Terbit: 16 March 2020 | Diperbarui: 17 June 2022
Ditulis oleh: Gerardus Septian Kalis | Ditinjau oleh: dr. Jati Satriyo

Demensia adalah hilangnya fungsi kognitif seperti berpikir, mengingat, dan bernalar. Fungsi-fungsi ini termasuk memori, keterampilan bahasa, persepsi visual, pemecahan masalah, manajemen diri, dan kemampuan untuk fokus. Simak lebih lanjut mengenai penyakit ini mulai dari penyebab, gejala, dan pengobatannya.

Demensia: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Penyebab Demensia

Demensia disebabkan oleh kerusakan sel-sel otak. Kerusakan ini mengganggu kemampuan sel-sel otak untuk berkomunikasi satu sama lain. Ketika sel-sel otak tidak dapat berkomunikasi secara normal, maka fungsi otak seperti berpikir, berperilaku dan mengatur perasaan dapat terpengaruh.

Perlu diketahui juga, penyakit ini dikelompokkan berdasarkan kesamaannya. Beberapa penyakit lain memiliki kesamaan dengan penyakit ini seperti yang disebabkan oleh reaksi terhadap obat-obatan atau kekurangan vitamin.

Berikut adalah beberapa jenis dan kondisi lain yang terkait dengan demensia adalah:

1. Demensia Progresif

  • Penyakit Alzheimer

Penyakit Alzheimer adalah penyebab paling umum dari kondisi ini. Meskipun tidak semua penyebab penyakit Alzheimer diketahui, beberapa penelitian mengungkapkan, Alzheimer terkait dengan mutasi tiga gen yang bisa diturunkan dari orang tua ke anak.

Salah satu gen penting yang meningkatkan risiko adalah apolipoprotein E4 (APOE). Selain itu, faktor-faktor genetik lainnya juga mungkin membuat seseorang untuk mengembangkan Alzheimer.

  • Demensia vaskular

Jenis penyakit kedua yang paling umum ini disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah yang memasok darah ke otak. Masalah pembuluh darah dapat menyebabkan stroke atau kerusakan otak dengan merusak serat white matter pada otak.

Gejala yang paling umum dari demensia vaskular termasuk sulit untuk menyelesaikan masalah dan lambat dalam berpikir. Kondisi ini cenderung lebih sering terlihat pada seseorang yang kehilangan memori.

  • Lewy body dementia

Lewy body dementia adalah gumpalan protein abnormal dengan bentuk seperti balon yang ditemukan pada otak penderita jenis ini, penderita Alzheimer, dan penderita Parkinson.

Tanda dan gejala yang umum termasuk melihat hal-hal yang tidak ada (halusinasi visual), masalah dengan fokus dan perhatian. Tanda-tanda lain termasuk gerakan tidak terkoordinasi atau lambat, tremor, dan rigiditas (parkinsonisme).

  • Demensia frontotemporal

Ini adalah sekelompok penyakit yang ditandai dengan kerusakan (degenerasi) sel-sel saraf di lobus frontal serta temporal otak, area yang umumnya terkait dengan kepribadian, perilaku, dan bahasa. Gejala umum yang bisa dikenali adalah perubahan perilaku, kepribadian, pemikiran, penilaian, bahasa serta gerakan.

  • Demensia campuran

Studi otopsi otak terhadap seseorang yang berusia 80 tahun dan lebih tua–yang menderita gangguan ini menunjukkan bahwa banyak yang memiliki kombinasi beberapa penyebab, seperti penyakit Alzheimer, demensia vaskular, dan lewy body dementia.

Demensia campuran biasanya disebabkan oleh penumpukan protein pada otak seperti pada kasus lewy body dementia dan penyumbatan aliran darah otak seperti pada demensia vaskuler.

2. Gangguan Lain Terkait Demensia

Setelah mengetahui jenis progresif yang menjadi penyebab, gangguan lain terkait dengan kondisi ini adalah:

  • Penyakit Huntington

Kondisi ini disebabkan oleh mutasi genetik sehingga menyebabkan sel-sel saraf tertentu di otak dan sumsum tulang belakang terbuang. Tanda dan gejala termasuk penurunan keterampilan berpikir (kognitif) yang parah, biasanya muncul sekitar usia 30 atau 40 tahun.

  • Cedera otak traumatik atau traumatic brain injury (TBI)

Kondisi ini paling sering disebabkan oleh trauma kepala berulang. Petinju, pemain sepak bola atau tentara lebih berisiko mengalami TBI. Kondisi ini dapat menyebabkan tanda dan gejala demensia seperti depresi, kehilangan ingatan, dan gangguan bicara. Pada beberapa kasus, gejala mungkin tidak muncul sampai bertahun-tahun setelah trauma.

  • Penyakit Creutzfeldt-Jakob

Gangguan otak langka ini biasanya terjadi tanpa faktor risiko yang diketahui. Kondisi ini mungkin disebabkan oleh endapan protein menular yang disebut prions. Salah satu penyakit gangguan daya ingat ini biasanya tidak diketahui penyebabnya tetapi bisa diturunkan. Tanda dan gejala kondisi fatal ini biasanya muncul setelah usia 60 tahun.

  • Penyakit Parkinson

Banyak orang dengan penyakit Parkinson akhirnya mengalami gejala ini.

Mereka yang Berisiko Mengalami Demensia

Banyak faktor yang akhirnya dapat menyebabkan kondisi ini. Salah satu faktor yang tidak bisa diubah adalah usia. Berikut adalah beberapa faktor lainnya yang tidak dapat diubah, di antaranya:

  • Riwayat Keluarga

Memiliki riwayat keluarga dengan kondisi ini menempatkan Anda pada risiko lebih besar terkena kondisi tersebut. Namun, banyak orang dengan riwayat keluarga tersebut justru tidak pernah mengalaminya, atau mengalaminya tetapi tidak memiliki riwayat penyakit ini di keluarga.

  • Sindrom Down

Pada usia paruh baya, banyak orang dengan sindrom Down mengembangkan penyakit Alzheimer dini.

  • Usia

Risiko masalah kesehatan ini meningkat seiring bertambahnya usia, terutama setelah usia 65 tahun. Namun, demensia adalah penyakit yang bukan bagian normal dari penuaan, karena penyakit demensia dapat terjadi pada orang yang lebih muda

Faktor Risiko yang Dapat Diubah

Berikut ini adalah beberapa faktor risiko yang dapat dikontrol, di antaranya:

  • Diet dan olahraga

Penelitian menunjukkan bahwa kurang berolahraga meningkatkan risiko terkena masalah otak ini di masa mendatang. Sebuah penelitian menunjukkan insiden demensia lebih besar pada orang yang mengonsumsi makanan yang tidak sehat dibandingkan dengan mereka yang mengikuti diet Mediterania seperti biji-bijian dan kacang-kacangan.

  • Asupan alkohol

Jika Anda minum alkohol dalam jumlah besar, Anda mungkin memiliki risiko yang lebih tinggi. Sementara beberapa penelitian menunjukkan bahwa alkohol dalam jumlah sedang mungkin memiliki efek perlindungan, namun hasilnya tidak konsisten. Hubungan antara alkohol dalam jumlah sedang dan risiko demensia belum ditemukan kesimpulan yang baik.

  • Faktor risiko kardiovaskular

Kondisi ini termasuk tekanan darah tinggi (hipertensi), kolesterol tinggi, penumpukan lemak di dinding arteri (aterosklerosis) dan obesitas.

  • Depresi

Meskipun belum dipahami dengan baik, depresi pada usia lanjut mungkin mengindikasikan perkembangan penyakit ini.

  • Diabetes

Memiliki diabetes dapat meningkatkan risiko demensia, terutama jika tidak terkontrol dengan baik.

  • Merokok

Merokok dapat meningkatkan risiko terkena demensia penyakit ini dan penyakit pembuluh darah (pembuluh darah).

  • Kekurangan vitamin dan nutrisi

Kadar vitamin D, vitamin B-6, vitamin B-12, dan folat yang rendah dapat meningkatkan risiko.

Gejala Demensia

Gejala demensia bervariasi tergantung pada penyebabnya, berikut tanda dan gejala umum dari penyakit ini:

  • Perubahan kognitif.
  • Kehilangan memori, kondisi ini biasanya diperhatikan oleh pasangan atau orang lain.
  • Kesulitan berkomunikasi atau menemukan kata-kata.
  • Kesulitan dengan kemampuan visual dan spasial.
  • Kesulitan bernalar atau menyelesaikan masalah.
  • Kesulitan menangani tugas yang rumit.
  • Kesulitan dalam perencanaan dan pengorganisasian
  • Kesulitan dengan koordinasi dan fungsi motorik.
  • Kebingungan dan disorientasi.

Sementara itu, perubahan psikologis yang bisa terjadi antara lain:

  • Kepribadian berubah.
  • Depresi.
  • Kegelisahan.
  • Berperilaku tidak pantas.
  • Paranoia.
  • Agitasi.
  • Halusinasi.

Selain itu, tanda dan gejala yang terkait dengan kondisi ini dapat dipahami dalam tiga tahap, yaitu:

1. Tahap Awal

Tahap awal demensia sering kali diabaikan, karena waktu awal munculnya penyakit terjadi secara bertahap. Gejala umum meliputi:

  • Pelupa.
  • Tidak bisa mengingat waktu.
  • Tersesat di tempat yang sering didatangi.

2. Tahap Tengah

Saat demensia berlanjut ke tahap tengah, tanda-tanda dan gejala menjadi lebih jelas. Gejala yang bisa dikenali, antara lain:

  • Mudah lupa peristiwa terkini dan nama orang.
  • Tersesat di rumah.
  • Mengalami peningkatan kesulitan dalam komunikasi.
  • Membutuhkan bantuan untuk perawatan diri.
  • Mengalami perubahan perilaku, seperti bertanya berulang kali.

3. Tahap Akhir

Pada tahap ini, gangguan memori lebih serius dan gejala fisik menjadi lebih jelas. Gejala demensia tersebut, antara lain:

  • Tidak menyadari waktu dan tempat.
  • Mengalami kesulitan mengenali kerabat dan teman.
  • Memiliki kebutuhan yang meningkat akan perawatan mandiri.
  • Mengalami kesulitan berjalan.
  • Mengalami perubahan perilaku seperti agresi.

Kapan Harus ke Dokter?

Temui dokter jika Anda atau keluarga memiliki masalah ingatan atau gejala demensia lainnya. Beberapa kondisi medis yang dapat diobati dapat menyebabkan gejala demensia, oleh karena itu penting untuk menentukan penyebab yang mendasarinya.

Diagnosis Demensia

Guna mendiagnosis penyakit demensia, biasanya dokter akan mengenali pola hilangnya keterampilan dan fungsi serta menentukan apa yang masih bisa dilakukan. Selain itu, dokter juga akan meninjau riwayat, gejala medis, dan melakukan pemeriksaan fisik. Bahkan, dokter juga dapat mewawancarai orang-orang di sekitar penderita tentang gejala yang dialami.

Perlu diketahui bahwa demensia adalah salah satu penyakit yang membutuhkan berbagai macam tes untuk mendapatkan diagnosis yang akurat. Tidak ada tes tunggal yang dapat mendiagnosis demensia, sehingga dokter cenderung menjalankan sejumlah tes untuk dapat membantu menentukan masalah.

Berikut ini adalah beberapa tes yang bisa dilakukan, di antaranya:

1. Tes Kognitif dan Neuropsikologis

Tes ini dilakukan untuk mengevaluasi fungsi berpikir (kognitif). Sejumlah tes mengukur keterampilan berpikir, seperti ingatan, orientasi, penalaran, keterampilan bahasa, dan konsentrasi.

Sementara itu untuk evaluasi neurologis, dokter akan mengevaluasi memori, bahasa, persepsi visual, perhatian, pemecahan masalah, gerakan, indra, keseimbangan, refleks, dan area lainnya.

2. Pemindaian Otak

  • CT atau MRI scan. Metode ini dapat memeriksa bukti stroke, perdarahan, tumor atau hidrosefalus.
  • PET scan. Metode ini dapat menunjukkan pola aktivitas otak dan apakah protein amiloid, ciri khas penyakit Alzheimer telah disimpan di otak.

3. Tes Laboratorium

Tes darah dapat mendeteksi masalah fisik yang dapat memengaruhi fungsi otak, seperti kekurangan vitamin B-12 atau kelenjar tiroid yang kurang aktif. Kadang-kadang cairan tulang belakang diperiksa untuk mengetahui infeksi, peradangan, atau penanda beberapa penyakit degeneratif.

4. Evaluasi Kejiwaan

Seorang profesional kesehatan mental dapat menentukan apakah depresi atau kondisi kesehatan mental lainnya berkontribusi terhadap gejala demensia.

5. Tes Genetika

Beberapa demensia disebabkan oleh kerusakan gen. Dalam kasus ini, tes genetik dapat membantu untuk menentukan apakah seseorang berisiko terkena demensia. Penting untuk berbicara dengan dokter dan anggota keluarganya lainnya sebelum dan sesudah diuji.

Pengobatan Demensia

Pengobatan demensia tergantung pada penyebabnya. Dalam kasus demensia paling progresif, termasuk penyakit Alzheimer, tidak ada obat dan tidak ada pengobatan yang memperlambat atau menghentikan perkembangannya.

Akan tetapi ada pengobatan yang dapat memperbaiki gejala sementara. Obat yang sama yang digunakan untuk mengobati Alzheimer adalah beberapa obat yang kadang diresepkan untuk membantu gejala demensia jenis lain.

Berikut ini adalah beberapa perawatan penyakit demensia yang bisa dicoba, di antaranya:

1. Pengobatan Non Medis

Beberapa gejala demensia dan masalah perilaku mungkin dapat diobati pada awalnya menggunakan pendekatan non-medis, seperti:

  • Terapi okupasi

Seorang terapis okupasi dapat menunjukkan kepada Anda bagaimana membuat rumah lebih aman dan mengajarkan coping behaviours (perilaku mengatasi masalah). Hal ini bertujuan untuk mencegah cedera seperti terjatuh, mengelola perilaku, dan mempersiapkan diri untuk perkembangan demensia.

  • Memodifikasi lingkungan

Mengurangi kebisingan dapat memudahkan seseorang dengan demensia untuk fokus. Anda mungkin perlu menyembunyikan benda-benda yang dapat mengancam keselamatan, seperti pisau dan kunci mobil.

  • Menyederhanakan aktivitas

Mengerjakan sesuatu secara bertahap adalah langkah yang bisa dilakukan untuk memudahkan apa sedang dikerjakan. Fokuslah pada kesuksesan bukan pada kegagalan. Mengerjakan sesuatu secara terstruktur dan rutin juga membantu mengurangi kebingungan pada penderita demensia.

2. Pengobatan Medis

Sebagian besar jenis demensia tidak dapat disembuhkan, tetapi ada cara untuk mengelola gejalanya. Berikut ini adalah beberapa obat-obatan yang bisa dikonsumsi, di antaranya:

  • Cholinesterase inhibitors

Obat-obatan ini  termasuk donepezil (Aricept), rivastigmine (Exelon) dan galantamine (Razadyne). Obat jenis ini bekerja dengan meningkatkan zat kimia yang terlibat dalam memori dan penilaian.

Meski obat ini digunakan untuk mengobati penyakit Alzheimer, obat-obatan ini mungkin juga diresepkan untuk demensia lain, termasuk demensia vaskular, demensia penyakit Parkinson, dan Lewy body dementia.

Efek samping yang bisa terjadi adalah mual, muntah dan diare. Efek samping lain yang mungkin terjadi termasuk detak jantung yang melambat, pingsan dan gangguan tidur.

  • Memantine

Memantine (Namenda) bekerja dengan mengatur aktivitas glutamat, pembawa pesan kimia lain yang terlibat dalam fungsi otak, seperti belajar dan memori. Dalam beberapa kasus, memantine diresepkan dengan cholinesterase inhibitor. Efek samping umum dari memantine adalah pusing.

  • Obat lain

Dokter mungkin meresepkan obat lain untuk mengatasi gejala atau kondisi lain seperti depresi, gangguan tidur, halusinasi, parkinsonisme atau agitasi.

Merawat Penderita Demensia

Seiring waktu, gejala demensia dan masalah perilaku bisa berkembang. Oleh itu, berikut ini adalah beberapa langkah yang sebaiknya diketahui oleh mereka yang dipercaya mengasuh penderita demensia, di antaranya:

  • Meningkatkan Komunikasi

Saat berbicara dengan penderita demensia, cobalah untuk mempertahankan kontak mata. Bicaralah pelan-pelan dalam kalimat sederhana dan jangan terburu-buru menanggapinya. Sajikan satu ide atau instruksi pada suatu waktu. Gunakan gerakan dan isyarat seperti menunjuk ke objek.

  • Mendorong untuk Terus Aktif

Manfaat utama olahraga pada penderita demensia meliputi peningkatan kekuatan, keseimbangan, dan kesehatan kardiovaskular. Olahraga juga dapat membantu dalam mengelola gejala seperti gelisah.

Jika olahraga dikombinasikan dengan pola diet yang sehat dan perawatan untuk faktor risiko penyakit kardiovaskular, hal itu dipercaya bisa melindungi otak dari demensia.

Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa aktivitas fisik dapat memperlambat perkembangan gangguan berpikir pada orang dengan penyakit Alzheimer dan dapat mengurangi gejala depresi.

  • Melakukan Kegiatan yang Digemari

Rencanakan kegiatan yang dapat dan disenangi oleh penderita demensia. Menari, melukis, berkebun, memasak, menyanyi, dan kegiatan lainnya yang menyenangkan dapat membantu Anda terhubung dengan penderita demensia. Cara ini juga dapat membantu penderita fokus pada apa yang masih bisa dilakukan.

  • Mengatur Aktivitas di Malam Hari

Perilaku penderita demensia cenderung memburuk di malam hari. Oleh karena itu, cobalah untuk membuat suasana jelang tidur jauh dari kebisingan. Biarkan lampu menyala di kamar tidur, ruang tamu, atau kamar mandi untuk mencegah disorientasi.

Selain itu, Anda juga harus membatasi kafein, mencegah tidur siang atau menawarkan kesempatan untuk berolahraga di siang hari untuk mengurangi kegelisahan di malam hari.

  • Menulis Jadwal di Kalender

Mencatat setiap acara yang ingin dihadiri di kalender dapat membantu penderita demensia untuk mengingat kegiatan sehari-hari atau jadwal pengobatan.

  • Rencanakan Masa Depan

Cobalah untuk merancang sebuah rencana bagi penderita demensia dengan mengidentifikasi tujuan dan perawatan di masa depan. Libatkan juga anggota keluarga lain untuk dapat membantu rencana dan masalah kehidupan sehari-hari penderita demensia.

 

  1. What Is Dementia?. https://www.alz.org/alzheimers-dementia/what-is-dementia. (Diakses pada 16 Oktober 2019).
  2. Dementia. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/dementia. (Diakses pada 16 Oktober 2019).
  3. Dementia. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/dementia/symptoms-causes/syc-20352013. (Diakses pada 16 Oktober 2019).
  4. What Is Dementia? Symptoms, Types, and Diagnosis. https://www.nia.nih.gov/health/what-dementia-symptoms-types-and-diagnosis. (Diakses pada 16 Oktober 2019).
  5. What Is Dementia?. https://www.webmd.com/alzheimers/types-dementia#2-7. (Diakses pada 16 Oktober 2019).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi