DokterSehat.Com- Beberapa waktu yang lalu kita tentu mendengar kabar tentang Jumiarni, bocah berusia 8 tahun siswa Madrasah Ibtidaiyah Al Hikmah Palembang, Sumatera Selatan, yang meninggal setelah mendapatkan imunisasi. Berita ini memicu kehebohan banyak orang karena dianggap dipicu oleh vaksin yang baru saja Ia dapatkan. Banyak orang tua yang kemudian resah dan was-was untuk memvaksin buah hatinya karena kejadian ini.
Setelah melakukan pemeriksaan lebih mendalam, Komisi Daerah Penanggulangan dan Pengkajian Kejadian Pasca Imunisasi (KIPI) dan Balai POM Palembang pun menemukan fakta bahwa Jumiarni ternyata meninggal karena Accute Disseminated Encephalomyelitis, radang otak yang muncul bersamaan saat Ia mendapatkan imunisasi.
Dr. Letizia, Kepala Dinas Kesehatan Palembang, menyebutkan bahwa imunisasi bukanlah penyebab kematian korban. Hal ini diperkuat dengan uji sampel feses dan kondisi kesehatan korban yang terlihat stabil saat mendapatkan vaksin.
Dengan adanya penemuan penyebab meninggalnya Jumiarni ini, masyarakat Palembang dan Indonesia pada umumnya diminta untuk tidak lagi khawatir untuk memberikan imunisasi bagi buah hatinya. Dr. Letizia juga menjamin bahwa petugas imunisasi di lapangan telah berpengalaman dan vaksin yang dipakai juga sudah memenuhi standar yang ditetapkan oleh pemerintah sehingga aman untuk digunakan.
Sebagai informasi, Jumiarni mendapatkan vaksin di sekolahnya karena memang ada program imunisasi massal pada tanggal 14 November 2017 lalu. Setelah disuntik, tubuhnya mulai merasa lemas namun tetap bermain dengan teman-temannya. Begitu pulang ke rumah, tubuhnya mengalami peningkatan suhu dengan drastis, lengan bekas disuntik vaksin membengkak, dan kakinya lumpuh sehingga tidak bisa digerakkan. Jumiarni kemudian dilarikan orang tuanya ke Puskesmas dan kemudian dirujuk ke rumah sakit. Meski kondisinya sempat membaik, nyawanya tak tertolong empat hari kemudian.