Terbit: 31 December 2019 | Diperbarui: 7 September 2023
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Sheila Amabel

Coitus interruptus adalah salah satu metode mencegah kehamilan tradisional yang masih banyak digunakan hingga saat ini. Meski terdengar sederhana, metode coitus interruptus ternyata memiliki beberapa risiko. Simak selengkapnya pada artikel berikut ini. 

Apakah Ejakulasi di Luar Efektif untuk Mencegah Kehamilan?

Apakah Coitus Interruptus Ampuh Cegah Kehamilan?

Senggama terputus atau coitus interruptus merupakan metode kontrasepsi yang dilakukan dengan cara mengeluarkan penis dari vagina sebelum ejakulasi. Metode ini memang terlihat sangat sederhana.

Banyak pasangan yang memilih metode ini karena beberapa keuntungan yang dimiliki, seperti tidak perlu konsumsi hormon, dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun, serta tidak perlu biaya. 

Namun, faktanya pria butuh kontrol yang baik untuk mengeluarkan penis pada waktu yang tepat. Jika pria tidak bisa memperkirakan kapan ejakulasi akan terjadi, maka risiko kehamilan akan tetap tinggi. 

Sebenarnya, metode ini tidak terlalu efektif jika dibandingkan dengan metode kontrasepsi lain, seperti IUD, pil KB, atau kondom. 

Metode senggama terputus diketahui memiliki tingkat efektivitas 80 persen. Artinya sebanyak 1 dari 5 wanita yang melakukan metode ini mengalami kehamilan. 

Sebagai perbandingan, kondom dan pil KB memiliki tingkat efektivitas masing-masing 98 persen dan 99 persen untuk mencegah kehamilan. 

Dengan demikian, diketahui bahwa metode ejakulasi di luar tidak terlalu efektif untuk untuk mencegah kehamilan. Ada beberapa hal yang menyebabkan metode ini gagal untuk mencegah kehamilan, seperti menarik penis pada waktu yang tidak tepat dan cairan pra-ejakulasi yang mengandung sperma terlanjur keluar. 

Baca Juga11 Tanda Wanita Sedang Dalam Masa Subur, Sudah Tahu?

Apakah Ejakulasi di Luar Mudah Dilakukan?

Jika dilihat atau dibayangkan sekilas, coitus interruptus terlihat sangat mudah dilakukan. Namun, untuk bisa melakukannya dengan baik seseorang harus memikirkan beberapa hal di bawah ini.

  • Komunikasi yang baik dengan pasangan. Tanpa komunikasi yang baik, teknik cabut keluar ini tidak bisa berjalan dengan baik. Bahkan peluang gagal masih ada.
  • Gunakan posisi seks yang memudahkan pria mencabut penis dari vagina. Posisi misionaris atau rear entry seperti doggy style bisa dipilih. Sebaliknya posisi seperti woman on top tidak bisa dipilih karena bisa menyebabkan penis susah keluar dari vagina.
  • Melepaskan penis dari vagina tidak semudah yang dibayangkan. Telat sedikit bisa membuat air mani keluar dan menyembur dengan cepat. Pertimbangkan waktu dengan tepat atau begitu mendekati ejakulasi penis dicabut dan dilanjutkan dengan masturbasi singkat.
  • Pastikan kedua belah pihak sama-sama sehat secara seksual. Tidak menggunakan kondom rawan sekali mengalami penularan penyakit seksual.
  • Latihan rutin harus dilakukan agar teknik ini berjalan dengan lancar. Sekali dua kali biasanya susah dilakukan. Setelah terbiasa akan mudah dilakukan. Jadi sering lakukan learning by doing.

Cara Meningkatkan Efektivitas Coitus Interruptus

Seperti yang terlihat di atas, coitus interruptus hanya efektif mencegah kehamilan hingga 80 persen saja. Nah, bisakah persentase ini dinaikkan? Jawabannya adalah bisa.

  • Gunakan kontrasepsi lain sebagai kontrasepsi utama. Coitus interruptus hanya sebagai kontrasepsi kedua saja.
  • Lakukan penghitungan siklus menstruasi dengan benar. Penghitungan ini dilakukan untuk mengetahui kapan saja masa subur, masa menstruasi, dan waktu aman berhubungan seks.
  • Hanya lakukan seks di luar masa subur. Pada periode ini peluang kehamilan sangat rendah atau tidak ada. Jadi, ejakulasi di luar tidak akan menyebabkan masalah. Bahkan di dalam pun kemungkinan terjadi kehamilan akan rendah.

Risiko Metode Coitus Interruptus

Ada berbagai risiko yang perlu dihadapi pasangan yang melakukan metode kontrasepsi dengan senggama terputus, beberapa di antaranya adalah:

1. Coitus Interruptus Tidak Melindungi dari Penyakit Menular Seksual

Metode ejakulasi di luar tidak mampu mencegah penularan penyakit yang ditularkan lewat hubungan intim. Ada banyak penyakit menular seksual yang mungkin dialami oleh orang yang sering berganti-ganti pasangan, seperti gonore, sifilis, serta HIV. 

Apabila seorang pria mengidap HIV, maka air maninya masih mungkin mengandung sel HIV yang aktif. Cairan pra-ejakulasi sekalipun dapat mentransfer sel HIV aktif kepada pasangan. Selain itu, luka pada alat kelamin juga bisa menular melalui kontak kulit. 

Satu-satunya metode yang efektif untuk mencegah kehamilan adalah menggunakan kondom saat berhubungan intim.

2. Cairan Pra-ejakulasi Mengandung Sperma

Metode ejakulasi di luar perlu kemahiran pria dalam mengendalikan diri. Saat bergairah, pria akan mengeluarkan cairan pra-ejakulasi sebelum air mani keluar sepenuhnya. Banyak pria yang tidak menyadarinya sehingga terlambat mengeluarkan penis dari vagina.

Padahal, cairan pra-ejakulasi ini tetap saja bisa mengandung sperma meskipun jumlahnya tidak banyak. Namun, sperma ini tetap berisiko mencapai sel telur dan menyebabkan kehamilan.  

3. Mengganggu Kepuasan Seksual

Menggunakan metode coitus interruptus dapat mengganggu kepuasan seksual. Perlu kontrol yang baik dapat mengganggu fokus pria untuk menikmati sesi berhubungan intim. Pria otomatis akan fokus dengan waktu yang tepat untuk menarik penis dari vagina.

Selain itu, wanita juga bisa saja menjadi cemas bahwa metode ini tidak berhasil. Hal ini turut mengganggu fokus wanita untuk menikmati hubungan seksual yang sedang dilakukan. 

Agar hal ini tidak terjadi, Anda disarankan untuk menggunakan metode kontrasepsi lainnya. 

Baca JugaCara Mudah Menghitung Masa Subur Jika Haid Tidak Teratur

Mengapa Banyak Orang Ingin Melakukannya?

Ada beberapa alasan mengapa pasangan lebih memilih untuk melakukan ejakulasi di luar atau coitus interruptus.

  • Gratis dan tidak perlu banyak perawatan. Kalau menggunakan kondom, setiap seks harus memakai satu atau lebih. Selanjutnya kalau pil atau suntik harus rutin dilakukan agar tidak kebobolan dan hamil.
  • Mudah dilakukan. Ya alasan mudah dilakukan kerap menjadi alasan banyak orang untuk melakukan coitus interruptus. Padahal banyak sekali risiko yang akan terjadi dan untuk melakukan butuh pengalaman karena peluang gagal tinggi.
  • Memberikan kenikmatan yang lebih besar. Tidak bisa dimungkiri lagi kalau menggunakan kondom kadang membuat pria jadi tidak nyaman. Cara ini tetap dianggap mencegah kehamilan tanpa membuang elemen kenikmatannya.
  • Tidak akan memunculkan efek samping. Berbeda dengan jenis KB lain yang memunculkan efek samping seperti kegemukan, nyeri di vagina, dan perdarahan.
  • Bisa ditingkatkan efisiensinya dengan memakai metode lain. Sayangnya tidak semua orang mau melakukan itu karena dianggap terlalu rumit.

Ejakulasi di luar merupakan metode kontrasepsi yang sederhana dan tidak perlu biaya atau konsumsi obat. Namun, metode ini perlu kontrol yang baik dari sisi pria. Jika Anda cemas metode ini tidak berjalan sesuai kehendak, Anda bisa melakukan konsultasi dengan dokter untuk menerima kontrasepsi darurat. 

  1. Cleveland Clinic. 2022. Pull Out Method. https://my.clevelandclinic.org/health/articles/24174-pull-out-method. (Diakses pada 8 Agustus 2023). 
  2. Langmaid, Stephanie. 2022. Pull Out Method (Withdrawal). https://www.webmd.com/sex/birth-control/pull-out-withdrawal#1-5. (Diakses pada 8 Agustus 2023). 
  3. Mayo Clinic Staff. 2022. Withdrawal Method (Coitus Interruptus). https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/withdrawal-method/about/pac-20395283. (Diakses pada 8 Agustus 2023). 


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi