkat dengan signifikan. Selain itu, risiko untuk terkena masalah kolesterol atau bahkan radang usus buntu juga akan ikut naik.

Berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan di Yunani dan melibatkan sekitar dua ribu partisipan berusia anak-anak, dihasilkan fakta bahwa anak-anak yang mengalami masalah radang usus buntu cenderung menerapkan pola makan yang rendah serat. Sementara itu, anak-anak yang tidak mengalaminya cenderung lebih banyak mengonsumsi serat.

Penelitian lain yang dilakukan di Amerika Serikat menyebut konsumsi serat 50 persen lebih banyak akan mampu menurunkan risiko terkena radang usus buntu hingga 30 persen lebih rendah jika dibandingkan dengan pola makan kurang serat. Penelitian terakhir juga membuktikan bahwa kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat, makanan manis, hingga gula dalam jumlah yang tinggi juga bisa menyebabkan datangnya radang usus buntu.

Bagaimana hal ini bisa terjadi? Pakar kesehatan menyebut kurang serat dan pola makan yang buruk akan meningkatkan risiko sembelit. Padahal, sembelit akan membuat kotoran terus menumpuk di dalam perut. Jika sampai kotoran ini akhirnya mencapai bagian usus buntu, maka akan menyebabkan peradangan atau bahkan infeksi bakteri. Hal inilah yang kemudian menyebabkan masalah radang usus buntu yang berbahaya.

Makanan pedas juga bisa meningkatkan risiko radang usus buntu

Selain kurang serat, pakar kesehatan juga menyebut kebiasaan mengonsumsi makanan pedas dengan berlebihan bisa meningkatkan risiko terkena radang usus buntu. Tak hanya biji cabai yang berpotensi sulit untuk dicerna dan tertimbun di dalam bagian usus buntu, mengonsumsi makanan terlalu pedas juga bisa menyebabkan gangguan pencernaan. Dikhawatirkan, hal ini akan ikut meningkatkan risiko terkena radang usus buntu.

Makanan yang keras dan sulit dikunyah juga bisa membahayakan pencernaan

Terkadang, kita mengonsumsi makanan yang cenderung keras dan sulit untuk dikunyah seperti tulang ayam atau duri ikan. Memang, seringkali makanan-makanan ini akan hancur setelah mencapai lambung dan terpapar asam lambung, namun terkadang makanan yang keras ini akan terus melaju hingga ke bagian usus. Hal inilah yang dikhawatirkan bisa menyebabkan gangguan pencernaan.

Jika kita cenderung sering mengonsumsi makanan yang keras dan sulit untuk dikunyah, dikhawatirkan makanan-makanan ini kemudian akan menyumbat usus, termasuk di bagian usus buntu. Jika sampai hal ini terus terjadi, sumbatan inilah yang kemudian bisa berimbas pada radang usus buntu.

Selain dengan lebih cermat dalam memilih makanan, khususnya tidak sembarangan mengonsumsi makanan-makanan yang cenderung keras atau sulit untuk dikunyah, pakar kesehatan juga menyarankan kita untuk mengunyah makanan hingga benar-benar lembut sebelum kita telan.

Hal ini berarti, kita harus benar-benar menyempatkan waktu untuk menikmati makanan, bukannya dengan mengonsumsinya secara terburu-buru atau bahkan sambil memainkan ponsel, mengobrol, atau sambil menonton televisi.


DokterSehat | © 2025 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi