Terbit: 15 September 2019 | Diperbarui: 29 September 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Banyak warganet yang kepo dengan penutup mata yang dipakai oleh putra almarhum BJ Habibie, Thareq Kemal Habibie. Bahkan, banyak yang sampai menyamakannya dengan tokoh superhero Nick Fury. Hanya saja, Thareq kemudian mengungkap alasan mengapa ia sampai harus memakai penutup mata kanan. Hal ini ternyata terkait dengan kondisi kesehatannya.

Thareq Kemal Habibie Ungkap Alasan Memakai Penutup Mata

Alasan Thareq Kemal Habibie Memakai Penutup Mata

Setelah membuat banyak orang penasaran, Thareq akhirnya menjelaskan alasan tentang pilihannya untuk memakai penutup mata. Ternyata, hal ini disebabkan oleh gangguan mata yang sudah dialaminya sejak 3,5 tahun yang lalu.

“Saya jelasin ya soal kondisi mata saya. Jadi saya itu mengidap diabetes. Dampaknya menyebabkan masalah glaukoma pada mata. Masalah ini membuat tekanan pada mata kanan sangat besar, yakni di angka 35. Kalau di mata kiri masih bagus, di angka 13,” jelasnya.

Ternyata, perbedaan tekanan pada mata ini membuatnya mengalami masalah penglihatan. Hal inilah yang membuatnya memutuskan untuk memakai penutup mata.

“Kalau saya buka dan tidak memakai penutup mata, saya kesulitan untuk melihat. Buram semua. Kalau ditutup mata kanannya, otak saya malah bisa fokus untuk melihat dengan lebih baik. Kondisi ini sudah saya alami sejak 3,5 tahun, tapi baru memakai penutup mata dalam 3 tahun terakhir,” lanjutnya.

Pakar kesehatan menyebut penggunaan penutup mata seperti yang dilakukan oleh Thareq Kemal Habibie sebagai sesuatu yang wajar. Hal ini seringkali dipicu oleh adanya gangguan mata atau cedera. Dalam dunia medis, penutup mata ini disebut sebagai eye patch. Tak hanya yang berupa kain atau kulit sebagaimana yang dipakai Thareq, terkadang penutup mata ini juga hanya berupa plester.

Merngenal Glaukoma Lebih Dalam

Pakar kesehatan menyebut glaukoma sebagai masalah kesehatan yang bisa memicu kerusakan pada saraf optik. Padahal, saraf ini memiliki peran besar dalam menyalurkan informasi yang ditangkap oleh mata menuju ke otak. Jika sampai hal ini terjadi, maka penglihatan akan mengalami penurunan drastis dan bahkan bisa memicu kebutaan.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Thareq, kondisi glaukoma menyebabkan tekanan pada bola matanya menjadi lebih tinggi dari normal. Tekanan inilah yang kemudian membuat saraf optik mengalami kerusakan, khususnya saraf optik yang ada di bagian belakang mata. Selain itu, kondisi diabetes yang dideritanya juga bisa membuat kadar gula darah semakin tinggi dan akhirnya merusak pembuluh darah menuju mata.

Pakar kesehatan menyebut tekanan pada bola mata yang normal ada di angka 10 hingga 21 mmHg. Jika tekanannya lebih rendah, bola mata akan menjadi lunak. Sementara itu, jika tekanannya terlalu tinggi, bola mata bisa menjadi terlalu keras dan akhirnya menyebabkan gangguan penglihatan.

Selain akibat diabetes, pakar kesehatan menyebut kondisi glaukoma bisa saja terkait dengan cedera, kecelakaan, paparan bahan kimia, infeksi, peradangan dan lain-lain.

Penyebab Tekanan Pada Bola Mata Meningkat

Sebenarnya, pakar kesehatan masih memperdebatkan alasan mengapa tekanan pada bola mata penderita glaukoma bisa meningkat drastis. Satu hal yang pasti, hal ini disebabkan oleh keberadaan cairan yang berlebih di dalam bola mata.

Dugaan pertama mengapa hal ini bisa terjadi adalah karena saluran yang mengendalikan kondisi cairan di dalam bola mata tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya sehingga bola mata terus terisi cairan dan akhirnya membuat tekanan di dalamnya semakin meningkat.

Satu hal yang pasti, para lansia, orang-orang yang memiliki riwayat keluarga dengan glaukoma, penderita hipertensi, diabetes, dan anemia, serta orang yang menggunakan obat tetes mata sembarangan cenderung rentan untuk terkena masalah kesehatan ini.

 

Sumber:

  1. Widyani, Rosmha. 2019. Soal Penutup Mata, Thareq Habibie Ungkap Fungsi Sebenarnya. health.detik.com/berita-detikhealth/d-4707074/soal-penutup-mata-thareq-habibie-ungkap-fungsi-sebenarnya. (Diakses pada 15 September 2019).

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi