Terbit: 9 March 2020
Ditulis oleh: Rhandy Verizarie | Ditinjau oleh: dr. Jati Satriyo

Disentri adalah salah  satu penyakit pencernaan yang umum dialami. Ketahui lebih lanjut mengenai penyakit ini mulai dari penyebab, gejala, hingga pengobatan dan pencegahannya.

Disentri: Gejala, Penyebab, Pengobatan, Komplikasi dll.

Apa Itu Disentri?

Disentri adalah kondisi di mana usus mengalami peradangan yang kemudian menyebabkan diare. Saat Anda mengalami penyakit ini, frekuensi buang air besar (BAB) akan lebih sering, pun diikuti oleh sejumlah gejala lainnya seperti perut sakit dan feses yang berdarah.

Kondisi lingkungan sekitar yang tidak higienis, konsumsi makanan yang tercemar, hingga kebiasaan malas mencuci tangan sehabis dari toilet adalah faktor-faktor pemicu terserangnya tubuh oleh disentri. Selain itu, kontak fisik dengan penderita disentri juga turut berkontribusi dalam penyebaran penyakit ini.

Ciri dan Gejala Disentri

Karena penyakit ini berkaitan dengan sistem pencernaan (tepatnya usus), maka gejala yang muncul berada di sekitar area perut. Umumnya, gejala disentri berupa:

  • Demam
  • Nyeri atau kram perut
  • Perut terasa mual
  • Buang air besar berkali-kali dalam sehari
  • Feses berdarah dan berlendir

Masalah pencernaan ini akan muncul sekitar 1 sampai 2 hari pasca usus terinfeksi bakteri. Apabila Anda mengalami satu atau beberapa dari gejala di atas, segera periksakan diri ke dokter untuk dilakukan pemeriksaan dan penanganan medis lebih lanjut.

Kapan Harus Periksa ke Dokter?

Anda sangat disarankan untuk segera mungkin memeriksakan diri ke dokter apabila merasakan salah satu atau beberapa dari gejala di atas dan sudah berlangsung dalam waktu yang cukup lama dengan intensitas yang semakin meningkat dari waktu ke waktu.

Penanganan medis sedini mungkin diharapkan dapat meningkatkan peluang kesembuhan penyakit ini. Sebaliknya, penanganan medis yang terlambat berisiko menimbulkan komplikasi yang bisa saja membahayakan nyawa.

Penyebab Disentri

Penyebab disentri dibagi menjadi 2, yakni berdasarkan mikroorganisme yang menginfeksinya, apakah bakteri atau amoeba. Berikut adalah penjelasannya.

1. Disentri Akibat Infeksi Bakteri (Bacillary Dysentery atau Shigellosis)

Penyebab disentri yang pertama yakni infeksi usus oleh bakteri. Bakteri penyebab disentri sendiri terdiri dari:

  • Shigella
  • Campylobacter
  • Coli
  • Salmonella

Shigella menjadi bakteri yang paling sering menginfeksi usus sehingga menyebabkan disentri. Bakteri ini biasanya terdapat di dalam tinja dari orang yang terinfeksi dan dapat menyebar lewat sejumlah cara, seperti tangan yang tidak dicuci sampai bersih sehabis BAB, dan mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi.

Sayangnya, kontak fisik dapat menyebabkan Anda terkena disentri ini, sekalipun Anda rutin mencuci tangan dan makan makanan yang terjamin higienitasnya. Oleh sebab itu, penting sekali bagi kita semua untuk senantiasa menjaga kebersihan diri dan lingkungan guna mencegah penyebaran bakteri disentri ini.

2. Disentri Akibat Infeksi Amoeba (Amoebiasis)

Selain bakteri, penyebab disentri juga bisa karena infeksi amoeba yang bernama entamoeba histolytica. Sama seperti disentri akibat bakteri, disentri akibat amoeba juga dikarenakan kondisi lingkungan yang tidak higienis, kontak fisik dengan orang yang terkena disentri, dan konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi.

Faktor Risiko Disentri

Penyakit ini tidak mengenal usia, namun anak-anak dan lansia lebih rentan terhadap infeksi bakteri penyebab disentri ini dan biasanya harus menjalani rawat inap guna menyembuhkan penyakitnya.

Singkatnya, penyakit pencernaan yang satu ini rentan untuk dialami oleh seseorang yang memiliki kontak langsung dengan orang lain yang sudah lebih dulu terserang.

Diagnosis Disentri

Manakala Anda merasakan gejala-gejala sebagaimana telah disebutkan di atas, segera kunjungi dokter guna dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Dokter akan melakukan sejumlah prosedur pemeriksaan guna memastikan apakah gejala yang dialami mengarah pada disentri atau bukan.

Jenis dan tahapan pemeriksaan yang dimaksud meliputi:

1. Anamnesis

Dokter akan mengajukan beberapa pertanyaan kepada Anda guna mendapatkan simpulan awal (hipotesis). Pertanyaan-pertanyaan tersebut di antaranya:

  • Gejala apa saja yang dirasakan?
  • Sudah berapa lama kondisi ini berlangsung?
  • Apakah pernah mengalami kondisi ini sebelumnya? Jika ya, seberapa sering?
  • Makanan dan minuman apa saja yang biasa dikonsumsi sehari-hari?
  • Apakah pernah melakukan kontak langsung/tidak langsung dengan penderita penyakit ini?
  • Apakah punya alergi obat?

2. Pemeriksaan Fisik

Prosedur diagnosis selanjutnya yakni dengan melakukan pemeriksaan fisik. Pada tahap ini, dokter akan memeriksa kondisi fisik pasien seperti perut, berat badan, dan tekanan darah.

Hasil dari pemeriksaan fisik bisa saja sudah cukup untuk memastikan jika pasien memang menderita masalah pencernaan ini. Akan tetapi, dokter kemungkinan masih memerlukan sejumlah tes lainnya sebelum benar-benar mengatakan jika pasien terserang disentri.

3. Pemeriksaan Penunjang

Guna lebih memastikan lagi, sejumlah tes penunjang akan dilakukan. Tes penunjang yang dimaksud antara lain sebagai berikut:

  • Pemeriksaan Laboratorium

Dokter akan mengambil sampel feses Anda. Setelah itu, dokter akan memeriksa apakah di dalam feses Anda terdapat bakteri atau amoeba yang menyebabkan munculnya gejala penyakit.

  • USG

Sementara itu, jika penyakit ini sudah sampai menimbulkan komplikasi berupa abses hati, dokter akan mengambil sampel darah pasien, atau melakukan cek USG di area perut guna melihat kondisi hati (liver) yang mengalami abses tersebut.

  • Kolonoskopi

Kolonoskopi adalah prosedur pemeriksaan medis dengan cara memasukkan kamera ke dalam tubuh melalui lubang anus guna melihat kondisi usus.

Sebelum menerapkan prosedur kolonoskopi, dokter akan meminta Anda untuk melakukan diet singkat selama beberapa hari sebelumnya, pun memberikan obat pencahar dan obat penenang.

Pengobatan Disentri

Cara mengobati penyakit ini ada beberapa macam, tergantung dari seberapa parah kondisi yang dialami. Pada kasus yang ringan, pasien bahkan tidak memerlukan pengobatan sama sekali dikarenakan infeksi dapat sembuh dengan sendirinya dalam kurun waktu sekitar satu minggu. Akan tetapi pada kasus yang sudah cukup serius, lazimnya dokter akan memberikan resep obat disentri.

Berikut adalah beberapa contoh obat yang bisa dikonsumsi.

1. Antibiotik

Antibiotik adalah obat yang paling efektif. Obat ini bertugas untuk membasmi bakteri dan amoeba penyebab gangguan pencernaan ini. Contoh antibiotik yang dimaksud antara lain:

  • Ciprofloxacin
  • Ceftriaxone
  • Ampisilin
  • Metronidazole
  • Trinidazole

2. Oralit

Selain antibiotik, larutan oralit adalah obat ampuh untuk mengatasi diare yang juga muncul akibat penyakit ini. Oralit berfungsi untuk menggantikan cairan yang banyak hilang selama menderita gangguan pencernaan tersebut.

Oralit bisa Anda temukan di apotek, toko obat, atau dibuat sendiri dengan melarutkan gula dan garam di dalam air putih. Ingat, tanyakan dulu kepada dokter untuk mendapatkan dosis ideal dari obat ini.

Komplikasi Disentri

Jika tidak segera ditangani, bukan tidak mungkin penyakit saluran cerna ini akan menyebabkan komplikasi kesehatan serius yang membahayakan diri Anda. Macam-macam komplikasi yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Infeksi Aliran Darah (Septikemia)

Infeksi aliran darah (septikemia) adalah kondisi di mana bakteri berhasil masuk ke dalam aliran darah. Kendati jarang terjadi, Anda tetap harus mewaspadai kemungkinan terjadinya septisemia ini.

Selain disentri, contoh penyakit yang berpotensi menyebabkan septisemia di antaranya HIV/AIDS, kanker, atau mereka yang sedang menjalani kemoterapi.

2. Sindrom Uremik Hemolitik (HUS)

Sindrom Uremik Hemolitik (HUS) adalah kondisi ketika infeksi yang menyerang sistem pencernaan memproduksi racun yang kemudian merusak sel darah merah. HUS ini tergolong penyakit serius sehingga ketika Anda didiagnosis menderita HUS, maka penanganan medis khusus mutlak untuk segera dilakukan untuk mencegah kondisinya bertambah parah.

3. Arthritis

Radang sendi (arthritis) berkontribusi sekitar 2 persen dari total komplikasi disentri yang mungkin terjadi. Arthritis terjadi jika bakteri yang menginfeksi adalah bakteri shigella berjenis shigella flexneri.

Saat mengidap artritis, Anda akan merasakan sejumlah gejala, seperti:

  • Nyeri sendi
  • Iritasi mata
  • Buang air kecil terasa sakit

Komplikasi ini dapat berlangsung selama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Oleh karena itu, saat Anda menderita penyakit pencernaan tersebut, segera lakukan penanganan medis sebelum bertambah parah dan menimbulkan komplikasi.

4. Abses Hati

Apabila penyakit ini disebabkan oleh infeksi amoeba (amoebiasis), maka komplikasi yang muncul bisa berupa penyakit abses hati, meskipun jarang terjadi.

Jika terus dibiarkan, kondisi ini dapat mengancam keselamatan jiwa karena infeksi dapat menjalar ke paru-paru bahkan ke otak.

5. Kejang-Kejang

Pada anak-anak, komplikasi yang umum terjadi adalah kejang-kejang. Belum ada penjelasan medis yang kuat terkait komplikasi yang satu ini.

Akan tetapi, gejala kejang-kejang umumnya tidak berbahaya karena biasanya akan hilang dalam beberapa hari, bahkan tanpa pengobatan sekalipun. Jika kejang-kejang tak kunjung reda, segera periksakan diri ke dokter untuk dilakukan penanganan medis lebih lanjut.

Pencegahan Disentri

Penyakit ini dapat dicegah. Caranya adalah dengan menerapkan sejumlah tips berikut ini:

  • Menjaga kebersihan tubuh, terutama tangan dan saluran pembuangan (ekskresi).
  • Mengonsumsi makanan yang sudah teruji higienitasnya.
  • Menjaga kebersihan lingkungan.
  • Menghindari makanan yang terlalu pedas.
  • Minum air putih yang cukup.
  • Istirahat yang cukup.

Itu dia informasi mengenai disentri. Menerapkan hidup yang sehat dan peduli dengan kebersihan adalah kunci utama untuk menghindari diri Anda dan keluarga dari penyakit yang satu ini. Semoga bermanfaat!

 

  1. Anonim. What is Dysentery? https://www.webmd.com/digestive-disorders/what-is-dysentery#1 (Diakses pada 9 Maret 2020)
  2. Buff, S. 2017. What is Dysentery and How Is It Treated? https://www.healthline.com/health/digestive-health/dysentery (Diakses pada 9 Maret 2020)
  3. Felman, A. 2017. Everything You Should Know About Dysentery. https://www.medicalnewstoday.com/articles/171193 (Diakses pada 9 Maret 2020)
  4. WHO. Disentery. https://www.who.int/topics/dysentery/en/ (Diakses pada 9 Maret 2020)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi