Terbit: 19 February 2018
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com– Sebuah studi berskala besar telah membandingkan risiko gaya hidup dan kematian ayah tunggal atau duda dengan pasangan orangtua dan ibu tunggal. Temuan tersebut dipublikasikan di jurnal The Lancet Public Health.

Duda Dua Kali Lebih Berisiko Meninggal Dini daripada Janda!

Menurut Pew Research Center, sekitar 300.000 rumah tangga dikepalai ayah tunggal pada 1960. Jumlah tersebut melonjak menjadi lebih dari 2,6 juta pada tahun 2011.

Sebagai perbandingan, rumah tangga dari satu ibu sebanyak 1,9 juta sampai 8,6 juta pada waktu itu. Meskipun jumlah ini berkembang, penelitian tidak cukup terfokus pada kesehatan ayah tunggal atau membandingkan kematian ibu tunggal dengan ayah tunggal.

Untuk memperbaiki ini, Dr. Maria Chiu, dari Institute for Clinical Evaluative Sciences dan University of Toronto, di Kanada, mengikuti gaya hidup hampir 40.500 orang Kanada selama periode 11 tahun.

Risiko kematian berlipat ganda di antara ayah tunggal
Dari semua peserta, 871 ayah tunggal, 4.590 ibu tunggal, 16.341 ayah berpasangan, dan 18.688 ibu berpasangan. Rata-rata, peserta berusia antara 41 dan 46 tahun.

Orangtua tunggal, kata penulis studi tersebut, didefinisikan sebagai mereka yang bercerai, berpisah, janda, atau tunggal, tidak menikah, dan tidak tinggal lama, dan orangtua behubungan didefinisikan sebagai mereka yang telah menikah atau berhubungan secara hukum.

Dalam analisis peneliti, Dr. Chiu dan rekan-rekannya, termasuk orang-orang berusia di atas 15 tahun yang tinggal di rumah tangga dengan setidaknya satu anak adopsi biologis atau di bawah usia 25 tahun.

Pada awal penelitian, ayah tunggal lebih cenderung memiliki kanker dan penyakit jantung daripada rekan pasangan mereka dan ibu tunggal. Selain itu, mereka lebih mungkin dirawat di rumah sakit pada tahun menjelang studi ini.

Secara keseluruhan, seperti melansir Medical News Today, ayah tunggal ditemukan dua kali lebih mungkin berisiko meninggal dini daripada pasangan rekan kerja dan ibu tunggal mereka.

Ayah tunggal juga berisiko memilliki gaya hidup kurang sehat dan lebih cenderung minum minuman keras sekali sebulan serta mengonsumsi lebih sedikit buah dan sayuran.

Mungkinkah gaya hidup bisa disalahkan atas risiko kematian?
Studi ini tidak dapat menarik kesimpulan apapun mengenai penyebab kematian, terutama karena fakta bahwa kematian selama masa studi dicatat sebagai penyebab lain.

Namun, para penulis berspekulasi tentang beberapa kemungkinan penyebabnya. Gaya hidup yang tidak sehat mungkin memainkan peran, menurut mereka, karena mungkin kurangnya dukungan sosial yang terdiri dari teman atau jaringan komunitas lainnya.

Dr. Chiu mengatakan, penelitiannya menyoroti bahwa ayah tunggal me

miliki tingkat kematian lebih tinggi, dan menunjukkan perlunya kebijakan kesehatan masyarakat untuk membantu mengidentifikasi dan mendukung orang-orang ini.

Meskipun penelitiannya tidak mengidentifikasi penyebab pastinya, peneliti menemukan bahwa ayah tunggal juga cenderung memiliki gaya hidup tidak sehat, yang bisa menjadi area penting untuk mengatasi peningkatan kesehatan pada kelompok berisiko tinggi ini.

Menghubungi dokter bisa membantu ayah tunggal memperbaiki kesehatan mereka.

“Penelitian telah menunjukkan bahwa menghubungi dokter dapat membantu memotivasi pasien untuk mematuhi pengobatan, membuat keputusan yang lebih baik mengenai kesehatan mereka, dan memengaruhi perilaku dan pemulihan mereka,” Dr. Chiu menyimpulkan.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi